IF-1 i know you

28 3 0
                                    

Senja masih enggan menggantikan cahayanya dengan sinar rembulan. Seakan menggambarkan perasaanku saat ini.

"Udah puas mainnya?! Udah puas buang-buang uang buat beli kertas sampah ini?!!" Bentak ayah pada saat aku pulang dari toko buku.

Aku hanya menunduk menahan air mata yang sudah aku bendung sejak tadi. "Aadis tadi..." Ucapku terpotong. "Apa?! Masih mau bilang apa lagi?!" Bentak ayahku untuk kesekian kalinya dengan tangan yang melayang diudara siap untuk mengenaiku jika saja bunda tidak menahannya.

"Adis masuk ke kamarmu nak." Perintah bunda yang selalu terngiang ditelingaku saat ayah hendak memarahiku.

Sampai saat ini aku hanya terduduk di balkon kamarku dengan memandang sembunyinya matahari dan terangnya cahaya bulan.Ditemani mereka atau yang biasa disebut orng dengan pelindung.

"Kak Gla, Cia boleh masuk gak?" Teriak Cia adik kecilku yang menjadi teman dan penyemangat disaat aku merasa sepi. "Iya Cia masuk aja gak dikunci kok" utusku sambil menghapus benih cair yang masih ada di pipiku

"Kak Gla nangis lagi ya? Papa marahin kak Gla lagi ya? Kakak jangan nangis ya, kan ada Cia yang nemenin kakak, jadi kakak gak boleh sedih." Ucap Cia bertubi-tubi layaknya menyemangat yang telah terbiasa dengan masalahku ini.

"Cia sayang, kakak gak nangis kok, kakak habis baca novel terus mata kakak capek jadi keluar air mata." Sarkasku membohongi Cia dan diriku sendiri. "Yaudah kak, anterin Cia ke Supermarket di depan kompleks" ajak Cia

"Mau beli apa si Cia? Kan jajan Cia masih banyak" tanyaku pada Cia seraya mengusap puncak kepalanya. "Ada deh, pokoknya kak Gla tinggal anterin aku aja. Cia barusan dikasih uang sama bunda disuruh beli-beli sama kak Gla yaudah Cia minta anterin" Cerocos Cia dengan semangat

"Yaudah ayok" ajak ku menarik pergelangan tangan Cia dan keluar menuruni anak tangga serta mencari keberadaan bunda untuk berpamitan.

"Bundaaa.. Bundaaa Cia sama kak Gla mau ke supermarket duluu, dahhh" ucap Cia berteriak karena tidak ingin berlama-lama mencari Bunda langsung menarik tanganku menuju pintu.

***

Malam begitu terasa sunyi, begitu pun dengan jalan yang saat ini aku lewati dengan Cia.

Mungkin secara manusia jalan ini memang tidak ada seorangpun yang melewatinya, tetapi tidak dengan yang aku lihat. Mereka semua berlalu lalang layaknya seorang manusia, karena itulah dulu aku sulit membedakan mereka. Dari banyak 'Hantu' yang berlalu lalang, ada dua lelaki atau bisa disebut sebayaku yang mencuri perhatianku.

Cia hanya berdehem dengan mengalunkan nada sebuah lagu. Cia memang tidak mengerti dengan kemampuanku karena mungkin dia masih terlalu kecil untuk mengetahui ini.

Semakin lama dua lelaki ini semakin mendekat. Dengan rupa yang bisa dibilang 'hancur', jika saja Cia bisa melihatnya mungkin dia sudah memelukku saat ini.

Invisible FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang