Chap 01

156 16 6
                                    

.

.

.

.

.

---------

Sebuah mobil sedan hitam metalik memasuki basement sebuah hotel bintang lima.

Seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam turun dari mobil tersebut-setelah sang sopir membukakan pintu untuknya. Sedikit merapihkan pakaiannya, dan masuk diikuti seorang lelaki dengan gaya serupa yang turun dari kursi penumpang depan.

Sebelum memasuki lobby hotel, matanya terangkat memandang tulisan yang terpatri di bagian atas pintu lobby 'LUXURY HOTEL'. Tatapan matanya tajam, namun tak lama, ia segera memasuki lobby hotel dengan langkah tegap.

Matanya mengedar ke penjuru lobby hotel yang hari ini terasa lebih ramai karena ada beberapa wajah-wajah pegawai baru yang hadir di sana.

Samuel Andika Wiradigjaya atau akrab disapa Sam, melangkahkan kakinya menuju salah satu lift yang akan membawanya ke lantai teratas, tempat kantor pribadi miliknya-yang juga merangkap sebagai tempat singgahnya-berada.

Ia adalah pemilik sah dari hotel bintang lima tersebut. Ia membelinya dulu dari seorang klien yang tak sengaja bertemu dan berhubungan baik, dengan harga yang sangat murah.

Hari ini ia datang dengan beberapa tujuan, diantaranya, ini memang tanggal dimana ia rutin melakukan pengecekan ke salah satu propertinya itu, juga karena hari ini ia akan memantau beberapa pekerja yang baru bekerja hari ini. Menurut asisten pribadinya, pendaftar pegawai kali ini sedikit, lebih sedikit.

Yah, sebenarnya Sam tak mempermasalahkan seberapa banyak calon karyawan yang ingin berkerja di bawah kendalinya, ia hanya mencari pegawai yang benar-benar berniat bekerja dan dapat bersikap profesional dan memiliki kemampuan dalam bidangnya, tentu saja.

Saat ia sampai di lantai 5 dan hendak menuju ke kamar pribadinya, ia sejenak memperhatikan lorong yang memanjang di depannya, ia memperhatikan dengan seksama, entah kenapa ia merasa lorong itu sedikit lebih gelap dari biasanya.

"Kenapa lorong ini terasa gelap?" tanyanya pada dua orang-laki-laki dan perempuan-yang mengikutinya sejak tadi, mereka adalah Surya-sang manajer hotel-dan Andini-asisten pribadinya.

"Ah itu, anu Tuan, lampu di lorong paling ujung tidak bisa menyala, kami perkiraan ada kabel yang terputus atau semacamnya," tutur Surya ramah.

"Lagi?" ucap Andini dengan mimik muka heran dan sedikit terkejut, Surya hanya menanggapi dengan anggukan kepala.

Jika kalian heran kenapa Andini berani menyela obrolan atasannya dengan Surya, itu karena dirinya sudah bekerja dengan Sam lama, membuat keduanya dekat satu sama lain, dan tak merasa canggung saat bersama, mereka hanya memperlihatkan profesional kerja mereka saat di dalam kantor saja. Selebihnya, mereka lebih cocok dipandang sebagai sahabat ketimbang seorang bos besar dan asisten pribadi.

"Rasanya baru beberapa hari yang lalu kamu bilang tengah membetulkan kabel di lorong ini." Andini mengerutkan keningnya tipis.

"Surya, secepatnya Anda cari tukang yang ahli untuk memperbaiki saluran listrik ini, saya tak ingin menampilkan kesan suram seperti ini kepada para calon penyewa hotel nanti." Sam segera melangkahkan kakinya terus menelusuri lorong suram itu dan berhenti di kamar tengah, berjarak 2 kamar dari lift yang ia naiki tadi.

"Tapi, anu Tuan. Tukang yang kemarin kami panggil merupakan tukang ahli, tapi mereka sama sekali tak menemukan kerusakan apapun, mereka juga bingung kenapa listrik ini tidak bisa menyala," ujar Surya menjelaskan.

"Panggil lagi mereka kemari, mungkin saja saat ini benar-benar ada kerusakan yang menyebabkan lampu di sini tak bisa menyala," ucap Sam mutlak.

"Saya sudah mencoba menghubungi mereka pagi tadi, Tuan. Tapi mereka memilih tak ingin berurusan lagi dengan lorong ini." Surya melaporkan kejadian tadi pagi. Yah, Surya sempat menelepon tadi pagi para tukang tersebut, tapi tak ada satupun pegawai tukang itu yang mau datang dan memeriksa keadaan di hotel tersebut.

Sam mengerutkan kening, "Kenapa?"

"Um, anu Pak, mereka berkata bahwa sejak mereka pulang dari hotel ini, mereka merasa terganggu dengan kehadiran sesosok makhluk astral yang kerap mengganggu mereka." Surya menjelaskan.

Setelah sampai di depan kamarnya, Surya dengan sigap membukakan pintu untuk Sam yang langsung memasukinya tanpa kata, diikuti Andini yang melangkah di belakangnya. Rencananya mereka akan mengerjakan beberapa pekerjaan di sana hari ini, sekaligus memantau pekerja-pekerja baru.

Selepasi kepergian Surya dari kamar tersebut-setelah menanyakan apakah keduanya membutuhkan sesuatu, Andini segera sedikit merenggangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku. Lalu ia menatap Sam yang tengah memejamkan matanya dengan posisi santai di sofa.

"Apa kubilang, hotel ini bukan bangunan biasa, apa yang diucapkan Surya tentang para tukang tersebut cukup menjadi bukti bahwa ada sesuatu dengan bangunan ini, Sam," ucapnya membuka percakapan.

"Oh ayolah Andin, bisakah sehari saja kau tidak membahas masalah ini, aku sudah cukup lelah dengan gosip yang beredar, jangan sampai kau ikut-ikutan jadi biang gosip juga," timpal Sam masih dengan mata terpejam rapat.

"Kepala batu dasar! Aku tidak bercanda Sam, aku sudah bilang sejak awal, aura bangunan mewah ini aneh, tak biasa!" seru Andini dengan muka sedikit menekuk, merasa kesal dengan pendirian Sam yang tak pernah mau mendengar ucapan dan kata-katanya.

"Yah, yah, terserahlah. Daripada membicarakan hal aneh, kita cepat selesaikan pekerjaanku, lalu kita mulai memantau para karyawan baru itu." Andini hanya memberengut makin kesal dengan ucapan yang dilontarkan Sam padanya. Tapi tak urung ia menuruti perintam Sam untuk mulai mengerjakan tugas mereka.
















SEMENTARA ITU, SEPASANG MATA MENOROT TAJAM DARI SUDUT TERGELAP DI LANTAI LIMA, SOROT MATA ITU MENGARAH KE PINTU DIMANA SAM DAN ANDINI TENGAH ASIK MENGERJAKAN TUGAS MASING-MASING!!!






TBC? voment juseyo~
nurashinichi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lorong Lantai 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang