07; new and ex

4.4K 500 39
                                    


Namanya Min Yoongi, pemuda bermata segaris dengan kulit putih pucat yang tampak sempurna dengan sifat dinginnya. Jika di ibaratkan, seperti salju di tengah musim bersama angin tengah malam, dingin namun menenangkan. Min Yoongi sama, dingin namun pembawaan setiap menatapnya adalah ketenangan yang mutlak - Yoongi jarang berbicara, omong-omong.

Mahasiswa semester akhir, sang ketua tim basket kampus. Calon suami idaman dengan masa depan secerah mentari pagi dengan statusnya sebagai penerus Min Corp. Min Yoongi adalah si pemuda angkuh yang di puja banyak orang. Sifat dinginnya sama sekali tidak mengurangi keinginan semua orang untuk dekat dengannya.

Ada satu masa di mana Min Yoongi pernah membatu, menatap begitu dalam dan lekat dengan jarak jauh pada sosok gadis yang baru saja memasuki kawasan Daegook. Cafetaria kampus yang menghadap lahan parkir menjadikan Yoongi mampu menyorot apapun yang memasuki gedung Daegook dari arah parkiran. Yoongi dengan jelas dapat melihatnya, sosok yang pernah masuk dan merasuki hatinya di masa lalu.

Rasa rindu yang berlalu itu masih terlihat jelas, mata Yoongi yang mengerjap dan berpendar itu mampu menjelaskan bagaimana hatinya masih memiliki degup yang anomali saat seluruh atensinya berakhir di satu sosok itu. Namun pada akhirnya, debaran candu itu harus bergejolak bersama sayatan rasa sakit yang mencuat dari dasar hatinya.

Senyum cantik Lee Hana masih membekas dengan kesakitannya.

"Hei, Yoong."

Yoongi menyeruput awal dinginnya macciato di tangannya, mencoba menghilangkan kegugupannya dengan pahitnya macciato, atau mungkin dengan dinginnya.

"Bagaimana kabarmu?"

Tersenyum kecil saat mendapati gadis itu duduk di hadapannya dan menanyakan kabarnya dengan lugas. "Baik, seperti yang kau lihat."

Ada senyuman yang masih begitu memesona, membuat Yoongi menoleh dan membuang jauh pandangannya. Butuh beberapa detik sebelum Yoongi kembali menatap gadisnya dulu.

"Kau juga terlihat baik, Lee Hana."

Hana tertawa, bahkan suara tawanya pun begitu anggun dan lembut. Masih sama dengan sama persis dalam ingatan Yoongi.

"Senang melihatmu baik-baik saja, Yoong."

Yoongi mengangguk skeptis, kembali menyeruput macciato-nya sebelum memberikan kembali atensinya pada Hana.

"Ada perlu apa seorang manager agency model sepertimu datang kemari? Bukan untuk mencariku, kan?"

Sekali lagi Hana tergelak, menatap Yoongi tak percaya. Menahan diri dan menghentikan gelak tawanya sebelum menjawab pertanyaan Yoongi.

"Perusahaan mengutusku kemari untuk mencari bibit-bibit model." Yoongi memainkan lidah di dalam bibirnya dan kembali mengangguk.

"Kenapa? Kau merasa kecewa karena aku tak mencarimu?"

Yoongi melipat bibir dalam, tak mengerti dengan sifat blak-blakan gadis di hadapannya ini terbalut dengan cantik bersama pembawaannya yang anggun.

"Tidak ada kata kecewa, karena aku percaya jika yang pergi tak akan pernah kembali."

"Yoongi-"

"Bisa meninggalkanku sendiri? Kurasa aku bukan pria yang bisa menjalin hubungan baik dengan masa lalu."

Ada senyum pahit di wajah Hana, menyadari jika Yoongi masih menyimpan luka dan dendam karenanya. Alunan nafas berat semakin menyudutkannya dengan penyesalan yang terlalu dalam.

Hana bangkit dari duduknya, segera beralih dari hadapan pria-nya dulu sebelum keduanya membendung rasa kecewa dan penyesalan semakin dalam.

Segera menjauh dari Yoongi memang keputusan yang tepat, Hana sudah berjanji tidak akan mengusik Yoongi lagi. Namun satu kata penyesalannya akan selalu menjadi penutup pertemuannya dengan Yoongi.

The Seven Tales Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang