Part 2

9 0 0
                                    

-You Deserve Better-

Warning : OOC, Typos, Mature, etc.

Disclaimer :

Naruto belong to Masashi Kishimoto

Story based on K-Drama (Wok of Love)

Hinata melihat kepergian ayahnya dengan rasa sedih, 'Sasuke-kun... Kau dimana?'.

Kejadian di hari itu menjadi mimpi buruk baginya. Ia tidak menyangka Ayahnya akan ditahan karena kasus korupsi. Ditambah lagi dengan ketidakhadiran calon suami di hari pernikahannya. Setelah kejadian itu Hinata tidak dapat menghubungi Sasuke. Bahkan kedua orang tua Sasuke juga tidak dapat meneleponnya. Terakhir kali pria itu memberi kabar bahwa dia sedang mengurus pekerjaannya di New York dan akan kembali di hari pernikahan. Hinata hanya bisa bersabar menghadapi semua ini. Akhirnya pernikahan ini dibatalkan sampai Sasuke kembali dari New York.

20 Februari 2017

"Nee-san, apakah rumah ini juga akan di sita oleh kepolisian?" Tanya Hanabi ketika mereka sedang sarapan. "Aku tidak tahu pasti, Hanabi. Tapi yang jelas aku akan berusaha mencari uang untuk biaya hidup kita". "Maafkan ibu ya Hinata, Hanabi. Keuangan di Yayasan juga sedang diperiksa oleh pihak kepolisian, sehingga mereka melarang ibu menerima uang sepeserpun", kata Hikari sambil memegang tangan kedua anaknya. "Tidak apa-apa bu. Aku akan bekerja keras mulai saat ini", Hinata sedikit tersenyum dan mencium tangan ibunya.

Sebelumnya Hinata tidak pernah bekerja. Ia akhirnya mencari-cari pekerjaan melalui media cetak dan internet. Tiba-tiba ponselnya berdering dan memunculkan nama Tenten.
'Moshi-moshi. Hinataa! Bagaimana kabarmu? Aku turut bersedih melihat berita di TV pagi ini. Apakah kau baik-baik saja?', suara Tenten terdengar lantang.
"Tenanglah Tenten. Aku baik-baik saja" balas Hinata sambil menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga.
'Bagaimana kabar pernikahanmu? Maafkan aku tidak bisa hadir karena ada tugas yang sangat penting'.
"Tidak apa-apa. Pernikahanku ditunda, sampai Sasuke-kun kembali dari pekerjaannya".
'Apa?! Pria gila itu bahkan tidak hadir? Astaga Hinata kau sebaiknya tidak menikah dengan pria semaca itu'.
Hinata hanya bisa mendengus, "Aku tak punya pilihan lagi Tenten. Sudahlah, sebaiknya kita berbicara hal lain. Apakah kau punya pekerjaan untukku?".
'Hinata sayang, maafkan aku. Tapi mungkin kau bisa menghubungi Ino, dia punya segudang pekerjaan di dunia modelnya. Lagipula kau sangat memenuhi kriteria'.
Hinata berpikir sejenak, "Aku tidak yakin bisa menjadi model yang baik".
'Ayolah Hinata. Kau ini cantik dan memiliki tubuh yang pas untuk jadi seorang model. Apalagi model majalah dewasa'.
"Tenten! Apa yang kau katakan?! Aku tidak mungkin bisa seperti itu, astaga".
'Hahaha, gomenne. Setidaknya tanyakan pada Ino apakah dia memiliki pekerjaan untukmu'.
"Baiklah, terima kasih atas saranmu".
'Dengan senang hati, sayang. Eh sudah ya, aku harus kembali bekerja. Sampaikan salamku pada bibi dan Hanabi'.
"Baiklah, sampai jumpa. Aku merindukanmu".
Peep, suara Tenten terputus. Hinata mendengus kesal. Ia tak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini. Impian untuk menikah dengan seorang pria idaman dan hidup bahagia pupus seketika.
Hinata memeriksa kontak ponselnya dan disana tertera nama Ino Yamanaka. Ia mulai menuliskan sebuah, 'Ino, bisakah kita bertemu?'. Kemudian ia segera berganti pakaian untuk menuju suatu tempat.

Pukul 15.00
Hinata duduk di sebuah kursi kayu dengan ukiran bunga yang indah. Ia berada disebuah kafe untuk bertemu dengan seseorang. Sesekali ia menyesap teh Matcha dan memperhatikan ponselnya. Tiba-tiba sebuah tangan menutup matanya. "Ino, tolong hentikan. Aku tau itu kau". Ino tertawa kemudian memeluk Hinata, "Maafkan, aku hanya bercanda". Hinata membalas pelukan Ino dan bergumam.
"Aku sangat sedih mendengar penundaan pernikahanmu itu. Apakah paman Hiashi baik-baik saja?" kata Ino sambil menggenggam tangan Hinata.
"Syukurlah, ayah baik-baik saja. Saat ini pengacara masih menyelidiki kasus tersebut".
"Semoga semua berjalan dengan baik. Jadi, ada apa kau memanggilku kemari?".
"Terima masih", ucap Hinata sambil tersenyum. "Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, apakah agensimu membutuhkan seseorang untuk bekerja?".
"Nah, tepat sekali. Kau membutuhkan pekerjaan?"
"Yeah, kau tau kan kondisiku saat ini seperti apa".
"Kebetulan bosku membutuhkan seorang model. Apa kau mau bekerja sebagai model?".
"Kalau boleh tau, apakah ini untuk model majalah dewasa?"
"Tidak, Hinata. Kebetulan saat ini kami membutuhkan model untuk Iklan Pakaian renang".
"Apa?! Bukankah itu sama saja? Aku tidak mau" Hinata sedikit terkejut dengan penjelasan Ino.
"Ayolah, Hinata. Baju renang bukan masalah untukmu. Kau juga sering menggunakannya ketika kita pergi untuk berenang".
"Tapi aku tidak pernah menggunakannya untuk hal komersial" Hinata merinding membayangkannya.
"Hinata, sayang ini hanya baju renang. Lagipula kau hanya akan di foto".
Hinata mempertimbangkan hal itu. Ino benar, ia tidak akan berlama-lama menggunakan baju tersebut dan hanya akan mengambil gambarnya saja.
"Baiklah, beri aku waktu sebentar untuk mempertimbangkannya".
"Okay, aku akan merekomendasikanmu kepada Bosku".
Mereka melanjutkan perbincangan sambil minum teh di sore hari.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 13, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

We Deserve BetterWhere stories live. Discover now