Sorot Mentari pagi mengintip malu-malu lewat celah korden coklat caramel itu. Meneruskan sorot cahayanya mengenai daun kelopak mata si rambut pendek yang kebetulan sedang menghadap ke arahnya. Padahal sebelumnya ia sudah mewanti-wanti pada kelopak matanya untuk tidak terbuka. Nihil. Kelopak mata itu nyatanya membangkang dengan memaksakan kehendaknya sendiri.
"Ah sialanㅡ" gumamnya pelan.
Padahal ia masih ingin melanjutkan tidurnya lagi. Mengingat semalam mereka baru tidur pukul 3 dini hari.
Bahu kirinya tiba-tiba terasa nyeri. Ia baru sadar posisi tidurnya yang terpaksa tidak berubah sama sekali. Pun masih sama sampai saat ini. Kemudian matanya melirik ke arah bawah, dimana sepasang lengan berkulit lembut melingkar manis di lingkar pinggangnya.
Dia menghela nafas, membiarkan lingkaran lengan itu tetap melingkar disana. Lagipula ia juga masih malas bangun sebenarnya. Juga, jam di meja nakas masih menunjukkan pukul 7 pagi. Masih terlalu pagi baginya untuk bangun.
Tapi entah mengapa matanya sulit untuk kembali tertutup. Jadilah ia hanya terdiam, menatap wajah seseorang di hadapannya yang masih tertidur pulas dengan nyamannya. Menatap pahatan elok dari setiap inchi kulit halusnya. Dua kelopak matanya terpejam, hidung bangir yang tidak terlalu lurus, bibir tebal sewarna cherry.
Yoonji tersenyum, entah apa yang membuatnya otomatis menarik bibirnya hingga melengkung Indah. Bahkan senyum itu jarang bisa terlihat pada sembarang orang.
Jari telunjuknya bergerak, menyentuh hidung bangir itu, kemudian tersenyum semakin lebar. Hidung itu telihat lucu karena tulang bengkoknya. Setidaknya memang lucu bagi Yoonji. Jari itu kemudian bergerak turun. Yoonji beserta jarinya terdiam tepat di belah bibir cherry yang sedikit terbuka itu. Menatap lamat-lamat sambil menelan ludahnya kasar. Bibir itu selalu terasa manis, seperti campuran vanilla dan sedikit sensasi berrymint. Berbeda dengan rasa bibirnya yang selalu tercampur dengan aroma termbakau disamping rasa mint kesukaannya.
Yoonji menggigit bibir bawahnya. Sial, pikirannya mulai kacau lagi. Nafasnya mulai sedikit memberat dan terputus-putus. Panik, Yoonji menarik tangannya paksa dan memutus tatapan bertahannya.
Gila, ini gila
Semalam ia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika itu yang terakhir. Dia juga berjanji tidak akan mengkhianati pacarnya lebih jauh lagi. Karena dia tahu, disana, pacarnya, sedang sibuk mempersiapkan diri untuk pemilihan ketua Dewan Mahasiswa.
Tapi, kenapa di hadapan Jimin ia selalu goyah?
Melihat wajah perpaduan cantik dan seksi itu, kenapa selalu meruntuhkan pertahanannya?
Ia tahu ini salah. Tapi nafsu dalam dirinya lebih besar dan kuat dari rasa bersalahnya itu sendiri.
Menyerah, Yoonji menghela nafas.
Dengan pipi yang bersemu merah, yang terlihat sangat kontras dengan kulit pucatnya, ia memajukan wajahnya. Sambil menetralkan detak jantungnya sendiri yang berdentum kurang ajarnya, bibir tipisnya meraih belah bibir sewarna cherry yang penuh itu. Tangannya bergerak naik meraih tengkuk dibalik rambut panjang itu sambil memberikan lumatan yang buru-buru dan tidak sabaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Things ㅡMy
FanfictionFemme! AU; girl x girl (Description on prolog) Awalnya Yoonji pikir ia hanya kesepian, melampiaskan semua hasratnya pada sang sahabat Jimin. Tapi entah kenapa setelah itu, ia justru merasakan buih buih rasa aneh mulai bermunculan hingga bergumpal me...