Hai, tadi baru saja gue bertanya di kolom pesan atau kolom convo? Entahlah apapun sebutannya itu, yang pasti gue curhat di kolom tersebut tentang kelanjutan karir gue di dunia oren ini sebagai author. Jahh apaan sih wjwj
Karena kayanya bakal panjang di kolom yang tadi itu, makanya gue memutuskan nulis di sini. Terlebih gue lagi iseng aja menghabiskan waktu di sini, sendirian.
Kalian tau gue di mana?
Sekarang gue lagi makan batagor di sebuah kantin salah satu lantai basement sebuah mall yang hanya memiliki dua huruf pada namanya.Kalian pasti tau.
Sebuah mall tempat gue bertemu dengan mereka, sekumpulan gadis remaja yang disebut JKT48 yang sampai saat ini masih menjadi sumber inspirasi dalam berbagai tulisan gue. Tempat gue bertemu kalian juga, para reader dan sekumpulan orang-orang yang dengan setianya mendukung mereka.
Tempat di mana gue berkali-kali jatuh pada sebuah perasaan yang disebut dengan cinta. Jatuh pada mereka yang menari-nari di atas panggung untuk kita. Atau jatuh pada beberapa di antara kalian yang meneriaki nama mereka.
Dan kini, cintaku berakhir pada satu orang di antara kalian. Seseorang yang membuatku merasa bahwa dirinya lebih berharga dari mereka yang sempat gue agung-agungkan di atas panggung, lebih indah dari mereka yang kalian puji-puji, lebih penting dalam kehidupan gue saat ini.
Kembali lagi ke soal pensiun.
Apa dan kenapa keinginan pensiun itu bisa muncul?
Apa karena rasa cinta gue bukan lagi untuk JKT48? Apa iya?
Gue juga gak tau apakah itu berpengaruh. Gue masih memiliki sebuah alasan untuk ngidol jeketi, karena Oshi gue masih berdiri dengan kokohnya di atas panggung dengan beban beratnya sebagai kapten Tim T saat ini. Ya, Ayana Shahab.Dia adalah gadis yang membuat gue jatuh pada dunia yang gue rasa sebenernya susah untuk ditinggalkan. Dunia peridolan jeketi empat lapan. Halah.
Tapi, kalian harus tau, gue bukanlah seseorang yang baru ngidol kemaren sore. Ayana buat gue jatuh hati saat mereka menjadi bintang tamu di hitam putih dengan seifuku Heavy Rotation-nya. So old, guys.
Naluri comblang gue pun muncul. Gue suka Beby-Ayana saat itu tapi sebuah FF membuat gue jatuh cinta secinta cintanya sama BebNju.
Well, intinya itulah yang membuat gue akhirnya jadi author dan lebih baik ceritanya gue skip karena bakal panjang banget kalau gue ceritain perjalanan gue sebagai author.
Lalu, hingga detik ini. Sudah bertahun-tahun gue menghabiskan waktu, mengidolakan mereka, menuliskan cerita tentang mereka.
Semuanya berubah, dalam dunia oren, dunia ngidol, dalam teater, segalanya berubah seiring perjalanan waktu.
Rasa nyaman itu berkurang, kejenuhan itu mulai merasuki hati gue.
Lalu pertanyaan itu muncul di benak gue, haruskah gue berhenti?
Gue gak akan bawa-bawa iiamlk lagi karena berat. Tapi, dia ada benarnya. Banyak author di angkatan gue yang sudah pensiun dan menghilang. Bahkan yang di bawah gue pun banyak yang juga menyudahi tulisan mereka begitu saja.
Kenapa?
Apa karena minat pembaca mengurang? Apa karena ceritanya tidak menarik? Atau karena inspirasi mereka telah keluar dari JKT48?
Banyak alasan.
Gue tau pergi begitu saja meninggalkan cerita yang menggantung itu sangat tidak enak buat para reader. Gue tau rasanya karena gue juga seorang pembaca.
Namun, jika tidak ada lagi rasa tapi terus melanjutkan cerita, akan sangat tidak enak juga buat pembaca.
Duh, gue emang orangnya terlalu kepikiran, sih.
Jelas, satu alasan yang masih bikin gue bertahan dan mencoba nulis adalah gue masih punya banyak utang cerita yang belom selesai. Itu.
Sebenernya sih, kalau kalian mau tau... banyak banget ide cerita yang pengen gue tuangkan dalam ff series. Mulai dari ff dengan karakter yang isinya cuma Tim KIII, ff yang couple utamanya Zara-Yupi sampai ff berdasarkan lagu KachuUza.
Tapi, semua itu terhambat dengan perasaan aneh setiap gue mulai menuliskan sebuah kata demi kata untuk cerita-cerita tersebut. Ditambah waktu yang gue miliki untuk menulis sangat tidak menentu.
Pekerjaan gue, adalah crew film (beberapa kali gue kudunya shooting sama member tapi ada aja yang gagalin. Eh).
Ketika bekerja, jangankan buat nulis ff. Buat tidur agak lama aja itu susah. Gue tau pekerjaan gue gak setiap waktu. Bahkan gue bisa satu bulan gak kerja sama sekali.
Nah, ketika gue gak bekerja, mood menulisnya yang gak ada.
Gue merasa udah bener-bener susah. Gak bisa kaya dulu lagi. Gak sesemangat dulu lagi.
Lantas, apa yang harus gue lakuin?