12 Februari 2017
Musik keras mengalun dengan lembutnya dari ponsel itu. Si pemilik mengerjapkan mata dan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia mengambil ponselnya dan menatap layar dengan mata menyipit karena silau.
Pukul 07.11
Setelah megusap layar untuk mematikan alarm, ia meletak kembali ponsel itu ke nakas dan mengambil kalender. Ia menatap tanggal yang sudah dilingkarnya dengan pena berwarna merah. Ia tersenyum tipis mengingat hari ini.
Ia pun bergegas ke kamar mandi.
***
Ia menyisir rambut basahnya sambil mematut diri di cermin. "Ganteng juga gue," ucapnya lalu tertawa pelan. Setelah rambutnya cukup rapi, ia meletak sisirnya di meja nakas. Matanya lalu terfokus ke sebuah foto berbingkai putih saat meletak sisir itu,
Di dalam foto tersebut, terdapat dirinya dan gadis itu yang sedang berada di taman bunga. Tepatnya, bunga anemone. Ia mengambil foto tersebut dan mengusapnya pelan. Dibaliknya foto itu dan menemukan tulisan 'Vega & Orion di Anemone'. Senyum tipis terbentuk di bibirnya. Kemudian, ia membalik foto itu lagi dan menatapnya lama.
Tiba-tiba, satu tetes air jatuh ke permukaan foto tersebut. Dilanjutkan dengan tetes-tetes berikutnya. Tersadar, ia mengerjapkan mata dan mengusap pipinya dengan kasar. Maaf, aku nangis lagi, ucapnya dalam hati.
Dengan tangan bergetar, ia meletak kembali foto tersebut, mengambil kunci mobil, dan pergi menuju garasi.
***
Flashback on
"Belajar baik-baik, lo! Jangan nakal!"
Orion hanya mendengus ketika mendengar pesan kakaknya itu. Seharusnya ia berkaca sebelum menasehati adiknya. Orion hendak membalas perkataan kakaknya itu, namun ia sudah melaju. Ia mendengus untuk kedua kalinya pagi ini.
Lihat saja, pasti Indira—kakaknya itu, tidak langsung menuju kampus. Ia akan jalan-jalan atau shopping dahulu bersama teman-temannya, dan masuk kelas terlambat. Dengan tingkah laku begitu, bagaimana bisa ia menasehati adiknya?
Lelaki itu kemudian masuk ke dalam sekolahnya. Banyak siswa yang memakai celana training dan baju seragam MOS karena hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru. Ia melihat anak-anak baru tersebut diperiksa kelengkapannya dan memutar bola mata saat melihat panitia memarahi anak yang tidak lengkap atributnya.
Koridor kelas 11 sangat ramai karena mereka sedang melihat papan pengumuman yang berisikan daftar kelas dan siswa yang menempatinya. Untung aja gue tinggi, jadi gak susah, ucap Orion pe-de dalam hati. Meski pun ia memang tinggi, sih.
Orion tiba-tiba merasakan sesuatu di bawah sepatunya. Mungkin ia menginjak suatu benda. Ia menunduk dan mengankat kaki kanannya. Dua tangkai bunga berwarna ungu yang sudah lusuh. Sepertinya bukan dia saja yang sudah menginjak bunga ini, mengingat betapa ramainya koridor ini. Ia kemudian mengambil bunga tersebut dan membuangnya ke tong sampah.
"Woi!" teriak seseorang dari belakang dan mengejutkan Orion.
Orion menoleh dan mendapati Putra, temannya sejak kelas 7 SMP. "Ngagetin aja lu, Kutil Kuda,"
"Hahaha,"
"Tawa lu, bocah,"
Putra hanya terkekeh. "Kelas berapa lo?"
"Belom tau. Ini gue baru mau liat. Lo kelas berapa?"
"Sama, gue juga baru mau liat,"
Dan mereka pun berjalan bersama ke papan pengumuman sambil mengobrol.
YOU ARE READING
FLOWER
Teen Fiction"Kenapa kamu suka bunga?" "Karena bunga memiliki artinya masing-masing"