Jebakan Cinta

39.8K 2.3K 548
                                    

Hahaha.. Aku coba bikin cerpen. Nggak tahu gimana menurut kalian. Moga aja kalian berkenan 😁😁

🌷🌷🌷

Bagiku hari ini, hari terberatku. Bayangkan saja, harus melihatnya dia dengan kekasih cantiknya di teras balkon kamarnya yang berhadapan langsung dengan balkon kamarku. Meskipun tidak jelas tapi aku bisa melihat mereka berdua. Padahal tadi di tempat kerja aku sudah disuguhi pemandangan yang sama. Tak cukupkah di kantor mereka terus bersama? Ingin rasanya aku melempar pot bunga ini agar mengenai mereka.

Aku merasa sakit setiap kali melihatnya bercengkrama dengan wanita lain, ya meskipun aku mengenal perempuan itu. Ya Tuhan, seperti ini ternyata rasanya menyukai seseorang sebelah pihak. Andai saja rasa suka ini bisa dengan mudah dibuang, alangkah gembiranya aku. Salahku sendiri kenapa harus menyukai dia yang tidak akan pernah melihatku selain sebagai adik.

"Fir, tolong anterin kue yang Bunda taruh di wadah plastik unggu di dapur ke rumah Tante Marta," pinta bunda dari pintu kamarku

Aku merengut dengan bibir mencebik. "Kenapa nggak Bunda, aja?" jawabku sembari mengekor di belakang bunda. Apa bunda tidak tahu aku paling malas melihat Hara bersama pacarnya.

Bunda berhenti lalu berbalik menghadapku, untung saja jarak kami sedikit jauh. "Bunda lagi buru-buru ke toko, tadi ayah udah teleponin terus terusan. Tolongin Bunda ya, ya, ya? Nanti Bunda bawain martabak manis deh," bujuk bunda padaku agar tidak cemberut.

"Janji ya, Bun. Kalau lupa, aku bakal minta uang saku yang banyak," ancamku pada bunda.

"Beres. Buruan gih."

🌷🌷🌷

"Tanteee!" Teriakku begitu aku masuk ke dalam rumah dengan bangunan lebih besar dari rumahku. Wajar saja Om Iqbal kan pengusaha sukses jadi sebandinglah, tapi yang aku salut Om Iqbal tidak sekalipun memandang rendah pada orang lain.

"Di belakang, Fir. Sini!" Jawab tante Marta.

Langsung saja aku menuju halaman belakang dengan taman bunga aneka jenis dan warna, beserta gazebo dari bulatan-bulatan bambu yang dirangkai kuat untuk melepas lelah. Aku meletakkan kotak kue di depan Tante Marta yang di kelilingi benda-benda kecil cantik serta kotak-kotak apik warna unggu cerah dengan tutup plastik mika bening, baru kemudian aku ikut duduk di gazebo.

"Kok sendirian, Tan? Mas Hara mana?"

Tante Marta melihatku sebentar lalu kembali sibuk dengan benda-benda kecil di depannya. "Itu lagi sama Wulan di atas."

"Oh. Siapa yang mau nikah, Tan? Kok banyak banget hiasan-hiasan buat seserahan gitu," tanyaku ingin tahu. Mungkinkah job sampingan Tante Marta? Tapi itu tidak mungkin, mengingat betapa cintanya Om Iqbal pada tante Marta pasti tidak akan dibiarkan kekurangan, atau ada sanak saudaranya yang minta tolong?

Tante Marta memberiku senyuman manis, aku pun membalasnya. Tapi aku tak tahu arti dari senyuman itu. "Buat Hara dong, Fir. Dia kan mau ngelamar cewek yang dia cinta," sahut Tante Marta dengan wajah gembira. "Akhirnya anak itu bakalan nikah juga. Tante aja sampai takut dia trauma gara-gara putus sama Sita," imbuhnya Tante Marta.

Seketika senyuman di bibir ini, aku tarik sedikit demi sedikit. Lidahku terlalu kelu untuk langsung membalas kata-kata Tante Marta. Aku meringis mendengarnya. Kenapa semakin sakit begini rasanya. Serasa tubuhku di hancurkan sampai tak bersisa, lebur tersapu ombak di lautan. Ya Tuhan. Kenapa harus hadir rasa ini bila akhirnya akan membunuhku. Air mataku mulai menggenangi pelupuk mata, butiran bening ini hampir menetes jika saja mataku tak berkedip-kedip. Tidak! Aku harus menahannya. Aku tak boleh menangis di depan Tante Marta. Meskipun harus menangis tapi senyuman tetap kutampilkan.

Kumpulan Cerita CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang