Hijrah Itu Mulia

49 3 0
                                    

Namaku Ibrahin, biasanya di panggil Ibe, aku lahir di papua , tepatnya di kampung Makassar pasar baru kota Sorong. pagi itu aku terbangun dari tidur karena suara yang berasal dari jam bekerku, yang membuat telingaku sakit,
“ah…. berisikkkk” kataku kesal sambil mematikanya, ku lihat jam itu yang menunjukkan pukul 06.30.WIB
“ibe bangun….!! jam berapa ini? kamu mau bolos sekolah lagi?” teriak seorang wanita di balik pintu kamar.
“ya mace, tunggu dulu… baru bangun kii looo”.

Akhirnya sa mandi , memakai seragam, sarapan dan berangkat sekolah.
“mace sa pamit dulu” sa pamit sambil menyalakan motor.
“yo…., sudah sholat shubuh belum?”.
“lupa mace.. nanti sholat di sekolah aja mace..”jawabku sambil pergi. Sa berangkat dengan motor melewati jalan yang padat kendaran. akhirnya sa sampai di sekolah.

Oh ya.. sebelumnya, saya anak kelas XI, aku sekolah di SMA di Surabaya. aku disekolah sering dijuluki dengan” Master Alpha, Tukang Kabur Dan Kepala Karang ” tapi sa tidak merasa terkucilkan karena itu, karena itu adalah sebuah fakta, bukan opini.
“be ibe, cabut yukkk…” kata sahabatku Sofyan yang sudah menunggu di depan kelas
“kemana?” tanyaku
“ke warung, kita tenangin otak dulu..” “ngerokok maksdmu? Sa lagi kere, sa tra ada uang nii” kataku malas
“aku yang bayar” kata Sofyan mantap. Tong pun langsung pergi menuju gerbang belakang sekolah, tong loncat dan pergi. sampailah kami di warung langganan kami, warung bu’ Asna .
“bu’ rokok dua, sama koreknya sekalian” kataku kepada bu’ Asna “ sekalian sama the sosronya dua bu’.” tambah Sofyan
“oh ya…. gak sekolah tho mas? tanya bu’ Asna
“nggak bu’, lagi pengen nenangin otak” jawabku
“heleh,,, mas mas… sekolah mbolos mbolos ae” kata bu’ Asna sambil memberikan pesanan kami. Tak ada balasan dari kami selain senyuman.
Sa menikmati waktu seperti itu dengan tenang. RASA YANG TERSEMBUNYI Jam 10.10 WIB adalah waktu paling tepat untuk kembali ke sekolah, karena itu adalah waktu istirahat
“ Ibe, Sofyan, dari mana kalian?” kata seorang perempuan yang bisa dibilang, bahwa Sa menyukainya, dia adalah orang yang sering menungguku di gerbang, hanya untuk menyakan hal itu. Dialah Jannah “ dari fotocopy tugas dari pak komar” kataku kepada Jannah
“heleh… alesan, paling juga ngibul” lanjutnya
“Jan, ntar pulang bareng aku yukk?” kataku mengganti topik
“mau gak ya???” dia berpikir sejenak.. “emmm boleh lah”lanjutnya bel masuk berbunyi, kami masuk ke kelas masing-masing dan belajar seperti biasa. Sa pun pulang bareng Jannah
“Jan, mampir ke tempat makan yukk…?” “boleh.. tapi kamu yang bayar ya…!!” jawabnya
“okelah”. Akhirnya kami pergi ke sebuah restoran
“kamu mau makan apa jan?” tanyaku
“apa aja boleh, yang penting enak”
“oke.” “ mas, teh manis dua, satunya gak usah pake gula” kataku kepada pelayan “ makanya apa mas?” tanya pelayan itu
“ mie ayam dua”timpalku
“ tadi kenapa kamu pesen teh gak pake gula? teh kan pahit!”
“kan udah ada gula yang mau nemenin sa makan” jawabku pelan
“apa? kamu bawa gula?” tanyanya
“enggak”
“terus??”
“ gulanya udah ada disampingku, duduk sama sa” kataku sambil melihat ke jalan
“ih.. apaan sih” jawabnya malu Selesai makan, aku nganter Jannah ke rumahnya. “ Maksasih ya ibe” katanya “ hati hati di jalan, jangan ngebut, bahaya” lanjutnya
“ siap komandan” kataku seraya berlalu.

