DUO

19.6K 2.2K 42
                                    

Bunyi dentuman dan asap rokok yang mengelilinginya membuat Gisel akhirnya bisa meredakan amarah yang dirasakannya tadi.

Gisel minum sepuasnya, melupakan Mars dan segala ancamannya. Toh kalaupun Mabuk Gisel tidak pernah sampai lupa diri sepenuhnya.

Gisel bergoyang dan membiarkan para pria tampan hidung belang menyentuhnya.
Mood Gisel untuk bersenang-senang diatas ranjang sempat Hilang tadi. Jadi sekarang dia menunggu moodnya muncul lagi dan barulah dia menerima ajakan salah satu Pria yang menginginkan menghabiskan malam bersamanya.

Gisel minum hingga nyaris muntah tapi moodnya tak kunjung datang.
Suara bajingan sombong itu malah terngiang-ngiang di telinga Gisel.

Yang membuat Gisel makin geram adalah dia tak melihat sosok Mars, kemanapun dia menoleh.
Padahal Gisel sempat geer kalau Mars akan mengawasinya.

Nampakanya si sombong itu hanya mau main-main dengannya.
Dan Gisel yang bodoh termakan dan jadi geer sendiri.

Gisel pikir sebaiknya dia pulang saja. Tak ada satu orang priapun yang membuatnya memikirkan ranjang, kecuali Mars. Dan gisel jelas tak mau itu terjadi.

Gisel mencoba menjauh dari pria asing yang bergoyang bersamanya dari tadi.
Pria ini terlalu rapat dan sudah mendesak Gisel hingga terpojok.

"Sorry. Aku harus pulang"
Guman Gisel yang mencoba mendorong pria tersebut dengan tangannya yang lemah karena pengaruh minuman.

Pria tersebut menangkap tangan Gisel. Menekan ke perutnya yang keras dan pastinya tercetak sempurna.
"Pulanglah bersamaku. Kita habiskan malam berdua saja. Melakukan apapun yang membuat kita senang"
Rayunya.

Gisel tersenyum dan menggeleng. Dia sudah sering menghadapi pria sok keren yang berpikir kalau mereka adalah hadiah terbaik bagi para wanita.

"Aku harus ke toilet dulu. Merapikan riasanku. Tunggu aku di sini. Jangan kemana-mana. Atau aku tidak akan menemukanmu nanti"
Teriak Gisel untuk mengalahkan suara musik yang berdentam. nafas Gisel berat dan kepalanya bergerak pelan tanpa henti seperti kebanyakan orang-orang di sini yang sudah mulai mabuk.

Si pria mengangguk dan tersenyum. Yakin kalau rayuannya sudah berhasil. Padahal ini adalah cara yang Gisel gunakan untuk melarikan diri dari para pria yang membuatnya muak.

Gisel berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi. Memilih kamar mandi yang letaknya paling jauh. Padahal ada kamar mandi yang dekat, tapi terlalu ramai.
Gisel memang harus ke toilet. Selain menghindari kecurigaan si pria yang sekarang pasti sedang mengawasi punggungnya, GISEL juga harus membuang air yang memenuhi kantong kemihnya.

Selalu seperti ini. Lorong menuju kamar mandi ini pasti penuh sesak dengan orang-orang yang berjualan, baik tubuh ataupun narkoba. Tapi kamar mandi itu sendiri selalu sepi.
Padahal menurut Gisel ini adalah toilet paling Bagus dan terbersih yang ada di gedung ini. Mungkin karena, Kabar-kabarnya dulu ada perempuan yang mati dicekik sang pacar yang cemburu hingga arwahnya bergentayangan di sini, keluar masuk dalam toilet yang berjejer.

Gisel tertawa.
Orang mabuk yang kehilangan akal saja masih takut dengan cerita mistis yang tak masuk akal seperti ini, apalagi manusia normal.

Gisel merapikan rambutnya, menatap cermin yang memenuhi satu dinding.
Gisel membayangkan bagaimana jika ternyata cerita itu benar.
Bagaiamana jika tiba-tiba saja hantu perempuan tersebut terlihat dari cermin dan sudah berdiri di belakangnya.

Gisel pasti benar-benar mabuk karena sampai berpikir seperti ini.
Gisel membungkuk ke arah wastafel, menyalakan air dan membasuh wajahnya yang dipoleh make-up flawless yang tahan air.

