Prologue.

154 17 6
                                    

Semuanya bermula pada Minggu pagi, seminggu yang lalu.

Saat itu aku sedang berjalan dengan terburu-buru karna aku sudah terlambat untuk memenuhi janji penting dengan seseorang.

Jalanan di  depanku terlihat tidak ramai— membuatku bebas hambatan, sebenarnya.
Karna sekarang sedang memasuki libur musim semi, mungkin orang-orang lebih memilih untuk tidur dirumah dibandingkan berjalan sambil menikmati udara di luar rumah. Padahal, musim semi adalah yang terbaik—menurutku. Udaranya tidak terlalu dingin. Padang rumput, bukit, dan taman ditumbuhi benih-benih cinta semesta yang bersemi disetiap ranting. Membalut hampir semua batang dan ranting yang kering merana selama musim dingin. Indah—sangat indah, juga damai secara bersamaan. Seperti diriku, ehehehe.

Saat aku sedang melintasi jalan disebelah Sungai Han, aku menangkap presensi seorang laki-laki dengan hoodie hitam. Ia tengah berdiri diatas pagar pembatas.

Aku tak mengerti apa maksudnya—tapi itu benar-benar konyol. Sungai Han bahkan terlihat dengan sangat jelas ditempatku. Aku sangat yakin kita tak perlu memanjat pagar segala hanya untuk melihat airnya.

Terlihat dari sini, laki-laki itu menggunakan masker putih yang menutupi setengah wajahnya. Rambut blondenya yang panjang menutupi seluruh keningnya. Yang terlihat hanya kedua matanya yang tertutup; terlihat sedang menikmati angin.

Jadi, kuputuskan untuk membiarkannya. Maksudku, aku tak punya waktu untuk melihat hal-hal seperti ini.

Namun hal yang terjadi selanjutnya membuatku berteriak; kehilangan arah.

Lelaki itu menceburkan dirinya ke sungai.

Mengikuti naluriku, aku berlari dan melepaskan sepatu, tas, dan coat coklatku. Aku tetap berteriak memanggilnya.

Saat aku sudah menaiki pagar pembatas, tak ada apapun yang muncul selain buih-buih kecil. Aku semakin cemas.

Lalu sepersekian detik setelahnya, aku dapat melihat hoodie hitamnya dibawah sana. Ia semakin jatuh ke dasar air.

Oh Tuhan, ia tak boleh mati.

Dengan keberanian yang tak seberapa banyak dan juga skill renang yang berada dibawah rata-rata, aku memutuskan untuk menceburkan diri ini; menolongnya.

Sensasi air yang dingin langsung menusuk kulitku yang hanya ditutupi dengan kemeja putih tipis. Aku sempat merasa seperti kehilangan akal; entah mungkin karna begitu dingin atau aku begitu ketakutan. Namun, keberadaan pria yang tak begitu jauh denganku langsung membuatku tersadar.

Aku mencoba meraihnya yang semakin tenggelam kedasar sungai, dan untung saja, tak sesulit yang aku bayangkan. Aku mendapatkannya.

Ia mencoba melepaskan genggaman tanganku dari hoodie nya; sepertinya ia marah. Namun dengan sisa tenaga yang kumiliki, aku berhasil menariknya sampai kami mencapai permukaan air.

Aku meraup udara sebanyak-banyaknya bergitu juga dengannya. Ia sempat terbatuk-batuk dengan cukup keras.

Aku menarik hoodienya dan ia kembali menepis tanganku.  Aku langsung menatapnya tak terima.

Lalu aku terbelalak setelah melihat wajahnya.
Jantungku berpacu dengan sangat cepat. Tubuhku bergetar dengan hebat.

Tidak mungkin. Ini tidak mungkin.
Tapi aku yakin kalau aku tidak salah.

Hidungnya mancung, matanya yang tajam, dan bibir kotaknya. Begitu juga dengan tanda hitam di hidungnya.

Aku tidak salah lihat. Aku yakin.

Dengan sisa keberanian yang aku miliki, akhirnya aku bersuara, "K-kim Taehyung?"








.
.
.
Hai semuanya!❤️
Ini cerita pertama kami, jadi mohon vote dan comment nya yaa~

Lanjut ngga?
Itu tergantung vote dari kalian! eheheh❤️



with love,

saljaegi 💙🖤💙

muddled.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang