Setengah berlari aku masuk ke lorong suatu sekolah menengah atas negeri di Jakarta, SMA Ambra . Ini adalah hari kepindahanku dan aku bahkan tak tau di mana letak kelasku. Gerutuan tak pelak terus meluncur mulus dalam hatiku saat merasa kakiku mulai kelelahan berkeliling dan nafasku yang berhembus tak lagi beraturan.
Astaga di mana sebenarnya kelas sialan itu? Seharusnya aku membawa peta sekolah tadi. Terkutuklah jam wakerku yang rusak tadi pagi. Seluas apa tempat ini sebenarnya, mungkin mereka dapat membuat ini sebagai gedung DPR darurat sangkin luasnya.
Bruk
"Bang-" aku baru akan mengumpat pada orang yang baru saja menabrakku tapi dia sudah membuka mulut terlebih dahulu.
"Hei, gunakan matamu saat berjalan!" bentak laki-laki itu garang sambil menatap seragamnya yang sedikit basah.
"Jalan itu pakai kaki, bukan mata bodoh" balasku tak kalah garang, aku tahu aku memang kurang ajar, sudah aku yang salah aku pula yang membentak balik. Tapi apa peduliku? Ada harga diri yang harus ku junjung tinggi di sini.
"Kau yang salah malah tak tahu diri" laki-laki itu maju dan menyentil keras dahiku.
"Sshh... Terserah. Minggir" aku meringis kecil sebelum pergi melengos dari tempat kejadian. Bahkah belum genap dua jam aku di sini dan sekarang sudah terkena masalah. Semoga selanjutnya tidak akan ada masalah lain.
.
.
.
Untungnya tadi aku bertemu degan seorang guru di tengah jalan yang berbaik hati menunjukkan jalan ke kelas baruku. Pak Bobby, kebetulan dia akan mengajar di kelas baruku.
Ketika aku masuk kelas mataku langsung berpendar ke seluruh sudut ruangan menjadi mesin scaner sejenak...
Astaga itu laki-laki yang tadi kan? Kenapa dia ada di kelas ini? Yang benar saja Dewi Fortuna, apa kau sedang mempermainkanku? Pasti kelak akan ada banyak masalah menghampiriku lewat laki-laki itu, menyebalkan sekali kalau baru masuk sudah sial seperti ini. Okey... Keep calm, aku pasti bisa melewati ini, ini akan mudah...
Mungkin
Eh
Ku rasa ini akan seperti menarik nafas di dalam air.
Mematikan.
Yaiyalah, narik napas itu di permukaan air bodohSeisi kelas kelas sudah mulai berisik saat aku menginjakkan kaki dalam ruangan bernuansa putih coklat itu.
"Cantik uhuy.."
"Saingan baru deh"
"Piuwit~" itu siapa yang bersiul? Mungkin dia satu spesies dengan para pengangguran yang selalu duduk di pinggir jalan dan bersiul-siul saat gadis lewat, makhluk yang selalu membuatku berlapang dada membuang sepatu mahalku demi melempar kepala mereka yang tidak berguna itu.
"Sudah, sudah. Tolong semuanya tenang supaya dia bisa memperkenalkan diri. Silahkan nak" ucap Pak Bobby yang ku balas dengan anggukan kecil.
"Perkenalkan nama saya Kim Yumi. Bisa di panggil Yumi. Saya pindahan dari Bandung" ucapku formal sambil menyunggingkan senyum terbaikku.
"Kalau di panggil sayang boleh gak?" celetuk laki-laki yang duduk tepat di depanku.
"Dasar idiot" gadis yang duduk di sebelahnya langsung memukul kepala laki-laki itu dengan sebal.
"Sudah ada pacar belum?" laki-laki di sudut kelas mengangkat tangannya, aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala dan seisi kelas kembali penuh suara bisik-bisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is Protagonis? [Taeyong Lee]
FanfictionBahkan sekalipun seseorang memerankan peran antagonis, ia tak akan menyadarinya karena baginya apa yang di lakukannya adalah demi kebaikannya. . .