Gisel harus cepat-cepat pipis lalu pergi dari sini. Entah kenapa Gisel merasa tidak nyaman.
Dan benar saja, ketika mengangkat wajahnya dan melihat ke cermin, Gisel terperanjat dan menjerit kaget.

Mars berdiri dengan tangan terlipat dengan rokok yang terselip di jemari dalam posisi bersandar ke tembok, memperhatikan Gisel dengan matanya yang tajam dan raut wajah yang membuat Gisel gugup.

Gisel berbalik menatap Mars.
"Apa yang kau lakukan. Kau ingin melihatku mati terkena serangan jantung ya?"
Geram Gisel yang tak mau repot-repot mengeringkan wajahnya yang basah.

Mars melangkah bagai singa lapar yang siap memangsa.
Gisel kaku di tempat, menelan ludah berulang kali saat kata-kata yang Mars bisikan tadi berdegung di telingannya.

"Mau apa kau?" serak Gisel yang mengulurkan tangan menahan dada Mars.

Mars menekan tubuhnya makin kuat ke telapak tangan Gisel hingga debaran jantungnya yang kuat dan berirama bisa Gisel rasakan.

"Apa kau mendengarnya. Itu semua karenamu"
Kata Mars dengan suaranya yang super menggairahkan hingga Gisel merinding.

Gisel akan menarik tangannya, tapi mars justru menahannya.
"Lepaskan aku"
Bisik Gisel dengan suara yang bergetar.

"Cobalah"
Tantang Mars.

Gisel melotot.
"Lepaskan"
Bentaknya sambil menarik tangannya tapi sia-sia saja.

Mars makin mendesak Gisel. Membuat Gisel makin terpojok.
Dada Gisel hanya di pisahkan jarak selembar kertas dari dada Mars.

"Kau tidak terlalu mabuk bukan?"
Tanya Mars.

"Tentu saja tidak"
Bentak Gisel yang tak sudi di rendahkan oleh Mars.

Gisel langsung membisu saat ingat apa maksud Mars bertanya seperti itu.
cepat-cepat diralatnya ucapannya tadi.
"Jelas saja Aku mabuk. Sangat mabuk. Apa kau tidak melihat betapa banyak aku minum?"
Ketus Gisel yang setelahnya baru ingat kalau Mars tidak menghabiskan waktunya untuk memperhatikan Gisel.

Mars menyeringai. Dan Gisel sempat terpana melihat wajah dingin itu berubah mempesona meski sudah di nodai oleh bekas luka.
"Orang mabuk tidak akan meralat kata-katanya dan pastinya tidak akan ingat berapa banyak dia minum"
Bantah Mars santai.

Gisel kelabakan.
"Itu karena aku cerdas"
Jawabnya tak mau kalah.

Mars tertawa bagai bunyik piano yang membuat perasaan Gisel melembut. Tapi mendengar apa yang dikatakan Mars selanjutnya membuat Gisel langsung marah.

"Nah.. Kali ini aku percaya kau mabuk"
Ejek Mars.

Gisel langsung mengamuk, memakai semua tenaganya untuk menerjang Mars.

Mars Tertawa, menahan serangan Gisel dengan sebelah tangan sedangkan tangan yang satu lagi di pakai untuk memutar Tubuh Gisel dan menekannya ke tembok.

"Ya tuhan.. Apa kau seganas ini di ranjang?"
Geram Mars.

"Lepaskan aku berengsek"
Teriak Gisel yang berontak hingga rambutnya berantakan.

"Meski marah, kau masih terlihat cantik. Selalu terlihat cantik"
Geram Mars.

"Bajingan. Jika kau menyentuhku aku akan membunuhmu"
Maki Gisel.

Mars tersedak.
"Ya tuhan.. Bukan hanya cantik. Ternyata kau lucu juga. Tapi kalau benar kau bisa membunuhku aku akan sangat senang sekali mati di tanganmu"
Kata Mars di telinga Gisel.

Nafas hangat Mars yang bertiup ke telinga Gisel membuat Gisel geli.
Gisel menyadari satu hal, jika dia tidak segera melepaskan diri dan berlari meninggalkan Mars, maka malam ini Gisel akan menjadi budak Mars.

***************
(21102018) PYK.

DIA KAH JODOHKU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang