Prolog

38 2 0
                                    

    Aku mencium keningnya. Dan satu hal, ini bukan lagi impian semenjak 6 tahun lalu. Wanita yg seketika ku kagumi, sahabat ku sendiri, yg kini sudah sah menjadi teman hidupku dan semoga untuk selamanya. Matanya terlihat indah, apalagi wajah dibalik cadar itu. Dia menatapku lembut, akupun begitu. Seakan aku tak peduli. Bukan tak peduli, tetapi aku memang tak peduli dengan semua orang yg sedang menatap kami bahagia kali ini. Ingin terus seperti ini. Dari jauh, Ibu kami saling menangis dan saling memeluk satu sama lain. Aku mulai menggenggam tangannya. Menuntunnya perlahan ke pelaminan. Gaun putihnya melambai begitu indah diatas karpet yg ditaburi bunga. Aku terus menggandengnya, menggenggam erat tangannya tanpa rasa ragu. Nasyid dan suara tepukan rebana itu terus berbunyi, terdengar merdu. Menghanyutkan semua rasaku. Perasaan seperti apa ini. Terima kasih ya Allah, Tuhan yg mampu membolak balikan hati. Sang Maha Cinta.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

         Gemuruh tepuk tangan terdengar ramai. Aku berdiri, menghadap sang pujaan hatiku. Dia tertunduk dan matanya tampak basah. Suara isak tangisnya membisik ketelingaku. Aku ikut terharu. Tanpa sadar, tanganku menghapus air yg mulai membasahi cadar istriku. Ia mengarahkan pandanganku kearah kamera yg sedang merekam setiap gerik tingkah kami. Aku cuma tersenyum. Nafasnya terdengar, ia begitu dekat. Apakah aku akan dicium ???. Jantungku berdegup kencang.

    "Andaikan dia disini, melihat dan mengabadikan hari pernikahan kita".

     Seketika aku terdiam. Bisikannya mampu membuatku menghentikan imajinasi semula. Aku menoleh kearahnya dan air matanya mengalir lebih deras dari sebelumnya. Aku terus memandangnya. Tapi sayang, dia tertunduk, sengaja menyembunyikan raut wajah sedih itu.

      "Kau harus ingat. Walaupun Dia telah pergi, tapi cintanya masih tetap disini" Bisikku ketelinganya.

      "Aku ingin Dia disini".

      Untuk pertama kalinya, aku dipeluk oleh seorang wanita. Kepalanya berbaring didadaku. Airmatanya tak berhenti mengalir dan raut wajah itu. Untuk kedua kalinya kulihat. Raut wajah yg sejujurnya tak ingin kupandang. Kesedihan dan kehilangan. Aku memeluknya tanpa harus menghiraukan para undangan yg ramai. Mereka bertepuk tangan tanpa tau apa yg sebenarnya terjadi.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

      Sekitar lebih dari 15 menit kami berdiri. Menyambut tangan dari para tamu undangan. Aku tak berhenti tersenyum. Begitu pula dia. Aku bisa merasakan aura bahagia, walau tak melihat wajahnya. Para tamu sibuk mengantri di bagian konsumsi. Tak lupa juga, band akustik yg sedang melantunkan lagu romantis dipernikahan kami. Ibuku dan Ibunya tampak kompak. Duduk sedari tadi sambil menyambut para tamu undangan. Maklum, rasa lelah sudah mulai menghampiri mereka diusia yg bisa dikatakan tak lagi muda. Tapi Ayahku dan Kakaknya, masih berdiri bersama kami. Kakaknya sebagai wali pada akad kami. Ayahnya sudah meninggal saat dia masih berumur 7 tahun karena kecelakan mobil. Semenjak itu, Ibunya lah yg sekaligus menjadi Ayah untuknya.

       "Aku capek. Duduk boleh nggak ya ?". Tanyaku padanya.

      " Tamu masih banyak, nggak enak tau. Gimana kalo mereka bilang pengantin cewek lebih kuat dari yg cowok. Malu dong". Jawab dia sambil tertawa kecil.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

      Aku menatapnya dan tersenyum. Dasar wanita, selalu unggul dari pria. Sekuat apapun pria, akan tunduk juga dengan wanita yg dicintainya. Aku ingin jatuh cinta padanya setiap hari seperti ini. Terus tanpa henti sampai rambut kami berdua memutih. Cinta memang membawa perubahan, itu yg aku tau. Aku teringat sebuah kalimat.

      "Kadang kita mencari. Jauh menyebrangi samudra dan lelah melintasi dunia. Tanpa pernah tau, bahwa sesuatu yg kita cari ternyata berada disekitar kita".

      Sebuah kalimat yg dulu pernah kubaca diatas meja kelasku. Entah siapa yg menulis, sampai saat ini masih belum terjawab misteri itu. Seketika teringat seseorang. Dia lagi yg muncul. Entah mengapa hari ini, berkali - kali aku teringat seseorang itu. Orang yg berdoa diakhir nafasnya, meminta kami untuk bersatu. Dia yg membuat hatiku berpindah. Dia....

GEMULAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang