Cph. 2

1.4K 183 26
                                    

"Mean, bangun!"

Tin yang sudah rapih memakai seragam sekolah mencoba membangunkan adik kembar nya yang masih terlihat pulas tertidur di kamar mereka berdua.

"Lima menit lagi..." Mean bergumam menutup wajahnya dengan selimutnya.

"Kau akan terlambat ke sekolah. Cepat bangun. Dasar pemalas." Tin menarik selimut Mean.

"Tin~~ Jangan ganggu tidur ku." Mean merajuk, dan beberapa detik kemudian Tin mendengar dengkuran Mean.

"Aku akan menghapus semua nomor kontak wanita yang ada di ponselmu, Mean."

Tin berkata sedikit menaik kan nada suara nya agar Mean mendengar, kemudian ia beranjak keluar kamar.

"Haish. Tin! Kau mau mati." Mean dengan cepat langsung melompat turun dari tempat tidur nya untuk mengejar Tin. Namun kemudian dia melihat ponsel nya masih tergeletak manis di meja samping tempat tidur nya.

Sialan. Dia membohongiku. Batin Mean kesal.

....

"Mengapa kau memakai seragamku?" Tin yang sedang menyantap roti sarapan nya bertanya heran.

"Jangan bilang kau lupa bahwa hari ini adalah Rabu, Tin. Kau kan sudah berjanji padaku akan bertukar tempat hari ini." Mean memutar bola mata nya saat mengoleskan selai kacang pada roti nya.

"Bukan kah kau bilang kita hanya bertukar tempat saat pelajaran Seni saja? Dan itu baru akan  di mulai nanti saat jam setelah istirahat makan siang kan?"

"Aku berubah pikiran." Mean dengan santai berbicara dan mulai melahap roti nya.

"Huh?!"

"Lebih baik kita bertukar seharian saja." kata Mean lagi dengan mulut penuh roti.

"Kau gila?! Aku tidak mau. Hari ini mata pelajaran ku cukup sulit untuk mu. Aku tidak ingin nilai ku jadi jatuh karna ulahmu." Tin tak ingin berurusan dengan masalah Mean. Dia lalu bergegas membawa tas sekolah nya dan pergi.

"Tin~~~~" Mean menghalangi langkah Tin.

"Aku mohon bantu aku~" Mean mengedipkan kelopak mata nya. Berharap tingkah nya itu bisa meluluhkan Tin.

"Minggir." Tin tak peduli. Kali ini dia tidak akan tergoda.

"Kau beneran tega melihatku kesusahan begini? Aku mohon bantu aku. Kau kan pintar. Tanpa belajar pun kau akan dengan mudah mengikuti ujian. Sedangkan aku? Aku terancam tidak lulus sekolah kalau tak lulus pelajaran Seni itu. Aku mohon... bantu aku. Yah yah yah?" Mean memeluk sambil merengek pada Tin. Membuat Tin merinding dengan tingkah Mean yang seperti anak kecil.

Tin mencoba melepaskan pelukan Mean.

"Kak..." Mean menggunakan suara paling lembut yang pernah ia ucapkan kepada Tin.

Membuat Tin menghela nafas.

"Kak Tin~"

"......."

"Tolong aku, kak...." Mean mengerucutkan bibirnya.

"Baiklah.. baiklah! Tapi dengan satu syarat." Tin mendapatkan ide untuk membalas Mean.

"Apa pun akan aku lakukan!" Mean menjawab dengan antusias.

"Berikan kunci mobil mu padaku. Biarkan aku menaiki Bugatti Chiron mu."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang