Part 1- Baru dimulai

36 6 3
                                    

Kenapa harus Aku yang abah usir?
Tak bisakah abah Bertanya Tentang Apa Yang Sebenarnya Terjadi? Tak melihatkah abah bahwa Aku adalah orang yang membutuhkan dukungannya Saat Ini?
Tak sempat kujelaskan, abah sudah membuangku ke pesantren, sebuah ide yang belum pernah kupikirkan sebelumnya.

"Mamah... " Aku memanggilnya dengan isyarat mata terluka. Mamah tak bisa berbuat Apa Apa, Hanya jawaban tangis darinya yang membuatku Semakin menderita.

Ternyata, kebencian itu sudah merasuk dihati mereka.
Kukatakan Selamat pada Buruknya Prasangka yang telah berhasil mengusirku tanpa ampun.

Hari pertama di pesantren hampir berlalu tanpa arah.
Apa yang harus kulakukan?.
Luka ini masih berdarah.

"Ke masjid yuk zam! " ajak seseorang yang di kisah selanjutnya berperan dalam metamorfosisku. Ia Menyadarkanku bahwa hidup harus terus berlanjut.
Aku mengangguk.
"Kamu disini ya zam, sebelahku aja. Kebetulan mas odi udah lulus jadi tempatnya kosong. Kamu aja yang nempatin, dia orang baik dan cerdas, semoga bisa kau lanjutkan perannya. " pinta hasan.

Sebuah tradisi di pesantren tradisional adalah, tempat shalat yang Tak boleh berubah. Dan akan kosong jika pemiliknya masbuk sekalipun itu didepan.
Aku hanya mengangguk, tak mau menggangu santri sebelah yang belum ku kenal.

"Diki, kenalin ini azam,  penghuni baru kamar kita." hasan mulai memperkenalkanku dengan penghuni lama yang sedari siang menyimpan tanya tentang  kehadiranku.

"Hei zam,  ahlan wa sahlan,  selamat datang di kamar kita.  Semoga betah ya"

"Yaa beginilah kamar kita zam,  cuma ada 2 kasur yang dibawa amar sama ayub" hasan menunjuk kasur yang ada di ujung ruangan. Bagiku itu tak nampak lagi seperti kasur, melainkan lebih mirip karpet yang tipisnya 3 centi.
"Berhubung kamu penghuni baru silahkan tidur dikasur untuk malem ini. " ayub menawarkan.
"Baiklah,  terimakasih amar" jawabku asal.
"Aku bukan amar zam,  aku yang ayub,  amar lagi di masjid.  Biasaa lagi hafalan dia. "
Aku hanya mengangguk.

Di ujung ruangan aku merebahkan badanku yang kecil.  Menghela napas panjang.  Meyakinkan diri bahwa aku baik baik saja.

Meski belum bisa berdamai dengan luka, bukan berarti aku tak mau merdeka. semua ini baru
di mulai Babak kehidupan asing setelah mereka membuangku.

Yaaa..
Semua baru dimulai.
Bukan berakhir.
Karena aku belum ingin mengakhirinya.

Membuka Luka LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang