Melukis Dengan Hati

7 0 0
                                    

Sosok perasa.
Ia duduk, hening, menarik nafas panjang penuh kelegaan disetiap fajarnya, lalu termenung dengan tatapan kosong.
Tak lama ia berjalan dengan sangat perlahan, berhati-hati, sedikit meraba, karena ruang memang tampak gelap dan sedikit buram menuju sebuah dapur.
Ia meracik tehnya, lalu kembali ke beranda rumahnya, nikmati hari bersama secangkir teh.
Sampai hari meredup, senja hadir seperti biasanya.
Sang perasa duduk, berhadapan pada sebuah lembar kosong dengan kaki penyangga.
Tinta tertuang,
Ia, sosok perasa mulai menorehkan kuas yang telah tercelup tinta pada sebuah lembar kosong disebut kanvas.
Tak ada yang tau, tatap yang terlihat kosong tadi fajar, apakah benar-benar kosong atau ada jiwa yang merasakan sebuah karsa yang memaksa untuk dituangkan.

Melukis dengan jiwa, ialah Fannindra Sara.

Bersambung...

FANNINDRA SARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang