Farah Agnesia, begitulah nama yang terlulis di sebuah buku diary berwarna merah muda yang terdapat gambar pelangi di sudut kiri atas buku itu. Benar, itu adalah buku milik Farah berparas manis yang berkulit kecoklatan, berambut panjang berwarna hitam yang sama dengan warna matanya.
Dibalik keindahan cover dan sampul merah muda buku itu ternyata terdapat begitu banyak curahan hati Farah yang hanya tertuju pada satu orang, pada satu pria yang sudah hampir sebelas bulan ia kagumi dan perlahan menghadirkan getaran yang berbeda dari rasa kagumnya. Pria yang membuatnya selalu berkhayal hal gila yang tak pernah nyata adanya, pria yang ditemuinya lima kali dalam seminggu di sekolah dan hampir setiap hari di lingkungan rumah mereka, namun tak pernah sekalipun mereka saling berbincang secara utuh, hanya hitungan menit mata mereka saling bertemu dan itu juga terjadi hanya dalam beberapa hari yang dapat dihitung oleh jemari.
Tiba â€" tiba Farah teringat akan suatu kejadian sebelas bulan lalu, tepatnya saat ia masih duduk di kelas satu SMP. Pada siang hari yang sedikit mendung Farah berniat untuk membeli beberapa makanan ringan di Supermarket yang terletak tidak jauh dari rumahnya, Namun baru saja ia melangkahkan kaki keluar pagar rumahnya ia terpaku melihat ada seorang pria yang dikenalnya telah ada dihadapannya. Pada saat kejadian itu empat bola mata dari dua insan berbeda yang tidak lain adalah Farah dan seorang pria yang satu sekolah dengannya, kedua pasang bola mata itu bertemu dalam satu garis lurus, garis tak kasat mata yang menghantarkan gelombang yang berakhir dengan getaran hebat di dada Farah. Namun entah bagaimana yang dirasakan lelaki itu, entah itu getaran yang sama, atau hanya sekedar perasaan hambar tak bermakna. Apapun yang dirasakan lelaki itu tak dipedulikan oleh Farah karena rasa canggung yang seketika itu menyergapnya sontak membuat Farah menundukkan kepalanya dengan perasaan malu. Beberapa menit berlalu, sepasang mata yang tadi memandang Farah telah hilang dari pandangan Farah. Hilangnya tatapan itu membuat Farah ingat kembali akan tujuannya ke Supermarket, maka segera Farah melanjutkan perjalan menuju Supermarket yang sempat terhambat karena kejadian tadi.
Waktu menunjukkan pukul 18:02, kumandang adzan maghrib menyadarkan Farah dari lamunannya. Ia menorehkan senyum di wajahnya sebelum akhirnya ia meninggalkan kamarnya dan bergegas menuju ruang khusus yang dipakai ia dan keluarganya untuk sholat berjamaah. Kali ini Mas Faiz yang menjadi imam karena ayah sedang berada di luar kota dan hanya Mas Faiz satu-satunya lelaki di keluarga Farah selain ayah. Sholat pun berjalan dengan khusyu, selesai sholat ia mencium tangan ibu dan Mas Faiz, lalu bersiap kembali ke kamar tidurnya.
Seusai sholat ia menyiapkan pakaian untuk kembali bersekolah esok hari setelah libur kenaikan kelas, semua seragam sekolah ia tumpuk menjadi satu dan disimpan kembali ke dalam lemari pakaiannya. Kemudian ia merapikan buku pelajaran yang akan ia pelajari esok di kelas 8. Selanjutnya ia melakukan berbagai aktivitas seperti biasanya hingga akhirnya ia tertidur.
##
Sudah satu minggu setelah libur kenaikan kelas, Meskipun pelajaran di kelas 8 lebih sulit dari sebelumnya namun Farah tetap belajar dengan tekun dan giat, hanya saja ada hal yang semakin sulit ia jalani, hal yang bersangkutan dengan pria idamannya.
Setelah satu minggu baru satu orang guru yang mengabsen anggota kelas dan betapa terkejutnya Farah saat sang guru menyebutkan nama seseorang di urutan terakhir, nama itu adalah ‘Muhammad Rafa’. Pria yang ia kagumi baru saja disebutkan namanya, Farah baru mengetahui pria itu sekelas dengannya karena sudah seminggu sejak awal masuk hingga hari ini Rafa belum masuk sekolah. Farah tak bisa berkata apa-apa, ia diam seribu bahasa, tak tau lagi apa yang harus dilakukannya jika setiap hari ia harus melihat wajah teduh Rafa serta senyumannya yang begitu memesona.
Rafa sudah masuk sekolah, liburan yang cukup lama tak mengubah barang satupun dari dirinya, mulai dari jambulnya yang sederhana hingga ujung kakinya, semua masih sama, masih dicintai oleh Farah.
Kehadiran Rafa di kelas yang sama dengan Farah membuat Farah sulit menjalankan segala sesuatunya karena ia selalu takut melakukan hal yang salah di depan Rafa. Ia takut sifat Rafa semakin dingin terhadapnya, ia takut Rafa membencinya. Ia takut fikiran buruknya akibat sifat acuh Rafa menganggu pelajarannya.
Waktu terasa cepat berlalu, tanpa terasa sekarang sudah memasuki awal bulan Mei di semester dua. Bulan Mei? Itu artinya sepuluh hari lagi Rafa berulang tahun. Mulai hari ini Farah memikirkan apa yang hendak ia berikan di hari ulang tahun Rafa. Namun tak membuahkan hasil, Farah masih saja mencari ide untuk ulang tahun Rafa yang special. Ya, Farah memang begitu, selalu memperlakukan Rafa berbeda, begitu istmewa.
Tiga hari berlalu, ia memutuskan untuk memberikan sebuah sweater rajut yang akan ia buat selama satu minggu ini, ia juga berencana untuk membuatkan sebuah black forest. Kesibukannya sepulang sekolah semakin bertambah, ia mempersiapkan segalanya untuk ulang tahun Rafa. Perjuangannya ternyata begitu sulit, terlebih saat ia harus memberanikan diri untuk bertanya kepada teman dekat Rafa mengenai ukuran baju Rafa. Selain itu, ia juga harus belajar membuat kue dengan ibunya yang harus melalui proses introgasi, ia ditanya oleh ibunya tentang tujuan ia membuat Black Forest.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Diabaikan
Teen FictionUntuk seseorang yang rela berjuang tanpa pernah terbalas, berusaha move on walau tak pernah benar-benar melupakan