Hermione pun membawa Cassie ke asrama Gryffindor. Ia meminjamkan baju dan beberapa perlengkapan untuk gadis itu pakai.
"Mione, siapa ini?" Tanya Ron begitu melihat Cassie.
"Harry, Ron, aku ingin bicara dengan kalian. Ikut aku ke toilet lantai 3." Harry dan Ron saling bertatapan lalu mengangkat bahunya.
Mereka berempat berjalan menuju toilet lantai 3 yang tidak pernah dikunjungi siapapun karena adanya Myrtle Merana. Sehingga tempat itu cocok untuk membicarakan hal rahasia seperti ini.
Harry dan Ron speechless setelah mendengar cerita Hermione dan Cassie. Mereka membicarakan soal, terlempar ke masa lalu, masa depan, time turner, dan anak.
"J-jadi kau adalah anak Hermione.. dan ferret??" Tanya Ron terbata-bata.
"Paman, berhenti memanggilnya ferret! My father will hear about this!" Ancamnya dengan tatapan tajam.
"Yaampun! Ia benar-benar anak si Malfoy!" Ucap Ron merasa pusing seketika.
"Cassie, bisa kau katakan dimana benda itu sekarang?" Tanya Harry setelah pulih dari keterkejutannya.
"Aku memasukkan benda itu lagi di laci Professor Nott. Ah kalian tidak mengenalnya. Ia guru Pertahanan Sihir Hitam."
"Kita harus kembali kesana dan mengambil benda itu. Sepertinya yang dimaksud Cassie adalah ruangan Professor Lawrence, guru Pertahanan Sihir Hitam kita." Ucap Harry dan mereka bertiga mengangguk.
"Tapi bagaimana kita kesana? Ini sudah memasuki jam malam." Kata Ron.
Mereka terdiam lalu menoleh pada Hermione bersamaan. Hermione kan Ketua Murid! Tidak akan aneh jika melihatnya berkeliaran di malam hari.
Hermione mengernyitkan dahinya sementara ketiga orang lain memandangnya penuh harap. "Oh baiklah!"
Setelah menyusun rencana, mereka berjalan mengendap menuju ruangan Professor Lawrence. Harry, Ron dan Cassie bersembunyi di balik patung burung hantu, sementara Hermione memulai aksinya.Saat Hermione sudah berada di depan pintu ruangan, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya.
"Granger? Sedang apa kau disini?"
Bloody Merlin! Itu Draco Malfoy!
"M-malfoy? Apa lagi? Aku sedang patroli." Jawab Hermione berusaha tetap tenang.
"Patroli? Malam ini kan jadwalku dan.." Hermione membelalak begitu mendengar langkah kaki di ujung lorong.
Tanpa pikir panjang, ia menarik Draco ke balik patung burung hantu, di sisi lain dari tempat persembunyian Harry, Ron dan Cassie. Ia membekap mulut Draco, memintanya untuk tidak berisik.
"Hmmppffggjsjsksk!!"
"Diamlah Malfoy! Sekali ini saja." Ucap Hermione dengan suara berbisik.
Draco mau tidak mau menelan umpatannya karena Hermione membekap mulutnya sekaligus menghimpitnya ke tembok. Mereka berada dalam jarak yang cukup dekat sampai lelaki itu bisa mencium aroma vanilla dari rambut Hermione.
Hermione mendesah lega kemudian melepaskan tangannya dari mulut Malfoy ketika suara langkah kaki itu melewati mereka.
Sepertinya itu Argus Filch, si penjaga sekolah. Tapi kenapa juga Hermione harus bersembunyi dari Mr. Filch, toh dia kan Ketua Murid. Namanya juga maling, pasti akan takut ketahuan kan? Hey, tapi dia bukan maling.
Ia masih berdebat dengan diri sendiri tanpa menyadari jarak wajahnya dan Draco yang terlalu dekat. Matanya tak sengaja bertemu dengan iris kelabu Draco. Keduanya tidak mengerti kenapa tubuh mereka seperti membeku, tidak bisa bergerak seinchi pun untuk menjauh.
Tangan Draco berada di pinggang Hermione dan tangan Hermione di dada Draco. Mereka bertatapan selama beberapa saat, seolah saling mengagumi keindahan masing-masing.
Saat tatapan itu mulai turun ke bibir, terdengarlah dehaman dari sisi sebelah sana. Harry, Ron dan Cassie mengintip mereka dengan raut malas. Apakah ini waktu yang tepat untuk drama romance?
Hermione segera mendorong dirinya menjauh dari Draco dan merapihkan bajunya salah tingkah.
Begitu juga Draco yang terbatuk, mencari kembali suaranya yang teredam.
"A-apa yang kalian lakukan disini?" Tanya lelaki itu dengan gugup namun berusaha tegas. Tidak mungkin seorang Malfoy ketahuan merona kan?
Cassie tidak bisa menyembunyikan tawanya, "Father lihat wajahmu, konyol sekali! Aku akan mengingat ini saat kembali ke Manor lalu mengolok-olokmu." Kata Cassie dengan seringai jahilnya. Persis seringai khas Malfoy.
Ia tidak tahu ayah dan ibunya saat muda bisa sekonyol ini. Padahal kalau di rumah, mereka terus menempel seperti permen karet dan snogging. Eww!
"Kau lagi! Aku tidak mengerti kenapa kau masih memanggilku father." Tatap Draco dengan tajam.
"Ehm, sudahlah Malfoy. Kita disini karena ingin mengambil suatu benda di ruangan Professor Lawrence. Kuharap kau mau bekerja sama dengan kami." Kata Harry menenangkan.
"Benda? Kalian trio bodoh, kenapa senang sekali mencari masalah? Aku akan melaporkannya pada Professor McGonagall." Ancam Draco.
Oke, Cassie akui ayahnya memang menyebalkan! Persis seperti cerita ibunya.
"Dasar manusia pirang licik dan licin seperti ular!" Umpat Ron kesal.
"Cukup! Malfoy, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tapi kita butuh benda itu untuk mengembalikan Cassie. Kau mau ikut atau tidak?" Tanya Hermione menatap Draco.
Anehnya Draco jadi terdiam dan mengangguk canggung. "Y-ya um, aku harus ikut, memastikan kalian tidak macam-macam."
"Great. Ayo kita masuk." Kata Harry lalu membuka pintu ruangan itu dengan mantra sihir.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassie: Where am i?
FanfictionCassieopeia Jean Malfoy dengan segala kejahilan, keingintahuan, keberanian dan kenekatan akhirnya harus terdampar di waktu yang tidak ia ketahui! "Mother, Father, aku dimana??" - Cassie (Dramione Fanfiction ft. Cassie) A/N: Terinspirasi dari fanfic...