Jauh saat aku memandang fajar di sela pagiku, tetap dengan pagi yang sama yang kurasakan, di tempat yang sama saat aku memandangnya. Dan mungkin selamanya akan seperti ini. Tapi aku percaya suatu saat aku akan memandang fajar di tempat lain, tak hanya fajar tapi juga senja. Walau akhirnya aku akan kembali di tempat ini.
Aku memunggu ayahku untuk mengantarku ke sekolah, aku agak bosan selalu diantar, bosan dibilang anak manja. Tapi itulah ayah ibuku, selalu menghawatirkanku. Pernah sekali aku bertanya pada mereka untuk naik angkot, sekedar penghilang bosanku. Namun, jawabannya tak lain adalah tidak. Jam sudah menunjukan pukul 06.30 aku malas berteriak, hanya menghabiskan suaraku, jadi aku biarkan saja.
Aku menghentak-hentakkan kakiku di lantai rasanya gemas sekali harus menunggu lama. Aku lekas berdiri tapi dia yang mengantarku kemarin datang lagi. Cepat-cepat aku memasang wajah masam, aku berpura-pura tak peduli. Ternyata dia malah melewatiku. Rasanya aku kesal bercampur malu, aku kira dia lewat akan mengajakku berangkat bersama, ya mungkin memang aku yang pd.
Sudah jam tujuh pas aku sampai gerbang, hampir saja aku telat masuk, aku terburu-buru karena bel sudah berbunyi, aku berjalan sambil membenahi dasiku yang miring"Brakk" aku menabrak seseorang, tak kusadari bukunya jatuh. Aku mencoba mengambilkannya tanpa melihat wajahnya
"Maaf ya" Kataku sambil membereskan buku-buku yang jatuh, setelah tersusun rapih, aku memberikan buku itu, saat kutengok wajahnya, aku agak terkejut, ternyata Danil.
Pantas semua bukunya tentang Matematika, fisika dan kimia. Aku agak kikuk di depannya, dia tersenyum saat kuberikan bukunya, aku sudah sangat malu bahkan tak bisa berbicara. Sepertinya dia tahu bahwa aku memang malu, jadi dia pergi sambil menepuk pundakku. Aku bernapas lega. Satu langkah dari dari tempat kuberdiri, aku menemukan sebuah buku, belum sempat kubuka pak Bowo sudah masuk kelasku, aku berlari menaiki tangga. Dengan napas terengah aku duduk di bangkuku. Pak Bowo terlalu sibuk menjelaskan. Aku buka buku Danil, diawal buku lembar pertama ada biodata Danil. Dari situ juga aku tahu jika danil adalah anak excel, dia bukan angkatanku. Tapi dia adik kelasku yang akan lulus bersamaan denganku. Wajar saja aku agak asing dengannya
"Wenny, berapa jarak dari bumi menuju mars?" Tanya pak Bowo padaku yang sedang asik membaca buku Danil membuat aku kelabakan
"Nggk pernah ngitung, pak" Ceplos Danu, aku hanya geleng-geleng kepala sedangkan semuanya tertawa, aku pikir Danu benar juga bagaimana kita bisa menghitung jika tidak pernah ke sana.
Ketika istirahat aku sengaja menghampiri Danil, tapi aku terlalu asik berjalan hingga tak melihat batu yang menyangdungku. Aku melihat sosok tak asing, dengan baju basketnya dan ikat kepalanya, menurutku dia tampak lebih keren dibanding kemarin.
"Fajar!" Teriak dua orang cwe yang memakai kacamata
"Oh, namanya Fajar" Gumamku, aku kembali berjalan.
Seperti biasa ruang olimpiade memang selalu sepi. Walaupun ruangan ini digunakan untuk semua olimpiade, aku juga bingung aku yang terlalu rajin atau mereka yang malas. Aku membuka buku kimia dan kutemui materi tentang atom. Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral serta elektron yang nermuatan negatif. Sebenarnya aku tertarik dengan atom, tapi jujur saja aku belum punya angan-angan untuk mengambil fakuktas. Apa lagi aku harus terbabani dengan UNBK. Aku memegang kepalaku yang mulai pecah, yang berpikir hingga semua file diotakku teracak berantakan. Aku menarik napas menutup buku kimiaku.
Aku masih belajar jadi mohon bantuannya ya kakak. Mohon like dan suaranya
KAMU SEDANG MEMBACA
SCIENCE
RomanceArchimedes dan Newton takkan mengerti Medan magnet yang berinduksi di antara kita Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E = mc2 Pertama kali bayanganmu jatuh tepat di fokus hatiku... Nyata,tegak,dan diperbesar dengan dioptri lensa maksimum Baga...