Karunia

20 2 0
                                    

Hai perkenalkan nama ku Nia, aku di karuniai penglihatan walau hanya setengah. Walau hanya setengah aku bisa merasakana makhluk yg sedang mengintip atau membututi ku. Aku hanya bisa melihat nya dari samping saat ku memfokuskan penglihatan ku pada nya tiba-tiba ia hilang, aku tak tau kenapa bisa terjadi kebanyakan orang jika mereka memiliki kemampuan ini mereka benar-benar berinteraksi dengan makhluk itu. Tapi kenapa aku tidak, mungkin aku orang yang beruntung tidak melihat seutuh nya makhluk itu.

Ya, kemampuan ku sudah ada sejak aku duduk di bangku taman kanak-kanak. Aku hanya melirik sedikit saat ku tengok lagi makhluk itu sudah tidak ada, ya tuhan. Saat itu aku menangis menjerit jerit seada nya aku melihat makhluk berbadan besar hitam berambut panjang dan kuku nya besar, aku hanya merasakan energi negatif nya serasa tubuh ku ingin di cabik-cabik oleh nya. Ya saat itu masih di taman kanak-kanak. Orang tua ku pun sempat khawatir dengan kemapuan ku ini mereka menganggap ku anak yang berkebutuhan khusus hingga saat itu aku di ajaka nya mereka ke sebuah pondon pesantre di bogor pedalaman saat itu aku hanya menangis terseduh-seduh. Aku melihat banyak sekali makhluk dengan lirikan ini dan benar benar merasakan energi yang saling bertabrakan antara positif dan negatif saling berlawanan, setelah sesampai nya di ponpes itu, di temui nya sang kyai besar di sana "assallammuallaikum warrohmatullohi wabarokatoh kyai"
"walaikumsallam warrohmatullohi wabaratuh"
"ada apa gerangan kamu kesini Aji?", yah ayah ku memang mengenal kyai itu. Sebab nya dia pernah belajara di ponpes ini.
"aku kesini membawa anak ku Abah, kurasa dia mempunyai kelebihan yg di katakan kelebihan ini kelebihan yg sangat beruntung" jelas ayah ku.
Lalu minuman dan makanan pun datang kyai itu mempersilahkan ku untuk memakan dan meminum nya "kamu pasti lapar saat perjalanan kesini. Makan lah dulu nak" sambil mengelus kepala ku "aku tau sejak dia belajar jalan" jelas nya
"kenapa abah tidak memberitahukan kepada saya saat itu" tanya ayah ku pada kyai itu, kyai itu hanya menyeruput kopi panas nya. Lalu ia berkata "dia sudah menjadi pilihan ji. Jadi tak usah takut dengan apa yg dia punya, dia mempunyai tiga malaikat yg menjaga nya yaitu kamu, istri kamu dan seseorang yang di dalam mimpi nya kelak akan datang" "kita berdoa saja kepada ALLAH swt agar di berikan keselamatan bagi Nia" saat mereka berbincang-bincang aku pun berlari keluar dan tiba-tiba saja aku menangis dan membuat gaduh di suasana tenang itu, aku pun langsung di bawa masuk ke rumah oleh ibu ku "kamu kenapa nak?, kamu jgn keluar di waktu waktu ini. Ayo masuk, sssttt diam lah anak ibu yang cantik dan manis sssttt diam lah ibu selalu ada di sisi kamu" aku pun memeluk ibu ku dan berhenti menangis. Waktu berlalu begitu cepat malam pun tiba saat itu aku benar-benar khawatir dan meronta meminta pulang secepat nya. Ternyata apa yg kurasakan tadi sore itu ada energi negatif di daerah sini aku tidak terlalu melihat sosok nya itu.

Lalu saat itu ibu ku menidurkan aku sementara ayah dan kyai sedang berbincang bercanda gurau di teras. Aku melihat banyak santri yg sedang pawai obor lalu "ibu sedang apa mereka?, kenapa mereka membawa api seperti itu? Kenapa bukan senter saja" tanya ku
" ini nama nya pawai obor anak ku, setiap tahun di adakan nya dengan memperingati tahun baru islam. Kamu mau ikut?" jelas ibu ku " iya aku mau ikut, tapi aku takut"
"takut kenapa? Ada ibu yg menemani mu" "kamu ijin dulu sama ayah kamu kalau kamu mau ikut pawai obor". Aku pun berjalan menuju teras mengahampiri ayah ku "lho kamu bukan nya tidur? "
"ayahhh, aku mau ikut pawai obor yah" ayah ku hanya tersenyum, lalu kyai itu mengelus ngelus kepala ku lagi "nak, tidur lah sudah larut malam. Esok kamu harus berangkat pagi-pagi dari sini" aku hanya memasang muka sedih dan senyum kecil saat kyai itu berbicara seperti itu, aku pun menuju kekamar dan tidur bersama ibu ku.

Adzan subuh pun berkumandang ibu ku membangun kan ku untuk sholat subuh "nak nak bangun nak, solat subuh dulu yuk nak" ya aku pun terbangun lalu di gendong nya aku oleh ayah ku "sini sini ayah gendong, allahu akbar. Kamu semakin berat saja ya, besok saat kembali dari sini ayah belikan sepedah" aku pun memeluk erat dan mencium nya "terimakasih ayah" .

Sesudah nya sholat ayah dan ibu ku membereskan baju-baju ku bersiap untuk pulang ke ibu kota. Saat ku berpamitan dengan si kyai "nak, ini abah ada sesuatu buat kamu" selonjorkan nya bungkusan itu di depan muka ku dan ibu ku berbicara "ambilah nia, itu pemberian dari seorang guru" aku pun mengambil nya dan sebelum berangkat aku di cium nya oleh abah "sini sini abah cium dulu, semoga kamu jadi orang sukses dan menjadi anak yang sholehah ya buat ibu dan ayah kamu" aku pun hanya mengangguk. Kenaapa saat aku di dekat nya aku merasakan energi yg benar-benar positif dan kami pun berpamitan pada kyai itu.

Ya kejadian itu aku rasakan dari awal saat ku masih kecil dan aku mulai terbiasa dengan hal itu semua dari makhluk yang mengicar nyawaku dan dari makhluk yg baik dan lucu. Teman-teman ku tak percaya aku mempunyai karunia ini tapi ya wallahuwalam aku hanya bisa berjalan lurus kedepan tanpa menoleh yg sudah-sudah dan banyak dsri mereka menyebut ku karunia yang beruntung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karunia PenglihatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang