Mahasiswa Env. / #1 ㅡ Dilema Kampus

135 2 0
                                    

Haloooo, Pie disini. Mulai sekarang dan kedepannya aku akan posting dengan title "mahasiswa env." di depannya.

Jadi, kemarin Hai bilang sesuatu hal yang bener-bener bikin aku mindblown. (Eak, lebay sih.) Hai bilang:
"Kampus kita kayak rantai keluarga."
(Atau ya semacamnya lah, forgot the exact words tapi pokoknya itu deh. Maapin aku Hai.)

Dan emang bener! Lol. Kocak juga sih kalau dipikir-pikir. Kampus aku, Hai, dan Lly itu emang istilahnya bersaudara. Kampus aku kakeknya, Hai bapaknya, Lly anaknya.

Kisahnya bermula 2 abad yang lalu.

*ancient music playing in the background*

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, lahirlah sebuah sekolah kedokteran yang akan menjadi cikal bakal perguruan tinggi pertama di Tanah Ibu Pertiwi. Puluhan tahun berlalu, lahirlah sekolah hukum dan sekolah teknik yang semuanya tergabung dalam sebuah nama Universitas pertama di Tanah Air. Waktu itu namanya masih pakai Deutsch, susah di pronounce-nya.

Lalu, seiring berjalannya waktu, sekolah hukum dan kedokteran ini bersatu menjadi sebuah universitas yang kemudian memunculkan fakultas fakultas lain. Sementara sekolah tekniknya menjadi institut mandiri yang terletak di ibukota Jawa Barat.

Waktu kembali bergulir. Dengan adanya tuntutan lulusan kompeten yang dapat langsung turun ke dunia kerja, Institut ini mendirikan sebuah polytechnic dengan nama yang sama dengan nama Institut itu sendiri. Sekitar 20 tahun setelah didirikan, polytechnic ini memisahkan diri dari Institut dan menjadi sebuah perguruan tinggi mandiri dengan nama baru.

Ya, kurang lebih begitulah kisah persaudaraan tiga PTN ini yang penuh dengan perpecahan dan perpisahan. (Yhaaaaaa)

~ • ~

Ya jujur kalau dari aku sendiri, sampai sekarang masih heran kenapa bisa ada di Univ tempat aku menuntut ilmu sekarang ini. Tahun 2017 lalu, aku punya mimpi untuk bisa berkuliah di anak dari univku, alias si Institut ini. Tapi waktu buka web SBMPTN, malah diminta maafin. :( yah akutu gabutuh kata maaf dari kamu, kzl.

Terus akhirnya dengan segala keabsurdannya aku masuklah ke si cucu alias polytechnic ini. Teruuuus, 2018 ini aku dengan segala keisengan dan kegabutan dan pertimbangan yang sebenernya nirfaedah, memutuskan untuk 'ah iseng coba SBM lagi y x g kuy' dan daftar lah. Nah terus kan maunya ke si bapak, kenapa milihnya kakek???

Jadi pertimbangannya, kalau aku masuk ke bapak, aku bakal tetep ngekos kayak aku waktu lagi kuliah di si cucu. Nah, yakin banget mama pasti bakal bilang "yaudah lanjutin aja sih di cucu". Jadi ambil jalan amannya dengan milih si kakek, karena kalau kuliah di kakek aku bisa PP dan gak perlu ngekos. So, pilihlah kakek. SBM tahun ini pilihan 1 2 3 semuanya kakek, beda jurusan tapi ya pastinya. Yaealaaah.

Deket-deket ke hari ujian, boro-boro bisa belajar.
1. Tugas kuliah Alhamdulillah luar biasa Allahu Akbar sangat membebani hidup ini
2. Tanggung jawab di BEM, dimana aku megang proker KKN dan disitu lagi bener masa persiapan dimana tiap minggunya aku harus bolak balik ke desa naik motor PP 8 jam, belum ngurus surat, belum ngurus oprec panitia, oprec peserta. Bisa gila gwa dan emang bener udah gila sih.
3. Hal-hal lainnya yang amat sangat mendistract dan bikin aku ga nyentuh buku persiapan sbmptn SAMA SEKALI. Literally GAK NYENTUH SAMSEK. Pake capslock biar gereget.

Terus datanglah hari ujian. Jeng jeng. Aku berangkat bareng sama Hai, karena di antara kita bertiga yang ikut sbm lagi cuma aku sama Hai. Kenapa? Nanti kita tunggu postingan Lly untuk tahu jawabannya ya. (Asyiq)

Aku sama Hai dateng dengan segala kekosongan di otak kita dan keplanga plongoannya. Terus aku ngerjain. Sumpah aku sampe saat ini gak tau aku tuh sebenernya ngisi apaan waktu sbm kemarin. Fisika tuh kayak bener bener ada angka, yaudah aku kaliin kek tambahin kek liatin kek marahin kek, apalah gitu biar 200k uang pendaftaran ujian tuh ada faedahnya dikit.
Terus waktu jam istirahat pindah dari SAINTEK ke TKPA, anak-anak fresh graduate SMA (cielah) lain serius belajar. Aku ngapain? Baca fanfiction. Jangan dicontoh ya adek-adek. Sumpah jahannam banget emang gaada mutunya akutuh.

Pas beres ujian, ketemuan lagi sama Hai dan kita cuma kayak bisa nyengir nyengir bego karena emang kita bego beneran gatau itu ngisi apaan tadi di kertas, yang penting keisi dah. Kurang lebih begitu prinsip kita. Prinsip ngaco emang monmaap ya.

Kemudian hari - hari berlalu....

Waktu pengumuman SBMPTN 2018 tiba, heboh tuh seantero jagad raya. Tadinya pengumumannya jam 5 tapi dimajuin jadi jam 3. Di kelas kita waktu itu ada 6 orang yang mencoba keberuntungannya lagi di sbmptn, aku sama Hai termasuk di dalamnya.

Beres matkul sekitar jam 3 kurang, anak-anak langsung heboh. Tapi ya gitu, lebih hebohan mereka yang gak sbmptn daripada kita-kitanya.

- AYO BUKA DONG BUKA EUY GANCANG
- EH LIAT DONG GIMANA HASILNYA
- EH KETERIMA GA??? SIAPA ADA YANG MASUK I*B GA?
- HAH KUMAHA KUMAHA??

Padahal belum jam 3 tuh, tapi hebohnya udah kayak emak emak mau borong baju grosiran di Tanah Abang. Emang suka heran akutu sama anak kelasan.

Terus ya dengan memotong scene di sana dan di sini, akhirnya ternyata dari sekelas 6 orang yang sbm lagi yang keterima adalah.....aku dan Hai. Kita berdua. Yang sama sekali tidak menyentuh buku sbmptn. Yang paling non-ambisius di antara 6 itu dan paling sering mengumbar kalo kita ga bakal lulus waktu sebelum hari pengumuman.

Disini aku dapat pelajaran,
Emang takdir Tuhan itu gaada yang tau, cuy. Kun fayakun itu nyata. Dan terkadang usaha gak selalu berbanding lurus dengan hasil, sayangnya.

Kemudian untuk mempersingkat cerita, akhirnya kita berdua mengambil kampus hasil lulus sbm ini dan masuk kesana. Yang akhirnya melahirkan UKM PKKP yang merupakan UKM lintas universitas pertama di Indonesia. Mantap betul.

~ • ~

Ya mungkin ini sedikit sejarah (asyik, sejarah cuy) kenapa UKM PKKP bisa terbentuk versi aku. Mari kita tunggu yang versi Hai dan Llynya.

안뇽 👋

Curhatan MahasiswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang