Baka-senpai!

3.7K 325 58
                                    

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Author POV
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Apa lagi yang harus kau lakukan bila orang yang kalian suka hanya menganggap kalian sebagai bocah usil yang menyebalkan? Menyerah atau menghindar? Ya, sepertinya tidak ada pilihan yang baik untuk seorang Hyuuga Hinata, karena hatinya masih ingin memperjuangkan sang Baka-senpai.

Hinata meletakkan kepalanya di atas meja kantin dengan lemas dan tak bertenaga. Pandangannya menerawang kosong ke bawah meja. Perkataan Baka-senpai nya itu beberapa saat yang lalu berhasil membuat Hinata gagal sebelum berperang.

Dukk!

"Woii! Siapa yang melempar bola basket ini??" tanya sang senpai dengan wajah menahan sakit, karena bola tersebut baru saja menghantam kepala jabriknya dengan manis dan tepat sasaran. Hinata langsung mengangkat tangannya dengan semangat dan mendekat, katakanlah ia sengaja melakukan ini hanya untuk mendekati sang senpai meski sebentar.

Melihat Hinata mendekat pemuda jabrik itu langsung berdecak dan melemparkan bola itu ketengah lapangan. Sesaat kemudian Hinata menundukkan kepalanya dan langsung pergi dari hadapan sang senpai dengan langkah pelan.

"Dia hanyalah bocah iseng kurang kerjaan, tapi lama-lama dia mengganggu juga,"

Mendengar hal itu langkah Hinata langsung terhenti. Ia menatap kebawah dan meneliti apa yang kurang darinya. Gadis berkuncir dua itu berbalik dan menggebrak kursi penonton yang di tempati oleh para senpai itu dengan keras. Sontak mereka semua terlonjak kaget.

"Dengar! Berhenti menyebutku sebagai bocah iseng, senpai! Apa aku kurang menonjol sebagai seorang perempuan?? Usiaku sudah memasuki 17 tahun! 17 tahun!" amuk Hinata dengan mata yang melotot keras. Bibirnya mengerucut dan pipinya mengembung, hal itu membuat kadar keimutan Hinata bertambah berkali-kali lipat.

'Bagaimana orang bisa menganggap mu sebagai gadis remaja, bila nyatanya wajahmu imut seperti anak-anak, Hinata??' batin mereka semua serempak.

"Kau tetaplah bocah, Hinata," cetus Neji yang sedari tadi hanya diam menyaksikan kelakuan adik sepupunya yang sedikit absurd itu.

Bocah ...

Kau memang bocah ...

Kata-kata itu terus terngiang dan terputar secara berulang-ulang di telinga Hinata layaknya kaset rusak. Kata-kata bocah terus mengusik hidupnya sejak ia menginjakan kaki disekolah menengah atas ini. Hinata juga ingin merasakan bagaimana rasanya di puji dengan kata 'cantik' dan 'menawan', bukan hanya di olok dengan kata 'bocah'.

Bila terus seperti ini bagaimana dia bisa menarik perhatian Baka-senpai nya yang tercinta itu. Bisa-bisa si pinky pink itu telah mendahuluinya.

"AAARGGGHH!!"

Duakk!

Hinata menghantamkan kepalanya keatas meja kantin dengan cukup keras, di iringi teriakan frustasinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap sekelilingnya dan Yup! Dia menjadi pusat perhatian banyak orang saat ini. Bahkan entah sejak kapan Baka-senpai yang begitu ia puja-puja itu kini menatapnya dengan alis berkerut dari salah satu stand makanan yang ada disini.

Notice me, senpai!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang