prolog

24 4 0
                                    

Aron yang memainkan pianonya dengan mata yang sesekali tertutup dan jari jarinya yang lincah terus bermain, saat ini adalah pertunjukan pianonya, di hadapan ratusan penonton dan juri. Ia bertaruh atas nama sekolah dan juga dirinya dalam audisi bakat ini. Kabar baiknya Aron dapat memikat para juri yang ada disini, bahkan penonton pun benar benar terpesona dengan penampilan seorang siswa lemak yang berusia 11 tahun ini.

Mata lelaki itu terbuka bersamaan dengan jarinya yang sudah berhenti bermain diatas Piano itu. Ia menatap kearah penonton dengan jantungnya yang sudah berdetak kencang dan perasaan yang berkecamuk. Wajahnya yang kakuh pun kini tidak bisa ia kondisikan.

"Silahkan kembali kebelakang Aron"ucap salah satu panitia.

Aron mengangguk dan berdiri dari kurisnya menuju ke belakang panggung. Aron mengaitkan jari jarinya karna merasa gugup, ia duduk di kursi tunggu yang berada di belakang panggung.

"Bunda, apa bunda yakin kalau Kaila bisa?" Aron menangkap suara tidak jauh dari tempat ia duduk. Matanya menoleh ke sumber suara dan melihat seorang gadis bersama dengan sosok wanita yang terlihat saling berinteraksi.

"Kamu pasti bisa. Bunda yakin" Aron yang benar-benar fokus memperhatikan keduanya pun membuat gadis itu menoleh karna sadar jika seseorang tengah memperhatikannya. Mata Aron membulat saat mata mereka bertemu. Gadis itu menatap heran tetapi tidak lama dia tersenyum dan melambaikan tangannya

Aron masih dengan wajah terkejut pun kembali menormalkan wajahnya. Aron hanya menatap gadis itu, kaila gadis yang melambaikan tangan pada Aron pun hanya menurunkan tangannya karna tidak ada respon dari Aron

"Kamu sekarang giliran kamu nak" Kaila pun mengangguk lalu melangkah pergi namun sebelum itu ia kembali menatap Aron masih dengan wajah yang ramah senyum. Aron pun seakan terhipnotis dan selalu ingin melihat senyum itu.

Seseorang lalu menepuk pundak Aron membuat cowok itu menoleh dan melihat ke Arah seorang gadis yang 8 tahun lebih tua darinya. Aron melepaskan senyum indahnya dan langsung memberi high five pada gadis itu.

"Aron bisa kan kak, Aron bakal juara 1"  Aron membanggakan dirinya yang memang tampil bersinar malam ini. Sedangkan kakak kandung Aron mengacungkan jempolnya untuk adik kebanggaannya itu.
Ashley adalah nama kakak dari Aron. Ashley menggenggam tangan kecil Aron dan mulai mengayunkan kakinya

"Ayo kita kedepan, kita liat penampilan yang lain" Aron mendongakkan kepala nya menatap kesal pada Ashley ia bahkan melepaskan genggaman tangan sang kakak. Ashley menatap heran lalu sedetik tersenyum kembali

"Penampilan Aron tetap yang terbaik kok, cuman kakak mau liat yang lain aja" Ashley meyakinkan adiknya bahwa ia tetap terbaik diantara yang lain. Aron kembali tersenyum lalu kembali melangkah mengikuti langkah Ashley

✴✴✴

Wajah Aron berubah menjadi kusam saat melihat penampilan gadis seusianya benar benar mendapat respon baik. Bahkan kini penonton berbisik bisik. Aron menatap gadis itu yang tersenyum manis di atas panggung. Gadis yang sudah menghipnotis penonton, para undangan beserta juri. Aron bahkan mengakui jika penampilan gadis itu benar benar menakjubkan.

Saat itu pula Aron merasa gelisah, kurang yakin dengan penampilannya tadi apa bisa membawanya meraih gelar nya lagi. Aron ingat. Gadis yang memakai gaun biru langit dengan rambut yang di kepang sedikit hiasan pada rambut senada dengan gaunnya adalah gadis yang sama yang ia lihat di belakang panggung tadi. Dia adalah gadis yang tampil, yang berhasil membuat kegelisahan di hati Aron.

"Baiklah kita sudah menampilkan seluru peserta untuk malam ini. kami berikan waktu untuk para juri menentukan pemenang untuk tahun ini" pengunguman panitia itu semakin menambah kegelisahan Aron.

luluhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang