Pagi Abadi

37 2 0
                                    

Sejak beberapa tahun yang lalu, sebelum mereka memutuskan untuk pergi ke bumi bawah, mereka tinggal di bumi utara yang secara kondisi lebih baik. Cahaya hadir setiap waktu, tanpa jeda dan tanpa terik yang menyengat.

Ya. Suasana pagi mereka alami setiap waktu. Tanpa perubahan dan henti.

Mereka tinggal dalam sebuah lembah yang sejuk, di antara dua bukit menjulang laksana bongkahan jamur perdu menuju mekar.

Tinggi tak terlalu tinggi. Tapi cukup melindungi hempasan angin yang lumayan kencang.

Bumi utara terlihat lebih damai dibandingkan belahan bumi yang lain. Kondisinya hampir sebanding dengan belahan bumi selatan.

Hanya saja. Manusia dengan ambisi kekuasaan lebih beringas di sana.

Di belahan bumi utara tinggal beberapa kelompok suku. Dan yang paling berkuasa adalah suku Astaka. Sebuah suku penerus dari keturunan generasi berteknologi tinggi yang akhinya mampu mewujudkan mimpi gilanya mengepras bumi menjadi kotak persegi.

Kejeniusan mereka tak tertandingi, hanya saja ambisi mereka dikenal tak memiliki hati.

Berdiam diantara ribuan suku lain yang hidup sebagai budak suku Astaka. Suku Loka lebih sering disebut sebagai kelompok pemberontak dan berandalan.

Mereka sering mengobrak abrik tatanan mapan yang dikukuhkan oleh suku Astaka tentang kehidupan damai sebagai bangsa penurut. Jika mereka ingin tinggal lama dan bertahan hidup dibelahan bumi dengan pagi abadi itu. Mereka harus ikut aturan.

Tiada hak milik. Tiada kewenangan selain Kekuasaan Astaka dan turunannya.

Hemmm. Dari manakah semua itu berawal.

"Pada dasarnya tidak ada yang semula berawal dari yang tidak baik. Semua pasti berawal dari yang baik. Karena dasar segala permulaan adalah kebaikan."

"Tapi untuk berkelok dari hal itu amat mudah sekali. Makanya banyak yang tersesat dan terjerumus."

"Orang-orang Astaka juga awalnya memiliki alasan yang baik saat mengawali harapannya."

"Namun, Harapan, cinta, keinginan, ambisi, yang berlebihan terkadang membutakan. Hingga akhirnya melahirkan rasa memiliki. Rasa memiliki yang berlebihan menciptakan kerakusan dan keserakahan. hingga bencana pun bermula dalam kedok yang berbalut moderenisasi itu"

"Bagaimanapun. Jangan pernah berbuat yang berlebihan. Itu sumber bencana kita."

"Jangan pernah menyamakan diri dengan mereka. Kita bukan bagian dari mereka. Meskipun saat ini kita berpijak dibelahan bumi yang sama."

Nezar besar bicara dengan tegas pada lima orang kepercayaannya. Di dalam sebuah ruang remang dengan hanya temaram dari satu sumber cahaya.

"Dalam bertidak, kita harus hati-hati. Karena salah sedikit saja semua dari kita taruhannya."

"kalian berlian saya. Tetaplah jadi berlian dimanapun berada. Jangan menjadi batu atau tanah meskipun disekeliling kalian batu dan tanah."

"Mara!, Bada, Roga, Dana, dan kamu Reda!. Kupercayakan tugas penting ini kepada setiap dari kalian. Jaga kepercayaanku dan kelompok kita."

Mereka kemudian membubarkan diri. Keluar satu persatu sehingga tidak dicurigai, kecuali satu. Lelaki yang bernama Roga masih berdiam disitu menemani Nezar besar.

Setelah tinggal mereka bedua. Nezar besar pun menyuruh Roga duduk mendekat kepadanya.

Roga pun mendekatinya.

Nezar besar pun melepas penuh kerudung yang menutupi kepalanya.

"Aku ingin ada seseorang yang mengenaliku apa adanya. susah sekali hidup tidak menjadi diri sendiri. Di penghujung usiaku ini aku ingin ada yang mengetahui diriku sebagai aku. Bukan sebagai identitasku."

Dunia yang Kotak (apdate Lengkap Bagian Tiga: Pagi Abadi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang