015

632 159 0
                                    

Kufikir kamu sudah berhenti bersedih atas dirinya. Tapi kamu masih mengucap maaf tanpa henti, memandang pesan lama darinya dengan sendu.

Aku memandangmu dari jauh. Tiba-tiba saja kau berbalik, mendapatiku menatapmu. Seketika, wajahmu berubah panik. Aku terkekeh.

Karena seharusnya akulah yang terserang panik, bukan kamu.

“Galau lagi?” Tanyaku.

Kamu tersenyum miring. Sebelah tanganmu menggaruk tengkuk, seolah ingin berkata “Ya”, namun ragu.

“Jangan terus bersedih. Kamu punya aku, untuk berkeluh-kesah. Kamu punya aku untuk bersandar. Kamu punya aku — untuk melampiaskan semuanya. Kamu berhak tersenyum seperti saat kamu masih bersamanya. You deserve better. So, please, don't let the smile fades from you.”

“Terima kasih.” Ucapmu, kemudian tersenyum tulus.

“Tapi, kata-kata itu tidak ada artinya kalau kamupun tidak tersenyum. Jadi, tolong senyumlah. Yang lebar. Yang lepas. Yang tulus. Jika kamu tersenyum, maka akupun tersenyum.”

[1] sepenggal kisah  ✧  vjoy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang