TIGO

17.5K 1.8K 45
                                    

Gisel mengelak, memalingkan wajahnya untuk menjauh dari wajah Mars.

Mars meremas rambut Gisel, menarik hingga Kepala Gisel mendongak. Anehnya Gisel tidak merasa kesakitan atau tersiksa.

"Aku tidak pernah membiarkan sasaranku lepas dari tangan. Dan kau pastinya tidak akan jadi yang pertama"
Bisik Mars di leher Gisel yang berdenyut kuat.

"Aku tidak mau. Aku mau keluar dari sini"
Desis Gisel.

"Tidak sebelum aku selesai dengamu"
Geram Mars, yang kini menekan tubuhnya ke tubuh Gisel.

Perut Gisel langsung bergetar. Isi Kantong kemihnya mendesak keluar.

"Aku butuh ke kamar mandi"
Bisik Gisel malu.

Mars mendengus.
"Kau pikir dengan alasan itu aku akan membiarkanmu"
Tanya Mars yang mulai mengendus leher Gisel dengan hidungnya.

Tubuh Mars yang besar dan tinggi membuat Gisel tak berkutik. Suara mars yang jantan dan berat membuat lutut Gisel makin lemas.
Mars menekan bagian bawah tubuhnya ke bokong Gisel, memberitahu Gisel betapa dia menginginkan Gisel.
"Aku sudah lama memperhatikanmu. Sayangnya aku adalah pengawasan club ini dan aku tidak boleh membuat pelanggan merasa tidak nyaman. Tapi malam ini kau membuatku yakin kalau aku harus mendapatkanmu. Kau wanita dewasa pemberani. Dan aku sangat suka perpaduan sifat tersebut"
Ungkap Mars rendah dan pelan.

Gisel mulai terengah. Miliknya berdenyut, seolah mood untuk bercinta langsung menumpuk dalam dirinya. Mood sialan yang tidak mau muncul saat Gisel membutuhkannya.
"Aku benar-benar harus menggunakan toilet. Atau aku akan pipis di sini dan mengotori sepatumu"
Erang Gisel.

Kali ini Gisel harus ke toilet, bukan untuk kabur dari jeratan mars. Gisel sudah kehilangan minat untuk pergi. Gisel ingin merasakan milik Mars yang besar memasukinya dengan kasar dan cepat.
Tapi sampai matipun Gisel tidak akan jujur pada Mars.
Gisel takkan pernah mengatakan batapa dia menyukai pria dominan yang kasar.

Selain si brengsek Rayyan yang memang tidak pernah memujanya dan memperlakukan Gisel dengan Lembut, semua pria yang pernah tidur dengannya selalu memperlakukan Gisel dengan kekaguman yang berlebihan hingga percintaan mereka terasa membosankan. Itulah sebabnya Gisel tidak pernah mau tidur dengan pria yang sama. Meski banyak diantara mereka yang tidak pernah lelah mengejar Gisel.

"Tidak. Malam ini aku bahkan tidak akan membiarkanmu lepas seincipun dariku"
Bisik Mars yang meremas bagian samping paha Gisel hingga Gisel terperanjat.

"Aku harus ketoilet"
Mohon Gisel yang tak bisa lagi membedakan keinginan untuk pipis atau keinginan untuk dimasuki Mars.

"Lakukan di sini saja. Aku ingin melihatnya"
Serak Mars yang kini menyelipkan telapak tangannya ke dalam dress Gisel lalu mulai mengusap bokong bulat Gisel yang langsung meremang.

Ya tuhan.. Ini terlalu cepat.
Selain Rayyan, Gisel belum pernah menyerahkan tubuh atau kehilangan kendali atas dirinya, secepat Ini.
Sikap kasar Mars membuat Gisel bergairah.

Ya tuhan.. Gisel tak mau jadi perempuan masochist ataupun submissive.
Dia tidak mau harga dirinya diinjak lalu dibuang begitu saja.
Gisel mau jadi wanita dominan dan mandiri, tapi sayangnya dia tidak mendapatkan kepuasaan dengan menjadi Ratu.
Meski cantik seperti seorang Ratu, tapi mental Gisel sakit dan ingin diperlakukan sebagai budak.
Gisel mau mati saja karena marah.

"Aku mohon" bisik Gisel gemetar.

Mars tertawa dan mengulurkan tangannya ke depan, kebagian intim Gisel. Mengusap milik Gisel dari balik celana dalam Gisel yang mini.

"Singkirkan tanganmu"
Desis Gisel yang mencoba mempertahankan harga dirinya yang hanya bersisa sebesar butiran debu.

"Kenapa bukan kau saja yang menyingkirkannya"
Goda Mars yang mulai mengusap bagian luar organ intim Gisel.

Gisel tersentak, menggeleng panik.
Sialan, kenapa dia minum hingga tak punya tenaga yang paling sialan, kenapa dia datang ke club malam ini. Dan ini semua karena Rayyan brengsek.

Mars menahan kedua tangan Gisel diatas kepala, ke tembok yang dingin.
Tangan yang satunya digunakan untuk merenggut celana dalam Gisel yang tipis hingga koyak.

Gisel berontak, meneriakan makiannya pada Mars.
"Bajingan kurang ajar. Jangan pikir kau bisa memperlakukanku sesuka hatimu. Lepaskan aku"

Mars tertawa, padahal dia sedang mengikat kedua pergelangan tangan Gisel menggunakan celana dalam Gisel yang sudah koyak. Seolah perlawanan Gisel tidak ada apa apanya.

"Bukan memakiku"
Tekan Mars
"Seharusnya kau berteriak minta tolong. Siapa tahu ada yang datang dan membawamu pergi dariku"
Ledekkan Mars membuat Wajah Gisel yang merah akibat minuman langsung merah padam.

"Dasar bajingan sombong. Kau bisa memperlakukan perempuan lain seperti ini. Tapi jangan mencobanya padaku"
Teriak Gisel yang kini berusaha berontak untuk melepaskan himpitan mas agar dia bisa melapas ikatan tangannya.

Mars tertawa.
"Ya tuhan.. Kau ini lucu sekali ya. Biar kukatakan satu hal padamu"
Kekeh Mars yang makin mendesak bokong Gisel kebagian dirinya yang sudah mengeras seperti balok kayu.

"Aku tidak pernah memperlakukan perempuan lain seperti ini. Hanya kau, ini pasti yang pertama bagi kita. Tapi aku janji kalau ini bukan yang terakhir"
Kata Mars.

Gisel mulai takut, bukan pada Mars tapi pada reaksi tubuhnya saat mendengar kata-kata Mars.

"Tidak"
Rintih Gisel saat Mars menarik bokongnya dan menyingkap dress Gisel hingga bertumpuk di pinggang dan mempertontonkan bokong Gisel yang mulus dan bulat.

Mars mengusapnya lembut lalu tiba-tiba menepuk dengan kuat hingga Gisel yang bertumpu ke tembok langsung terlonjak.

Belum sempat Gisel protes, Mars sudah terlebih dulu menurunkan tali spaghetti gaun Gisel hingga payudara Gisel yang tanpa Bra lansung menyembul.
Mars meraup dan meremasnya kasar hingga Gisel terpekik.

Mars menekan tubuhnya makin kuat, membuat tangannya terjepit antara tembok dan payudara Gisel.

"Lihatlah.. Ukurannya pas di tanganku"
Bisik Mars serak.
Gisel memejamkan mata dan menelan Ludah.

Pikirannya kalut. Ini terlalu cepat, tapi Gisel sudah merasakan bagian bawahnya lembab dan perutnya membengkak.

Mars memindahkan kedua tangannya kepahan Gisel, membuka paha Gisel hingga bagi Gisel posisinya yang sedikit menungging terasa memalukan tapi sekaligus membuatnya terangsang.

Sebagai wanita penganut seks bebas, Gisel tidak pernah seceroboh dan setidak berdaya ini, sebanyak apapun alcohol yang dia minum.
Entah apa yang Mars miliki hingga Gisel bisa menjadi begok seperti sekarang ini.

Sementara itu, Mars mulai menyapukan jemarinya pada milik Gisel. Membuat Kaki Gisel melemas.
"Ayolah.. Jangan di tahan. Keluarkan saja. Aku ingin kau melepaskannya, hingga aku bisa melihatnya"
Bujuk Mars.

Gisel harusnya marah dan malu mendengar ucapan Mars yang Jorok. Tapi yang ada dia malah jadi benar-benar ingin melakukan apa yang Mars minta.
Dan sekarang Gisel tahu kalau suara seksi dan menggairahkan Mars lah yang membuat para wanita merasa tak berdaya dan akhirnya pasrah saja.

Jemari Mars dengan kurang ajarnya Membuka bagian luar bibir kewanitaan Gisel. Lalu membuka bibir bagian dalam sambil memberikan tekanan dan sentuhan.

Gisel berontak, menjerit dan memukuli tangannya yang terikat ke arah belakang, pada Kepala Mars yang bersandar ke bahu Gisel sambil menciumi leher Gisel.

Gisel tak tahan lagi. Mars makin kurang ajar. Memancing Gisel makin kuat, memasukan satu jarinya dalam pusat gairah Gisel, menarik keluar dan kembali memasukannya.

Gisel menjerit, seiring pipisnya yang keluar mengalir diantara jemari Mars yang sama sekali tidak menjauh ataupun merasa jijik ketika air seni Gisel yang panas mengucur Deras sampai mengalir ke kaki Gisel dan tergenang di lantai.

***********
(22102018) PYK.

DIA KAH JODOHKU?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang