💜 chapter 2 💜

797 170 63
                                    


.

.

.

“Dia mati di depanku. Kawanan daging busuk itu merobeknya di depanku!!” Seokjin hampir kehilangan akal sehatnya.

Seokjin tak pernah merasa seburuk ini. Matanya makin memerah menahan depresi. Dia meremat surainya kasar, berusaha menahan logikanya agar tetap menempati raga.

“Hei, kau oke?” Namjoon yang menyetir mobil dengan kecepatan yang tidak bisa dikatakan pelan melirik Seokjin sekilas disampingnya.

Namjoon pun sama paniknya. Akan tetapi, dia rasa dia harus bisa bersikap lebih waras untuk saat ini.

Kawanan zombie itu masih menggila, mengejar mobil mereka dari arah belakang. Beberapa zombie yang nekat menerjang dari depan, tergilas ban mobil Namjoon dengan bengisnya, menyisakan suara remukan tulang dari bawah body mobil.

Mobil Namjoon melaju liar, berusaha menerjang kawanan zombie yang makin lama makin banyak saja. Hari sudah mulai gelap. Dia harus bergegas, jika tidak mau berakhir seperti Sandeul.

Sekilas pikirannya teringat pada kejadian sesaat sebelumnya. Entah takdir macam apa yang  mempertemukannya kembali kepada kedua pemuda tersebut.

Kali ini, pertemuan mereka terjadi di pom bensin yang telah terbengkalai, namun masih memiliki cadangan bahan bakar yang bisa dipakai untuk sementara waktu.

Namjoon masih mengisi bahan bakar ke mobilnya, berusaha tidak menarik perhatian. Matanya menyapu sekitar, waspada. Pistol revolver tersemat rapi disamping celana jeans-nya.
Keheningannya secara tiba-tiba terusik melihat kerumunan zombie menuju satu titik yang berlokasi tak jauh darinya.

“Shit!” Dengan panik, Namjoon menghentikan aktifitasnya. Menaruh noozle ke tempat semula dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Manik Namjoon bertemu dengan manik hitam Seokjin di seberang jalan.

Tidak salah lagi, Seokjin sedang berada di tengah lautan zombie yang kelaparan dengan pedang panjang yang ditebaskan tak tentu arah.

Namjoon segera menerobos gerombolan daging busuk itu, dan membuka pintu mobil sebelahnya pada waktu yang tepat. Menyuruh Seokjin masuk dan tancap gas segera.

“Apa kau gila? Bagaimana bisa kau melawan mereka semua hanya dengan pedang panjang itu?”

Namjoon masih berusaha tenang, mulai menginterogasi Seokjin di dalam mobilnya. Sedang yang menjadi lawan bicaranya, seperti hilang fokus, masih shock melihat rekannya tewas menjadi mangsa.

Ah, baiklah. Pedang itu memang pernah menyelamatkan nyawa Namjoon sekali. Namun tetap saja, tidak terlalu efektif untuk membunuh kerumunan zombie.

Lagipula, pertarungan jarak dekat dengan pedang membutuhkan skill lebih dan menurut penilaian Namjoon sepintas, Seokjin tak memiliki skill tersebut.

Mereka berhasil keluar dari lokasi itu. Sekarang jalanan mulai lengang. Pancang tiang-tiang listrik yang sudah terbengkalai kadang memancarkan lampunya sesaat, mati nyala.

“Lalu..apa rencanamu selanjutnya?”Namjoon melirik Seokji sekilas sambil terus fokus menyetir.

“Entahlah..kawanan zombie itu sudah mengetahui tempat persembunyian kami. Sandeul dan aku lari tak tentu arah. Mereka terus mengejar kami, hingga Sandeul..hingga dia..” Seokjin tak bisa menahan matanya yang memerah. Air mata meluncur bebas tak tertahan. Seokjin menutup mulutnya dan mulai terisak, mengusap kasar pipinya dengan tangan kiri.

“Oke, kau ikut denganku.”
Dan Seokjin hanya mengangguk menyetujui, tak ada pilihan.
Sekilas Namjoon melihat luka melintang di tangan kiri Seokjin. Demi apapun, kawanan zombie itu berhasil melukai tangan Seokjin. Namjoon bersiap dengan senjata revolvernya yang masih tersemat manis di pinggang, jaga-jaga untuk kondisi terburuk.

world z [NamJin] -endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang