Part 1

8.2K 196 10
                                    

"Allahu Akbar.. Allaahu Akbar..!

Suara adzan maghrib berkumandang membahana membelah sudut-sudut Ma'had Madrasah Aliyah Nurul Falah.

Para santri bergegas melangkahkan kakinya menuju masjid.
Santriwati sudah langsung mengenakan mukenanya, sementara santriwan mengenakan koko, sarung dan berpeci.

Mentor masing-masing ghurfah meminta para penghuni kamar agar tidak bermalas-malas dan segera menuju masjid.
Jika salah satu dari mereka ada yang terlambat, maka satu kamar akan menerima hukuman dari wali asrama.

Setelah itu pintu semua ghurfah ditutup.
Santriwati yang sedang berhalangan tetap harus turun dan bergabung di teras masjid untuk mengikuti doa dan dzikir bersama usai sholat berjamaah nanti.

Tak perlu menunggu lama, iqomah pun diucapkan oleh salah satu santri yang bertugas hari ini.

Kyai Hamid Alfarizi yang merupakan pimpinan dan sesepuh Ma’had langsung memulai sholat maghrib berjamaah.

Suasana begitu khusyuk.
Alunan surah Al Fatihah mengalun merdu merasuk relung-relung jiwa yang menghamba. Meluruhkan segala kesombongan yang bersemayam di dalam hati.

Aamiin.....” ma’mum mengaminkan akhir dari surat Al Fatihah yang dibaca oleh Kyai Hamid.
Setelah itu, beliau melanjutkan membaca surah Al Bayyinah.

Nampak Sarah, salah seorang wali asrama yang kebetulan sedang berhalangan, meneliti absen yang ada di tangannya.

Beberapa santriwati di hadapannya duduk sambil berbisik-bisik. 
Sarah mendesis meminta agar mereka tidak berbisik-bisik. Santriwati tersenyum malu kemudian menahan seluruh ucapan di bibir mereka.

Usai sholat maghrib, semua santri beserta seluruh pembina Ma'had melanjutkan dengan membaca Surah Ar-Rahman.

Tiba-tiba ponsel  Sarah bergetar dalam saku gamisnya. Segera dibuka, ternyata pesan dari salah seorang wali santri yang menanyakan keadaan putrinya. 

Sarah menahan senyum.
Hari ini merupakan hari pertama masuk bagi santri-santri baru.
Pukul 17.00 sore tadi adalah batas terakhir orang tua mengantar putra putrinya.
Dan baru juga satu jam mereka berpisah, ada saja orang tua yang sudah merindukan anak-anaknya. 

Sarah menjawab dengan foto yang langsung ia share di grup Ma'had bahwa para santri usai melaksanakan sholat magrib berjamaah untuk pertama kalinya. Dan sekarang sedang merapal Surah Ar-Rahman.

Wah... Langsung saja para orang tua merespon dengan senang disertai doa-doa agar anak-anak mereka kelak akan menjadi anak-anak yang shalih dan shaliha.

Usai membaca Surah Ar-Rahman bersama, anak-anak dibagi menjadi dua bagian.

Bagi santri kelas XI dan XII, mereka berkumpul terpisah dengan santri kelas X.
Setelah itu, Kyai Hamid membuka suara. Beliau memberikan sambutan dan pengarahan kepada para santri baru yang akan mengenyam pendidikan di Madrasah Aliyah Nurul Falah ini sampai tiga tahun ke depan. Pak Kyai menyampaikan tata tertib yang berlaku di Ma’had, dan berpesan kepada kakak kelas untuk membimbing adik-adik mereka.

Di Ma’had ini, dilarang keras senior bersikap seenaknya. Mereka harus mengayomi, memberikan contoh terpuji dan membimbing adik-adiknya.

Adik kelas pun diminta untuk bersikap sopan dan hormat kepada kakak kelas mereka. Wajib menundukkan pandangan saat bertemu dengan lawan jenis.

Berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya, di Ma'had Nurul Falah, santri banin(putra) dan banat(putri) digabung jadi satu area, tapi tetap kamar-kamar mereka terpisah, tidak dijadikan satu.

Untuk kegiatan sekolah di madrasah pada pagi hari, mereka digabung, begitu pula saat melaksanakan ekstrakulikuler. Tapi selain dua kegiatan tersebut, semua terpisah.

Dalam hal berbahasa pun diatur disini. Hanya boleh menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Bila melanggar, mereka akan dikenai sanksi maupun denda.

Setelah Kyai Hamid selesai memberikan pengarahan,  grup Hadroh banin memasuki masjid dan melantunkan Sholawat Syubbanul Muslimin.

Kembali  Sarah menahan napas melihat santriwati dihadapannya berbisik-bisik. Ia tahu betul kalau mereka bukan terpukau pada lantunan Sholawat yang terdengar merdu, melainkan terpukau pada vokalis hadrohnya. Fakhrudin Attar yang akrab dipanggil Attar yang memang tampan.

Kembali  Sarah mendesis.

Quite, please.. “ pintanya.

Para santriwati tersenyum malu-malu dan saling mendesis agar teman-teman yang lain tenang.  Sarah kemudian menghela napas panjang dan berjalan keluar.

Dilangkahkannya kaki memasuki kantor. Namun matanya menatap pintu kamar mandi yang nampak tertutup dan lampunya menyala. Keningnya berkerut.
Segera saja ia mendekat. Diketuknya pintu.

“Ada orang? “ tanyanya.

Tak terdengar jawaban.  Sarah akhirnya mematikan lampu, tapi kemudian terdengar suara jeritan.  Sarah tersentak. Dinyalakannya lampu kembali dan diketuk pintunya.

Who’s in there?

Pintu pun terbuka. Nampak seorang santriwati keluar bermata sembab. Sarah belum mengenalnya, berarti gadis ini santriwati baru. Ia menahan napas.

“Kamu kenapa di dalam? Lagi halangan? “

Santriwati itu menggeleng.

“Kok nggak ikut sholat berjamaah? “

“Saya mau pulang! “

Sarah menghela napas panjang.

Bukan Cinta yang Memilihmu, tapi Allah yang Memilihmu untuk Kucintai (BCM) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang