3. Mesin Waktu

157 16 0
                                    

"Kas, sekali lagi lo muter-muterin kubikel gue pakai kursi, gue laporin ke Mbak Savira buat perpanjang masa magang lo disini."

Joni memijit pelipisnya−cukup deadline baru sejak rapat redaksi tadi pagi saja yang membuatnya gila−tidak perlu ditambah kelakuan Lukas yang menambah penat di kepalanya saat itu.

Namun, ancaman Joni malah membuahkan gelak tawa yang khas dari mulut Lukas, "Yah jangan gitu dong, Mas. Lagi banyak deadline ya? Ada yang bisa gue bantu?"

"Ada," sergah Joni seraya mengambil tumpukan kertas dari mejanya. "Nanti sore sebelum pulang, tolong kasih ini ke Lalita, ini contoh lighting yang akan kita pakai untuk photoshoot minggu depan."

"Siap." Lukas mengacungkan jempolnya dengan semangat.

"Dan satu lagi−udah gue bilang panggil gue Joni aja."

"Iye, Jon."

Beban kerja Lukas hari itu tidak terlalu banyak. Memasuki bulan kedua di kantor D'Bonair sebagai anak magang, ia dipercaya untuk membantu tim multimedia yang akan mempersiapkan edisi terbaru majalah mereka. Meskipun pada awalnya ia ragu dengan keputusan yang ia ambil untuk menghabiskan masa kosongnya sebelum diwisuda dengan bekerja sebagai intern di kantor redaksi majalah, pada akhirnya ia tidak menyesal karena ada banyak hal baru yang didapatkannya setelah bekerja di media.

"Jon."

"Ya."

"Mau nanya sesuatu."

"Awas kalau gak penting," jawab Joni tanpa mengalihkan pandangannya dari layar computer yang mempertunjukkan sebuah clip pendek dari Adobe Premiere.

"Omong-omong, Kak Lalita..." Lukas memelankan suaranya, kontras dengan suara tawanya yang biasanya membahana. "Kak Lalita lagi kenapa ya?"

Joni mengangkat alisnya, memalingkan pandangannya menuju Lukas yang mengedikkan kepalanya ke kubikel tempat Lalita duduk.

"Maksud lo?"

Menarik kursinya ke arah kubikel Joni, Lukas mengucap kembali. "Iya, dari kemaren kerjaannya bengong terus. Coba lihat deh."

Tidak jauh dari mereka, Lalita memejamkan matanya sembari menengadahkan kepala, duduk dengan menyenderkan punggungnya ke kursi dengan posisi yang tidak seimbang. Layar komputernya menunjukkan keadaan sleep, namun ia masih meletakkan jemari tangannya diatas keyboard komputer.

Joni mengernyitkan dahinya sebentar, memandangi Lukas yang menyimpan rasa penasaran di dalam ekspresinya.

"Lagi pusing deadline mungkin."

Respon yang singkat tapi menyita perhatian Lukas, membuat ia semakin mempertanyakan apa yang ada di pikiran Lalita. Paras yang sama yang muncul sejak ia menemani Lalita di sebuah acara pernikahan pada minggu lalu.

###

SparksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang