PART 3. Cak Lontong

73 4 7
                                    

Jam masih menunjukkan pukul 04:12. Dimana pada jam tersebut adalah waktu yang sangat efektif bagi para manusia untuk meringkuk di bawah selimut.

Namun tidak untuk Dipha. Cewek manis itu sudah setia dengan beberapa lembar loose leaf di depan dan tangannya. Duduk di meja belajar ditemani lampu neon merah kesayangannya. Cewek pengabdi odol kodomo rasa strawberry itu terlihat berantakan. Kucir rambutnya hampir terlepas menyisakan beberapa anak rambut yang mencuat, hanya memakai sendal jepit sebelah dan piyama biru kuning yang kancingnya tidak sejajar. Mulutnya komat kamit menghafal kalimat di loose leaf nya.

"Ya ampun ya ampuunn. Gimana nihh. Gue belum hapal sama sekali," Dipha mengacak rambutnya frustasi. Jadi tambah berantakan deh.

Turn away
If you could get me a drink
Of water cause my lips are chapped and faded
Call my aunt marrie
Help her gatter all my things

Terdengar lagu lawas Cancer-Twenty One Pilots dari Ponsel pintarnya yang tergeletak di nakas samping kasur.

"Ck siapa sih? jam segini juga. Kalo gak penting gue uruk tuh orang," gumamnya sambil beranjak dari duduknya.

Dipha meraih ponselnya, "ngapain dah si Sava nelpon subuh?" Dipha menggeser touchsreen ponselnya dan mengangkat panggilan Sava.

'Diphaaaa!!' sembur lawan bicaranya di seberang sana saat panggilan tersambung.

Dipha menjauhkan ponsel tersebut dari telinganya. "Jangkrik. Dasar jempol tengu," umpatnya. "Lo apaan sih Va. Biasa aja kali. Ambeyen kuping gue lama-lama," dengusnya sebal.

'Hehe maap Dip. Reflek.'

"Ck. Paan lo nelpon jam segini?"

'Ituu...lo nggak lupa kan? Hari ini lo harus ceramah buat acara Isra' Mi'raj?'

"Hmmm"

'Hmm apaan Dip? Lo gak lupa kan?'

"Ya nggak lah. Asal lo tau aja sekarang gue lagi ngapalin tuh naskah. Mana panjang bener lagi kayak leher onta."

'Weka, sabar Dip. Udah rejeki lo.'

"Iya iya ngarti gue. Eh tar kelas sepuluh juga ikut kumpul?"

'Ya iyalah. Kan ini buat semua penghuni SMA al-Kaffah.'

"Yahhh," Dipha menghela nafas gusar.

'Kenapa Dip emang?...ooohh masalah Aasan ya?'

"Hmm"

'Udahlah tenang. Itu ada nilai plusnya kalo lo berhasil ceramah yang keren.'

"Hah?"

'Ih, lo ogeb sih. Dengan lo ceramah yabg bagus, Aasan bakalan kagum sama lo. Lo ngarti kan maksud gue?'

Dipha diam tidak menjawab. Memikirkan ucapan Sava yang ada benarnya juga. 'Iya juga sih ya, gue bisa narik perhatian Aasan kalo gitu' pikirnya sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Wah wahh, otak lo emang encer daahh. Gue jadi semangat kalo kayak gitu."

'Yaiyalah guwe'

"Tapii..gimana kalo penampilan gue tar kayak pantat ayam?" Dipha jadi gusar sendiri memikirkan kemungkinan terburuknya. Memang dia terketuk hatinya untuk ceramah semaksimal mungkin. Tapi, mengingat kembali dia akan ceramah di depan Aasan membuatnya gugup. Dan karena kegugupan itu tidak menutup kemungkinan kalau Dipha bisa sepenuhnya konsenterasi dengan materinya.

'Udah lo tenang. Jangan sepaneng. Sekarang lo cuman perlu latian aja. Belum lo ke sekolah udah parno gitu. Tar gue beliin MAGNUM FILTER dah biar MANTAP!'

Cogan Bersarung (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang