“Ini tidak benar,” batin So Eun saat kesadarannya mulai mengambil alih, ia mencoba menyudahi ciuman namun satu tangan Myung Soo yang entah sejak kapan telah ada di tengkuknya membuatnya tertahan. Ketidakbenaran ini pun berlanjut bahkan kian menghanyutkan, So Eun menepis sadarnya.
Suara klakson bus lah yang akhirnya menghentikan aktivitas keduanya, dengan wajah yang sama-sama bersemu merah mereka menaiki bus dan hanya hening hingga lebih dari setengah perjalanan.
“Aku turun di halte setelah ini,” So Eun membuka suara, namun masih tak berani menatap Myung Soo, "yang tadi itu…lupakan saja, anggap kita terlalu terbawa suasana.”
“Kau mungkin bisa menganggapnya seperti itu, tapi tidak denganku dan aku tak berniat melupakannya,” Myung Soo menimpali dalam hati.
Tak ada lagi obrolan kecuali saat So Eun berpamitan ketika tiba di halte tujuannya dan ia tidak langsung meneruskan perjalanan menuju rumah melainkan duduk sambil memegangi bibirnya.
“Melupakannya? Mudah sekali lidahku berkata seperti itu padahal ciuman tadi begitu meresap sampai ke hatiku.”
Tin!Tin!
So Eun terlonjak, dilihatnya sebuah mobil mewah yang tak asing baginya. “Kenapa harus bertemu dengannya.”
“So Eun ayo naik,” Ho Jun, pemilik mobil mewah itu memang sedang dalam perjalanan menuju kediaman So Eun.
Dengan berat hati So Eun masuk ke dalam mobil, tak sedikitpun senyum diberikannya pada Ho Jun.
“Dari kampus? Kenapa pulang sangat terlambat?”
“Aku langsung ke perusahaan tempatku mengambil data.”
“Kau ini kenapa susah-susah melakukan tugas akhir di perusahaan orang lain.”
“Aku ingin melakukannya tanpa koneksi.”
“Baiklah aku menghormati idealisme dirimu. Aku sedang dalam perjalanan menuju rumahmu, ada sesuatu yang ingin kubicarakan bahkan tadinya aku berpikir untuk membicarakannya juga dengan orang tuamu.”
“Soal apa?”
“Kakakmu, tadi dia menemuiku.”
“Untuk apa dia menemuimu?”
“Untuk mengancamku, rupanya dia kakak yang perhatian juga padamu. Tapi jangan khawatir, dia berlebihan memangnya aku ini orang jahat? Kau percaya kan kalau perasaanku tulus padamu.”
“Entahlah, yang kupercayai adalah aku tak punya perasaan apapun padamu.”
“Kau pernah bertemu dengannya setelah dia kabur?”
So Eun malas menjawab, ia memilih untuk balik bertanya. “Kenapa terpikir untuk membicarakannya dengan orang tuaku?”
“Siapa tahu ayahmu ingin tahu kabar putri sulungnya. Kalau ibumu sudah pasti ingin tahu.”
“Tak perlu. Biar aku saja termasuk pada eomma, aku yang akan bicara.”
“Baiklah tapi bagaimana ini sebentar lagi kita tiba di rumahmu, apa kau akan memintaku untuk langsung pulang?”
“Keberatan kalau aku meminta seperti itu?”
“Kau masih saja dingin,” Ho Jun mencoba menyentuh kepala So Eun namun gadis itu sigap menghindar.
“Butuh waktu berapa lama sampai kau membuka hatimu untukku?”
“Aku tak tahu apakah waktu akan membawaku tiba pada perasaan yang kau harapkan.”
Ho Jun menahan sesaknya, “setidaknya jawablah dengan kata-kata yang baik.”
Mereka pun tiba di depan rumah, So Eun tak berbasa-basi menawarkan Ho Jun untuk singgah namun pria itu tak peduli, ia tetap ikut masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in Ladakh [Completed]
Fanfictionseorang tunangan, senior yang sempat ditaksir dan pria baru yang membingungkan hingga membuatnya penasaran. perjalanan ke Ladakh kian merumitkan kisah cinta seorang Kim So Eun.