HIJRAH.... Akhirnya sa sampai dirumah. Tapi, belum sampai dipintu, pace sudah mengahadangku. Tanpa alasan yang jelas, pace menyuruhku push up seratus kali, sit up seratus kali dan masih banyak lagi. ditengah sa melaksanakan hukuman itu pace mengatakan kepadaku dengan nada tinggi. “pace dipanggil ke sekolahmu karena mbolosmu itu”. Sa hanya diam.
“ besok kamu ikut pace” lanjutnya
“kemana pak?”
“ke pondok Al Al Kahfi
“apaa???” jawabku tidak terima
“ Sa paling takut dipondok, paling pamalas, karena segalanya di batasi. pokonya sa tra mau pak. Sa mau lanjut disekolahku”
“Nih baca…!!!!” perintah pace seraya menyerahkan surat. “ koe ki wis di tokne le (kamu itu sudah di keluarin)” lanjutnya. Malam itu juga sa tra bisa tidur ee, karna memikirkan hal itu,
“ibe… tidur! sudah malem, kalau gak bisa tidur, sholat sana” kata Pace dari balik pintu. Akhirnya sa pun tidur dengan terpaksa

“hai anak muda…” suara seseorang dibalik sinar “kuberi dua lubang yang harus kamu pilih salah satunya, lubang pertama berwarna merah, bila dirasakan dengan nafsu, nikmat. tapi pedih bila dirasakan dengan hati. dan lubang yang satu berwarna putih, banyak orang membencinya, karena bila dirasakan dengan nafsu, maka akan terasa panas, akan tetapi sangat sejuk di hati”. katanya kemudian memperlihatkanku kedua lubang itu. lubang merah banyak orang disiksa, lubang putih adalah taman yang indah.
Aku pun bangun dari tidurku. keesokanya harinya aku langsung menemui pace.
“ pak, kayaknya aku memang harus masuk pondok. ayo pak kita pergi ke pondok sekarang” kataku kepada pace. Pace pun senang mendengarnya. saat itu juga kami bersiap-siap dan langsung berangkat ke pondok Al Kahfi.
Aku berangkat ditemani pace dan mace, dan ada beberapa tetangga juga. Sesampainya dipondok aku langsung daftar, dan Alhamdulillah diterima. Mulai saat itu pula sa resmi menjadi santri. disana sa dibimbing oleh salah satu ustadz, yaitu ustadz Labele.

DUA TAHUN HIJRAH Alhamdulillah sekarang sa sudah hafal 30 juz, sa sekarang baru menyadari, ternyata tindakanku yang dulu itu merugikan bagi diriku sendiri, sangat merugikan. di masa-masa 17 tahun itu sulit untuk menghafal, jika kamu tidak percaya, akulah buktinya. Sa telah mengalami sulitnya menghafal, jadi jangan pernah sia-siakan usiamu di waktu kecil. Tiba-tiba hpku bordering dan layarnya menampilkan nama yang tidak asing bagiku
Jannah : “Ibeee, aku ingin kamu membaca ini! Ibe, 2 tahun kita nggak ketemu, 2 tahun aku nggak bisa memandangmu, aku sekarang mau jujur. kalau sebenarnya aku……
aku punya perasaan sama kamu.” kala itu juga, muncul di ingatanku ketika kami berboncngan, tapi langsung aku tepis pikiran itu jauh-jauh.
ku balas chatnya My/Ana : “ukhty Jannah, afwan sebelumnya udah chat ukh. bukan sekarang bagi kita untuk menjalani msa itu. Sa belum mampu sa hanya bisa berpuasa, Rasulullah Saw bersabda yang artinya :
“wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu(menikah), maka menikahlah karena sesungguhnya ia dapat menundukkan pandangan, menjaga kemaluan, dan barang siapa yang belum mampu maka berpuasalah karena ia dapat menjadi tameng (bagimu)”
ku kirimkan pesan itu. tak butuh waktu lama, dia langsung membalas Jannah : “tak perlu menikah bila kamu belum mampu, cukup rasakan cinta ini diluar nikah” My/Ana : “Astagfirullah. Allah berfirman, yang artinya :”janganlah kalian dekati zina,sesungguhnya ia adalah perbuatan keji dan seburuk-buruk jalan hidup.
” setelah sa mengirim pesan itu, aku blokir facebooknya. aku ingin fokus dengan kehidupanku sekarang. Dikalangan masyarakat, sa disebut ustadz gaul, dan Alhamdulillah sekarang pace, mace dan sa hidup dengan kemulian Al-Qur’an. Sekarang sa sudah mau menikah, kami udah ta’aruf dan nadhor, tapi kami akan melaksanakan akad setelah dia selesai kuliah. Oh ya… dia itu adalah seorang akhwat yang sudah hafidzoh. tentu saja bukan Jannah. tetapi Wati namanya, dia alumni Ponpes tahfidz Nurul Izzah Sorong. dan sekarang dia sedang kuliah di UMS. Eh… ternyata belum, ada sms dari Jannah
“Mas Ibbee, maaf sebelumnya, ini saya ibunya Jannah, Jannahnya mau bunuh diri. Mohon cepat kesini…! terimakasih.” Saat itu juga sa langsung berangkat menuju rumah Jannah, tapi ditengah jalan ada musibah menimpaku. dari sisi kanan datang sinar yang menyorot mataku. hingga sinar itu menabrakku!...

Bersambung..... Sabar yaa masi ada lanjutannya..... Selesai pagi ini di sekolah Sma guppi sorong 08,35 dini hari

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah Itu Mulia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang