So Eun mengusap-usap kedua telapak tangannya, lalu dihirupnya udara sejuk kota yang meskipun sudah ada di musim panas dan matahari cukup terang namun hawa sejuknya enggan beranjak. Sejuknya kota ini tak hanya karena udaranya tapi juga keheningan yang tak biasanya dijumpai di ibukota. Lalu lalang kendaraan bisa dihitung jari, tak ada sahutan klakson yang memekakkan dan So Eun menikmati itu. Ini adalah hari kedua So Eun ada di sini, beristirahat sekaligus menyesuaikan diri dengan iklim pegunungan sebelum lusa kembali meneruskan perjalanan ke tujuan utamanya yaitu lembah Nubra dan danau Pangong.
Kota yang dimaksud adalah Leh, ibukota Ladakh. Sebuah wilayah di negara bagian paling utara India. Berada di ketinggian tiga ribu lima ratus meter dari permukaan laut, berlatar belakang pegunungan Himalaya yang tiap puncaknya tertutup salju tebal sungguh membuat kota ini memesona mata yang memandang meski kota ini dominan tandus.
Menyusuri kota baru sekarang dilakukannya karena keharusan beristirahat dengan cukup mengingat kadar oksigen yang begitu tipis di sini. Ia pun tak berencana berjalan seharian, hanya sekedarnya sambil menunggu kedatangan rombongan yang akan menjadi partner petualangannya ke lembah Nubra. Lagipula So Eun masih punya satu hari lagi untuk berkeliling di sini dan membatasi aktivitas hari ini adalah sebuah pilihan bagus menurutnya.
"Julley." seorang wanita menyapa dengan ramah saat So Eun memasuki sebuah toko suvenir. So Eun balas tersenyum pada wanita cantik berkulit putih kemerahan dengan mata sipit itu. Melihat wajah-wajah penduduk kota ini So Eun seperti tidak sedang berada di India karena ciri fisik mereka memang lebih dekat pada orang Tibet.
So Eun berjalan ke bagian syal yang berjajar rapi, ia butuh setidaknya dua lagi.
"Buatan Kashmir," sebut wanita yang menyapanya tadi.
"Bagus," ucap So Eun seraya mulai memilih.
🗻 🗻 🗻
"Para penumpang sekalian, silakan lihat ke arah jendela jika tidak ingin menyesal."
Terdengar suara dari pilot pesawat yang sontak membuat sebagian besar penumpang mengikuti apa yang diucapkan pilot tersebut, tak terkecuali Soo Hyun dan Myung Soo.
"Daebak, bentangan pegunungan Himalaya." Soo Hyun mengeluarkan kameranya, memotret pegunungan Himalaya dengan puncak-puncak menjulang yang ditutupi salju. Riuh decak kagum pun terdengar dari penumpang lainnya.
"Yah, antusiaslah sedikit, pemandangan eksotis itu tidakkah membuatmu kagum?" protes Soo Hyun pada Myung Soo yang hanya melihat sekilas lalu kembali ke posisi semula.
"Jika bukan karena permohonan ayahmu aku tidak akan ada di sini."
"Kita sudah mau sampai dan kau masih menggerutu, sepupu sialan."
"Kau yang sialan, menyeretku ke tempat terpencil."
"Ini bukan sekedar terpencil, aku butuh sesuatu yang akan membuang semua hal buruk, memulai kembali pikiran positif, semangat baru..."
"Berisik." Myung Soo menutup kedua telinganya.
Mereka pun tidak saling bicara lagi hingga akhirnya tiba di bandara Kushok Bakula Rinpoche. Dari sana mereka menyewa taksi untuk mencapai penginapan yang sudah dipesan, sebuah guest house yang dikelola oleh keluarga suku Ladakhi.
"Gersang seperti ini apa menariknya? Sepi juga," komentar Myung Soo saat dalam perjalanan dari bandara menuju pusat kota.
"Gurun pasir dan gunung yang puncaknya bersalju ada di satu tempat, nikmatilah."
"Asal kau tidak berniat menetap di sini atau mengakhiri hidup di sini maka aku akan berusaha menikmati liburan aneh ini."
"Perasaanku memang sedang hancur berkeping tapi tak ada niat mengakhiri hidup sekarang juga. Jaga bicaramu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in Ladakh [Completed]
Fanfictionseorang tunangan, senior yang sempat ditaksir dan pria baru yang membingungkan hingga membuatnya penasaran. perjalanan ke Ladakh kian merumitkan kisah cinta seorang Kim So Eun.