Chapter 01

629 54 22
                                    

Woohyun terisak, badannya meringkuk. Air mata terus mengalir dipipinya.


“Hiks…. Eomma,, Appa,, berhentilah kumohon..” 



“Diam kau Woohyun !”  bentak ayahnya keras.


“Aku tidak tahan lagi aku mau cerai !” sang ibu berteriak.



“ Ayo aku juga muak denganmu!” balas  sang ayah tak kalah keras.





Woohyun menutup kedua telinganya, badannya bergetar, dia terguncang. Ini sudah sering terjadi tapi ini terasa berbeda. Dan pada akhirnya orang tuanya pun bercerai tanpa peduli padanya. Pergi meninggalkannya meskipun dengan banyak uang tapi ia tidak membutuhkannya. Dia hanyalah anak yang berumur 15 tahun, bisa apa dia menghadapi hidup ini tanpa dampingan orang tua.



Namun, dia tidak sendiri selalu ada orang ini, orang disampingnya yang sedang menggenggam erat tangannya yang tanpa lelah ataupun mengeluh selalu menjadi sandarannya. Dia sadar dia begitu beruntung,  namun itu tak cukup dia tetap butuh orang tuanya.








“Hyun,, makan ya!” Ajaknya lembut. Namun Woohyun tak bergeming.




Dia sangat baik, sejak kecil selalu bersama Woohyun karena memang keluarganya juga sangat dekat dengan keluarga Nam. Dia adalah Kim Sunggyu putera sahabat baik ayah Woohyun yang sejak kecil sudah berteman dengannya meskipun dengan umur yang terpaut cukup jauh, 7 tahun.


“Sunggyu hyung ! “ panggil Woohyun.


“Hm..?”


“Besok aku mau sekolah lagi”



Dapat dilihat wajah Sunggyu memancarkan kelegaan luar biasa setelah mendengar penuturan Woohyun barusan.



“Baiklah besok akan kuantar dan akan kujemput setelah aku pulang  kuliah oke, apa kau mau ke kedai es krim setelahnya atau jalan-jalan?” Cerocos Sunggyu tanpa henti. Woohyun hanya menatapnya datar.












***










Lambat laun Woohyun bisa bangkit kembali tapi tidak sepenuhnya karena terkadang Woohyun masih merasa labil, mudah goyah dan sebagainya. Woohyun sekolah seperti anak lainnya tapi rasanya hampa dan tak berguna. Dapat Woohyun ingat orang itu -Sunggyu- masih selalu disampingnya, menemani tanpa lelah membimbingnya, menjaganya. Tidak jarang Woohyun sering hampir terjerumus pada hal-hal yang buruk. Narkoba, dunia malam, teman yang tidak baik, tapi dia walau bagaimanapun, kapanpun, dan dimanapun selalu hadir merengkuh Woohyun dalam pelukan hangat kasih sayangnya yang tulus dan tiada batas mengingatkan seorang Woohyun bahwa dirinya tidak sendiri. Layaknya orang tua kepada anaknya begitulah sikap Sunggyu pada Woohyun. Hingga kini Woohyun mulai memasuki tahun kedua kuliah nya dan Sunggyu sedang sibuk-sibuknya mengurus perusahaan, dia seorang direktur sekarang. Dan hingga saat ini pun tak jarang Woohyun menjadi alasan kekacauan yang ada di kantornya atau urusan bisnisnya. Dia Sunggyu tak ragu untuk mengatakan 'bahwa Woohyun adalah prioritas utamanya'.  Woohyun tidak mengerti kenapa Sunggyu begitu. Woohyun selalu bersikap dingin padanya seakan tak butuh kehadirannya tapi dia selalu bermuka tembok yang membuat Woohyun muak.





“Woohyun !” Sunggyu memasuki rumah megah itu sambil menenteng paper bag besar berisi  boneka pikachu ukuran sedang, sudah tak terhitung berapa banyak hadiah yang sudah diberikannya pada Woohyun.



“Oh tuan, Tuan muda belum pulang dari kuliahnya tuan, katanya ada kerja kelompok” kata bibi jung, pembantu yang sudah bekerja dan mengurus Woohyun sejak kecil.




Only one and Only meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang