Taishi x Yuta

1.9K 125 28
                                    

Wait for the Raining Scene

¤

*Sad*

¤

Taishi Nakagawa x Yuta Nakamoto

☆☆☆



























"Tadaimaa~"

Ucap pemuda yang baru saja sampai di kediamannya dengan nada lesu.

Ia melepas sepatunya lalu melangkahkan kakinya menghampiri kedua orang tua nya yang tengah duduk di meja makan.

"Haikk. Heii kenapa murung begitu sayang?" Tanya sang ibu yang penasaran melihat wajah putranya itu.

Sedangkan sang ayah hanya memperhatikan tanpa berucap apa-apa.

Tanpa berniat menjawab, pemuda itu pun hanya diam menundukan kepalanya. Ia duduk berhadapan dengan orang tua nya namun masih tetap menundukan kepalanya.

"4 tahun sudah, apa yang kau pertahankan lagi" akhirnya sang ayah pun mulai mengeluarkan suaranya.

Istrinya menarik baju suaminya itu pelan, ia sangat mengerti perasaan putranya saat ini.

"Hiks...hiks...hiks"

Melihat putranya yang mulai terisak, sang ibu pun  tak bisa menahan tangisnya. Selalu seperti ini namun ia pun tak bisa berbuat apapun yang dapat membantu kesedihan putra sulungnya itu.

"Kita ke kamar saja ya sayang, kau perlu istirahat" lirih sang ibu menahan isakannya.

Ia mulai mendekati putranya dan membawa kedalam pelukannya lantas mengelus surai putranya yang semakin terisak.

***

Selesai menyelimuti putranya yang sudah mulai tenang dan akan memasuki alam mimpi itupun sang ibu mulai beranjak meninggalkan agar putranya dapat beristirahat.

"Okaasan"

Melihat putra bungsunya yang berdiri di depan pintu iapun tersenyum dan menyuruh si bungsu masuk.

"Oniichan...tidak papa kan?" Tanya si bungsu dengan wajah cemasnya.

"Iyaa sayang Oniichan tidak papa. Dia baik-baik saja. Lihat dia sudah bisa tidur nyenyak kan" balas sang ibu masih memamerkan senyuman palsunya.

Putra bungsunya baru berumur 7 tahun namun ia sudah mengerti keadaan kakaknya yang seperti itu. Karna memang selalu seperti itu.

"Kenapa Oniichan selalu menunggu Yut-

"Ssuut...sudah malam sayang kau harus tidur, besok sekolah kan"

Si bungsu pun hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah Okaasan. Selamat malam"

"Umm selamat malam sayang. Chup"

***

Seperti biasa setiap minggu sore Taishi si pria yang selalu terlihat sendu itu berdiri disimpang jalan dengan payung putih di tangan kirinya yang ia juntaikan ke pelataran.

Namun kali ini ia tak datang sendiri. Sang adik yang biasanya tak mengikutinya entah kenapa hari ini begitu memaksa untuk ikut dengannya.

"Jadi setiap kau pulang malam disetiap minggu hanya berdiam diri begini Oniichan? Kau tidak bosan? Atau kaki mu tidak terasa pegal gitu?" Tanya bocah itu cerewet.

C R A C K ☆ Y U T ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang