12 Maret 2017
Traffic light di persimpangan jalan masih berwarna merah, pertanda bahwa kendaraan belum boleh melaju. Timer yang sekarang menunjukkan angka 23, setiap detiknya menghitung mundur, menimbulkan rasa greget para pengendara. Apalagi yang sedang buru-buru, rasanya ingin menerobos saja.
Sekarang masih pukul 9 pagi. Mentari menyengat dari arah timur, memayungi orang-orang yang hendak beraktivitas pada hari ini. Suara burung gereja menjadi backsound di pagi yang cerah, mendukung suasana semangat untuk melanjutkan hidup.
Orion memgetukkan jari telunjuk ke setir sembari menatap keramaian, menimbulkan irama yang enak didengar. Kepalanya bergerak pelan ke kiri dan kanan dengan tempo yang beraturan.
5... 4... 3... 2... 1...
Tepat saat lampu lalu lintas menunjukkan angka 35 di warna hijau, Orion menginjak pedal gasnya. Kendaraan di belakang mobilnya juga melakukan hal yang sama. Seketika asap kendaraan bermotor kembali memenuhi ruang, merusak udara segar. Tapi, siapa yang peduli?
Memutar setirnya ke kanan, Orion memperlambat kelajuan mobilnya. Toko bunga langgangannya sudah tampak di depan mata. Tidak butuh waktu lama, ia memutar lagi setirnya ke tempat parkir toko itu. Di halaman toko, florist yang biasa melayaninya sedang menyiram bunga. Ia menggunakan sepatu bot dan kupluk hitam.
Si florist menoleh ketika merasa ada mobil yang masuk ke halamannya. Ia menyipitkan mata saat si pemilik mobil keluar dari sana. Saat menyadari siapa yang datang, ia lantas mematikan keran dan menghampiri cowok yang mengenakan kemeja flanel warna merah itu.
"Hei, kamu lagi!" sapanya ramah. Matanya menyipit karna senyumannya.
Orion pun membalasnya dengan senyuman juga.
"Kamu udah dua kali ke sini dan ini yang ketiga kalinya,"
Orion mengangkat sebelah alisnya, seolah berkata, terus?
"Dan ketiganya di tanggal yang sama,"
Lagi-lagi, Orion tersenyum. "Aku emang udah buat jadwal untuk itu,"
Cewek itu hanya manggut-manggut. "Bulan ini mau beli apa?"
Orion diam sejenak. "Akasia,"
***
Orion mengikuti langkah kaki si florist, sambil menatap sekitar. Tadi, tepat ketika Orion menjawab 'akasia', cewek itu mengajaknya ke halaman belakang. Dan sekarang, yang berada di sekeliling Orion adalah taman bunga yang sangat luas. Ia tidak bisa menjelaskan bagaimana rasa kagumnya saat pertama kali pintu belakang toko dibuka, dan seketika kelopak warna-warni menyambutnya. Di atasnya pun berterbangan kupu-kupu yang juga beragam warna sayapnya.
Andai saja dia sempat memberi Vega taman bunga seindah ini. Ia tersenyum kecil memikirkan hal tersebut.
Langkah kaki Orion tiba-tiba berhenti ketika orang di depannya berhenti berjalan. Mereka berada di depan sebuah petak taman yang isinya bunga akasia dengan berbagai macam warna.
"Nih, bunga akasia. Kamu mau yang warna apa?" tanya si Florist. Yang ditanya diam, memerhatikan bunga-bunga itu secara bergantian.
"Bunga akasia ini melambangkan cinta yang terpendam dan keindahan," cewek itu diam sejenak. "Yang warna pink mengartikan keanggunan. Putih dan pink melambangkan persahabatan, dan yang kuning artinya cinta rahasia,"
Orion masih diam. Setiap kelopak bunga itu mengingatkannya kembali pada sepotong kisah di masa lalu. Dan kenangan itu berputar di kepalanya bagai film. Ia memejamkan matanya sesaat, berusaha menghapuskan kenangan itu. Tapi tidak bisa. Potongan-potongan itu terus merasuki kepalanya.
YOU ARE READING
FLOWER
Teen Fiction"Kenapa kamu suka bunga?" "Karena bunga memiliki artinya masing-masing"