Chapter 1

27 3 0
                                    

Dering ponsel yang sengaja ku full-kan volumenya membangunkan ku dari tidurku yang sejujurnya baru 4 jam.  Aku meraba-raba kasurku yang sprei-nya sudah acakadul untuk mencari ponselku yang entah aku taruh dimana semalam.
Ketemu!!!! Tapi deringnya sudah mati, menyisakan 1 missed call dan pesan dari Radit.

 Ketemu!!!! Tapi deringnya sudah mati, menyisakan 1 missed call dan pesan dari Radit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ku balas pesan dari Radit dengan singkat.
        ["Ya syg, ni udh mau mandi"]

🥀🥀🥀

"Maaa, lula berangkat ya!!!" Ucapku nyaring seraya buru-buru mengikat tali sepatu.

"Sarapan dulu kak, udah disiapin loh," saut mama dari arah dapur.

"Nggak sempat ma, takut telat. Dosennya killer. Daaahhhhhh." aku bergegas mengeluarkan kunci mobil.

Ku pacu mobilku dengan cepat, sambil sesekali melirik arloji di pergelangan tanganku, pemberian Radit. Ahhhh, aku lupa membalas pesan terakhir Radit yang mengajakku lunch bareng nanti siang. "Ntar aja deh balas nya, pas di kampus," gumamku seraya kembali fokus meyetir mobil yang sudah memasuki parkiran kampus.

"Lulaaaaaaaaaaa!!!" Aku mendengar suara yang sudah tidak asing di telingaku memanggil namaku dari kejauhan.

Ya, dia yang sedang berdiri di depan pintu kelas sambil melambaikan tangannya adalah Rania pramesthi, teman yang paling akrab denganku selama 3 semester masa kuliah ini. Ia memiliki tubuh yang tinggi, berbanding terbalik dengan tubuhku yang mungil.

Aku bergegas menghampirinya, "kamu kepagian lagi ya?" Selidikku, karena memang sudah menjadi rahasia umum bahwa Rani selalu jadi orang pertama yang datang ke kelas.

"Tu tau," balas Rani cuek. "Udah ah cepetan masuk, siapin materi presentasi ntar lagi buk Desi masuk," ucapnya lagi sambil menarikku ke kelas.

🥀🥀🥀

Jam menunjukkan pukul 11:00 WIB saat perutku mulai meronta minta diisi, gara-gara nggak sarapan nih tadi pagi.

Ku keluarkan ponsel dari dalam tas dan segera mengirim pesan ke Radit.
["Kelasku udh selesai nih. Makan skrg aja gimana?"]
Tak perlu waktu lama Radit langsung mereply pesanku.
["Oke, aku jemput skrg. 10 menit lagi lngsung tunggu aja di dpan ya syg"]

" nggak pulang laak?" Rani membuyarkan lamunanku.

"Mau makan dulu nih sama Radit"

"Ehmm enaknyee yang punya pacar. Yaudah aku balik duluan yahh," ucap Rani meninggalkanku.

Aku pun menyusul keluar kelas menuju gerbang kampus yang cukup jauh, karena memang kampusku cukup luas. Bukan tidak mungkin bagi kami teman sekampus tapi tidak saling mengenal.

Dukkkkk.........
Saking asiknya memainkan ponsel sambil jalan, aku tidak sengaja menabrak seseorang mengenai bahunya.

"Sorry," lirihku sambil menahan malu.

"Jangan main hp sambil jalan, ntar jatoh nggak ada yang bantuin bangun" ledeknya.

Aku menatap cowok yang ada di depanku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan.....

"Kak Danish alumni SMA 14 ya?" Ujarku sambil terbelalak.

"Iya, kok tau?" Balasnya santai.

"Ya taulah, kan kakak ketua OSIS dulu."

"Hehe iya pantesan tau. Nama lo siapa? Gue lupa. Kuliah ngambil jurusan apa disini? Kok baru ngeliat ya?" Ia menyecarku dengan banyak pertanyaan.

"Satu-satu kali kali kak," aku terkekeh.

"Aku Lula, anak jurusan akuntansi" aku melanjutkan.

Ponselku berdering, kayaknya Radit udah nunggu di depan.
"Aku duluan ya kak, udah ditungguin temen."

"Oke, hati-hati jangan main hp dijalan lagi!" serunya mengingatkanku.

Aku hanya tersenyum sambil berlari kecil, takut Radit kelamaan nunggu.

🥀🥀🥀

"Mau makan dimana syg? Mcd, kfc atau apa?" ucap Radit lembut sambil tetap fokus ke jalan.

"Aku lagi pengen bakso aci nih," aku menyengir lebar.

"Yaudah ayok, yang dekat toko DVD waktu itu kan?" Ujarnya sambil meraih tanganku, menggenggamnya kuat.

"Iya, yang waktu kamu sakit perut kepedesan ahhahah," aku tergelak meledek.

"Huuu kalo ngeledek emang juara satu deh kamu," belanya.

Raditya panji wardhana. Ia sudah menjadi pacarku hampir 2 tahun. Tepatnya, saat duduk di kelas 3 SMA aku mulai menerimanya menjadi seseorang yang lebih dari teman cowok.
Perawakannya? Dia ganteng, putih (lebih putih dari aku hehe), bertubuh atletis dan tinggi.
Dia berasal dari keluarga terpandang, dengan latar belakang pendidikan yang tinggi.
Tajir? Jelas. Tapi nggak sombong, sama sekali.
Dan satu yang pasti, anaknya sopan banget. Makanya mama papa aku setuju banget aku pacaran sama Radit.
Ah ntar deh aku ceritain lagi tentang Radit, kita mau makan bakso aci dulu.

🥀🥀🥀

Yang mau ngasih kritik, saran, masukan atau apapun itu silahkan komen. Jangan lupa vote hehe, hayuk kenalan yuk.

Lula Dan DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang