Chapter 6

75.5K 1K 130
                                    

“Mba tata maaf, didepan ada suaminya nunggu,” Siska menyampaikan sebuah pesan yang tidak dapat kucerna dengan otakku, padahal nih otak udah CORE i7.

“Suami saya?” Pangeran William ada didepan? Mimpi kalii yeee.

“Iya mba, mas Rio ada didepan,” Siska tersenyum simpul dan menyelipkan kedipan menggoda, seolah ia baru saja membongkar aib besar yang berusaha kututupi selama ini. Dan memang sebenarnya Rio adalah aib bagi gue, eits bagi dunia maksudnya.

“Ngapain si nyet nyet ada disini?” gak cukup apa bikin repot semalem? Jangan-jangan dia terjangkit penyakit ‘ngerepotin stadium 4?

“Ih, mba gak boleh gitu sama suami sendiri! Pamali, apa lagi mba tata kan hamil muda. Oh ya, muka suami mba kok biru-biru ya? Tapi tetep ganteng sih,” nada Siska penuh selidik.

“Ha-hamil? Siapa? saya? Kapan? Caranya? Kok bisa? Loh kok? Nah loh! Biru-biru hamil, pamali? Aduh,” Kenapa gue salting begini?

“Udah mba, gak usah grogi gitu. Berita gembira itu gak boleh ditutupin, harusnya mba selametan. Apa lagi ini anak pertama, udah lama ditunggu lagi,” senyum polos Siska membuatku semakin bingung, apa lagi ulah yang dibuat nyet-nyet bernama Rio itu? Gak bisa dibiarin nih, perlu tindak lanjut serius.

“Rio bukan suami saya!” apa-apaan nih, kapan gue nikah sama brukuluk itu?

“Mba mungkin lagi ngidam ya? Katanya ada beberapa ibu hamil yang sebel sama suami sendiri sewaktu ngidam, suami kece kok disebelin sih mba? Saya juga mau sama mas Rio, itu juga kalo dikasih,” Nah kesalahpahaman berlanjut, mungkin sebaiknya gue nemuin sibiang kerok dulu ‘biar clear ini masalah.

''''o0o'''''

Tata bergegas menuju meja receptionis, dengan amarah yang berkobar dan semangat untuk memaki habis-habisan seseorang yang mengaku-ngaku sebagai suami jejadiannya!

“Rioooooooo, dimana loe? Tunjukin batang hidung loe!” mata Tata menyapu ruang tunggu kantornya, berharap akan menemukan sesosok pria muda bertubuh tegap dan senyum nakal yang berpura-pura lugu duhadapannya. Dan benar saja, tepat dibangku terakhir terdapat seorang pria dengan tampang bosan yang sedang membolak-balik majalah fashion khusus wanita (bagian pakaian dalam lebih tepatnya).

“Hai bebz,” Rio tersenyum, “Pasti kangen banget ya sama aku? Sampe teriak-teriak  begitu. Kangennya gak bisa ditahan ya cincah kyu” Rio segera berdiri dan menyambut tata, mengembangkan tangannya untuk memeluk erat ‘otot dada yang tersembunyi dibalik kemeja putihnya seolah berkata halloooow Tata come and get me.

“Gundul mu!” Tata berkelit  dan menepok jidat Rio.

“Sakiiit,” Rio memonyongkan bibir sambil mengusap-usap jidatnya, memasang acting semanja mungkin. Tingkah laku yang membuat Tata semakin sebal dengan Rio.

Tata segera menarik lengan Rio dan menyeretnya menuju kepojokan ruangan, berbisik secara perlahan, berharap tidak ada seorangpun yang akan mendengar pembicaraan mereka “Gila loe ye, ngapain pake ngaku-ngaku jadi suami gue? Hamil lagi, kapan buatnya?”

“Hehe, buat sekarang yuk!” jawab Rio sambil cengengesan.

“Ogah, sebaiknya loe jelasin ke Siska tentang hubungan kita! Sebelum gue acak-acak tuh muka,” Senyum Rio semakin mengembang mendengar perkataan Tata barusan. “Loh kok ‘loe malah senyam-senyum begitu?”

“Jadi sekarang kita punya hubungan?” nada Rio mengejek.

“Yeee ngareeep,” ucap tata.

Tata baru saja akan membalikkan badannya ketika Rio menariknya secara tiba-tiba, melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Tata dan mengecup bibir pink yang terlihat menggoda tersebut. Kontan saja Tata terlonjak kaget, dengan sekuat tenaga ia berusaha lepas dari cengkraman tubuh Rio ‘namun nampaknya usaha yang Tata lancarkan sia-sia. Otot-otot yang terlatih itu bukan tandingan bagi tenaga seorang wanita dengan tinggi 158 cm dan berat 45 kg.

Hentakan demi hentakan yang Tata lakukan untuk melepaskan tubuhnya hanya membuat seorang Rio semakin bergairah dan memagut bibirnya lebih intens, kecupan liar dan gigitan kecil disela-selanya yang Rio lakukan mulai dibalas oleh Tata. Rintihan-rintihan kecil mulai terselip dari bibir mungil Tata, membuat Rio tak dapat menahan laju tangannya untuk menjelajah kebagian payudaranya. Kini mereka telah lupa sedang berada dimana hingga sesuatu membuyarkan nya..

“Eheeem..eheeemmm.”

Dengan gugup Tata menoleh kearah datangnya suara, “Eh Siska... PAK HARRIS?? Sejak kapan?” Tata terlihat begitu shock dengan kenyataan, bahwa dirinya ditonton oleh rekan kerja dan atasannya.

“Sejak kalian berdua bergumul dipojokan, dan hampir mempertontonkan adegan 21++,” Harris menjelaskan dengan nada kesal, yang wajar saja ia bersikap seperti itu.

“Ma-maaf pak,” ucap Tata sambil menundukkan kepala dan membenarkan pakaiannya, menyesal dan malu dengan apa yang baru saja ia lakukan. Dasar Nyet-nyet Biad*b  sengaja bikin malu gue, jangan-jangan dia tahu ada pak Harris dibelakang ‘Batin Tata.

Tanpa aiu or babibu, dengan santai Rio berjalan menghampiri Harris dan mengulurkan tangannya.

“Pagi, gue Rio suami Tata,” dengan wajah tanpa ekspresi dan sok cool Rio menyatakan perang terbuka dengan pria yang disinyalir adalah boss dari Tata.

Dan pernyataan perang tersebut disambut dengan tangan terbuka oleh seorang Harris, “Saya Harris, atasan Natata,” ucap Pria berumur 36 tahun tersebut.

“Alasan kedatangan kedatangan gue disini, untuk menjemput Tata memeriksa kandungannya. Sekarang kita cabut dulu bro, Bye” dan begitulah Rio menarik paksa Tata yang masih terbengong-bengong atas kejadian barusan, dan kesalahpahaman terus berlanjut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Natata Sex JurnalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang