01- Dimana Pahlawanku?

22 5 3
                                    

*Flashback on*

12 tahun yang lalu

"Mas tadi aku liat handphone kamu ada panggilan masuk dari Dewi. Ternyata kamu masih berhubungan dengan wanita itu?! Aku kecewa mas" ucap Rima lembut tapi tegas

"Heh! Kamu ga sopan banget ya?! Mainin handphone saya tanpa seizin saya! " ucap Adi dengan nada menyentak

"Seumur hidup aku belum pernah merasa bahagia saat menikah dengan kamu mas. Yang ada aku hanya nyiksa batin sendiri. Tapi untuk kali ini aku gabisa mas. Sekarang terserah kamu,kamu mau apa itu terserah kamu. Aku udah cape mas" kata Rima sambil terus menangis

"Oke,aku juga cape dengerin omongan kamu yang ga berguna itu. Aku mau sekarang kita pisah. Aku akan pergi dari rumah ini sekarang"kata Adi dengan nada tinggi.

Dibalik pintu ada seorang gadis kecil yang sedang mengintip perkelahian orang tuanya. Ia menangis sesenggukan menyaksikan adegan itu. Baginya,kejadian seperti ini sudah biasa. Bahkan ia pernah melihat yang lebih dari ini, tapi baginya ini adalah pertama kalinya ia melihat Ayahnya benar benar pergi dari rumah.

"Kemana pahlawanku? " ucap gadis kecil itu sambil menangis.

*Flashback off*

Setelah mengingat kejadian dimasa lalu, tanpa Luna sadari air matanya sudah menetes dan membasahi pipinya. Dari kecil, ia sudah merasakan kerasnya hidup. Mulai dari ia ditampar neneknya pada saat ia berumur 2 tahun karena kesalahan Ayahnya ia juga yang harus mendapatkan timbal baliknya. Lalu, ayahnya yang sering kali memukul bundanya bila sedang bertengkar. Ayahnya yang sangat keras pada dirinya dan bundanya. Ia sangat membenci ayahnya. Karena kejadian itu ia mulai menutup diri, ia takut jika ada lelaki yang mendekatinya, ia berfikir bahwa semua lelaki itu sama saja,dan satu hal yang kalian perlu tau. Ia tidak percaya dengan cinta dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Baginya hidup itu datar, baginya pula warna kehidupan dia hitam saja. Tidak seperti orang lain yang bilang bahwa warna kehidupan mereka adalah hitam putih. Ia sengaja tidak mempercantik wajahnya dengan make up atau perawatan. Padahal, bunda nya telah memberikan uang untuk nya perawatan. Tapi uang itu malah ia tabung. Sering kali ia mengingat kejadian itu. Bahkan, setiap malam sebelum ia tidur ia menangis karena mengingat kejadian itu. Ia ingin seperti orang orang diluar sana. Yang memiliki keluarga hangat dan harmonis. Bukan seperti keluarganya yang hancur berantakan.

'Aku rindu ayah, aku rindu. Aku ingin seperti nesa dan teman temanku yang lainnya yang selalu disayang oleh orangtuanya. Sekarang, aku kehilangan pahlawanku.' batin Luna.

♥♥♥♥

Pagi ini Luna sudah bangun seperti biasanya. Ia sudah siap dengan seragam sekolah yang lengkap. Dan langsung menyusul bunda nya ke meja makan untuk sarapan bersama.

"Pagi bunda" sapa Luna sambil mencium pipi Rima

"Pagi jugaa Luna sayang" balas Rima dan menciumi pipi Luna juga.

Setelah merasa cukup selesai Luna segera berpamitan dengan bundanya.

"Luna berangkat ya bun. Assalamualaikum" ucap Luna sambil mencium punggung tangan Rima,lalu pergi meninggalkan halaman rumah nya.

"Iya nak,hati hati yaa. Waalaikumsalam" ucap Rima.

Luna mengendarai sepeda motor nya menuju sekolah, saat dia sudah sampai disekolah dia melewati koridor koridor kelas. Tak perlu waktu lama dia sudah sampai dikelasnya,dan duduk dibangku nya.

"Eh Lun, lo udah belum pr fisika hal 23 lks? Kalo udah gue liat dong Lun plisss" kata Nesa sambil merengek ke Luna.

"Udah kok. Aku udah selesai. Nih,kalo udah kamu taroh dimeja aja ya Nes. Aku mau baca novel dulu di perpustakaan" kata Luna sambil memberikan buku latihan nya ke Nesa

"Okedeh siapp. Makasi yaa Lun. Lo emang terdabest deh" kata Nesa memuji Luna.

Saat dia sedang berjalan menuju Perpustakaan,ia melihat seorang gadis yang diantar oleh ayahnya ke sekolah. Dan ia juga melihat bahwa tampaknya ayah gadis itu sangat menyayangi anaknya. Ayah gadis itu memberikan paper bag kepada anaknya, ia yakin itu adalah bekal untuk anaknya itu. Lihat, perhatian sekali bukan? Lagi lagi ia merasa iri.

'Andai aku yang jadi dia. Aku pasti bahagia, memiliki ayah yang perhatian pada anaknya. Tapi sayang, aku cuma bisa jadi penonton bukan pemeran'   batin Luna sambil tersenyum kecut. Ia melanjutkan perjalananya. Sambil berbicara didalam hati.

'kenapa ayah pergi? '

'kenapa ayah jahat sama bunda? '

'apa karena perempuan jalang itu ayah tinggalin aku dan bunda? '

'ayah aku ingin seperti mereka yang mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.'

'Ayah harus tanggung jawab. Karena ayah sikap aku berubah 180 derajat. '

'Ayah jahat. Jahat'

'Aku benci ayah. '

Begitulah sekiranya celotehan dari hati Luna. Luna menyadari matanya mulai memanas.
Tandanya, airmata nya akan segera jatuh. Ia segera berlari secepat mungkin kearah Perpustakaan. Menurut nya, Perpustakaan bukan hanya untuk membaca atau belajar saja. Ia mendapat kedamaian di Perpustakaan. Ia tidak suka dengan keramaian dan kebisingan.

#Haloooooo gaesssss🙌 gimana suka ga sama chapter pertamanya? Dapet feel ga? Komen ya gaes. Biar nanti aku bikin yang lebih bagus lagi. Kalo kalian suka vote dan komen yaa👌💓 jangan jadi siders ehehe😂 oke deh salam manis dari orang manisssssss💖

Family?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang