Part III - Target

5 3 0
                                    

Pagi itu seperti biasa jam tujuh aku sudah sampai kantor. Semua sudah berbeda. Teman baru. Luvi juga sudah datang. Dia duduk di tangga dengan mbak Sari. Dia ibu dari satu anak. Perempuan berkerudung Berbadan sintal berisi. Bekerja di bagian teller. Sebenarnya dia dulu pernah penempatan di kantorku sekarang (red.sebelum aku kerja disini). Aktivitas dimulai dengan doa pagi bersama kemudian perkenalan teman-teman baru.

Semua formasi sekarang berbeda. Begitu pula denganku. Aku sudah tidak lagi ditempatkan dipasar.

Duh! Bakalan tidak ada waktu santai ini. Dalam hati aku menggerutu.

Untuk formasi dipasar yang sebelumnya aku dan Bintang sekarang diganti Luvi dan Iva. Iva, Perempuan cuek dan super percaya diri. Rambut sebahu terurai kusam itu sudah jadi ciri khasnya. Dia bekerja di bagian teller sedangkan Luvi costumer service. Untuk yang di unit aku berpartner dengan Puspa. Perempuan berkerudung berpostur tinggi lansing. Dia masuk kerja hanya selisih empat bulan denganku, dibagian yang sama yaitu Customer Service.

Hari-hariku semakin sibuk dengan ditempatkannya aku di unit. Pekerjaan semakin menumpuk tak khayal aku tidak pernah bisa pulang tepat waktu. Sedangkan kedekatanku dengan Luvi juga semakin intens. Tapi tidak ada satupun dari teman-teman satu kantorku yang mengetahuinya.

Tidak pernah aku sangka ada salah satu teman sekantorku yang juga menargetkan Luvi. Adhit lelaki yang sebenarnya sudah mempunyai istri dan anak satu, tapi itu tidak menjadikannya alasan untuk tidak mencari perempuan lain. Waktu itu aku hendak beli kopi diwarung sebelah kantor. Terlihat dari jauh ada dua temanku sedang duduk dibangku panjang disamping warung sedang mengobrol. Selesai membeli secangkir kopi aku menghampiri dan duduk disampingnya. Aku hanya diam menikmati secangkir kopi. Banyak hal yang mereka obrolin mulai dari tentang pekerjaan sampai perempuan. Disela-sela obrolannya mereka menyinggung tentang Luvi. Aku yang awalnya tidak begitu memperhatikan menjadi lebih tertarik. Mau apa mereka ke Luvi. Kataku dalam hati. Ya! aku was-was. Wajar aja mereka ini niatnya cuma main-main saja.

"Yus, Luvi sikaten ae. Lumayan siip. Body-ne yo mantep." Kata Adhit antusias lalu menghisap dalam-dalam rokok suryanya dan menghembuskan asapnya perlahan

Aku terdiam sejenak. Tersungging senyum tipis. "Nggak mas." Jawabku "lagian kayak'e dia wes due pacar."

"Yo gpp. Pacare loh adoh. Duduk arek ******* (nama kota)." Dia menjelaskan

"Wah. Gampanglah." Jawabku singkat

Setelah ngobrol cukup lama. Aku segera kembali ke kantor. Dan dikantor sudah tampak sepi. Nampaknya sudah pada pulang semua. Memang kalau dibandingkan dengan pegawai lain aku termasuk pulang yang paling terakhir, karna harus mengunci ruang berkas

°°°
Waktu itu kenapa ya, sepertinya aku tidak rela kalau kamu sampai dibuat main-main sama mereka. Mungkin setelah kamu mengenal mereka sendiri kamu jadi tau kenapa aku sampai berfikiran seperti itu

Ingatkah kamu? Disaat kita dilantai dua, dimejanya mbak rima depan ruang berkas. Waktu itu kita duduk berdampingan. Aku memakai kemeja biru tangan panjang dan kamu memakai baju b*****l hijau. Kemudian ada Nova yang duduk di balik meja lalu mem-foto kita berdua. Kamu yang memang hobi foto-foto dengan segera berpose memiringkan kepalamu diatas bahuku dan tanganmu membentuk huruf V. Itu adalah foto pertama kita berdua

°°°

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Masih) Tentangmu...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang