Pagi hariku diawali dengan berdiri tepat di bawah tiang yang begitu tinggi dengan kain berwarna merah dan putih berkibar di atasnya. Dengan wajah menengadah ke atas dan posisi hormat, aku terus berdiri tegap.
Lelah, memang.
Tetapi ini hukumanku karena aku terlambat masuk sekolah.
"Berdiri di sana, cepat!"
Suara tersebut membuatku menoleh. Sosok yang menjengkelkan telah menyuruh seorang siswa untuk berdiri di sampingku.
Diam-diam, ternyata hatiku berdegup lebih kencang.
"Kamu! Jangan lirik-lirik! Fokus!"
Seketika aku meluruskan pandanganku kembali menuju bendera tersebut.
"Sabar, sabar," Batinku.
Siswa tadi berjalan mendekatiku dan berdiri tepat di sampingku. Dia mulai mengangkat kepala dan tangannya sepertiku.
"Sudah lama?" Tanyanya.
"Hah? Aku?" Tanyaku kepadanya.
"Memangnya ada orang lain lagi selain kamu?" Katanya.
"Ah, iya. Sudah sekitar sepuluh menit," Jawabku.
"Sudah lebih baik ternyata," Dia terkekeh.
"Apa maksudmu? Sudah jelas aku jauh lebih baik darimu. Lihatlah, sudah jam berapa ini?" Balasku.
"Iya, aku mengaku kalah," Dia kembali terkekeh.
Dia lucu, memang.
Suasana kembali hening. Terhitung sudah dua puluh menit aku berdiri, sedangkan siswa di sampingku baru sepuluh menit. Tersisa sepuluh menit lagi bagiku, setelahnya aku dapat masuk ke kelas.
"Hei," Dia menggantungkan kalimatnya.
"Ada apa?" Jawabku.
"Kau masih kuat? Jika tidak, kau dapat beristirahat. Aku jamin guru tadi tidak akan melihatmu," Ujarnya.
"Ada apa denganmu? Tentu saja aku masih kuat, aku sudah terbiasa dihukum. Apa kau lupa?" Aku terkekeh.
"Ah, tentu saja aku ingat," Dia menjawab.
Diam-diam, ternyata aku tersenyum.
"Hal apa yang sedang terjadi padamu?" Tanyaku kepadanya.
"Tidak ada. Hanya saja, sedang ada hal baik yang ingin segera aku lakukan," Jawabnya.
"Apa?" Tanyaku kembali.
"Tentu saja rahasia, hahaha," Jawabnya sembari tertawa.
Aku hanya mendengus kesal mendengar tawanya, meskipun tidak sepenuhnya kesal.
Mau bagaimana lagi? Tawanya begitu memesona.
"Hei, apa kau tahu? Sudah hampir satu semester jika aku terlambat pasti dihukum bersamamu," Ujarnya.
"Ternyata lama juga ya, haha," Aku tertawa.
"Iya, bahkan selain di tempat ini aku tidak pernah menjumpaimu," Tambahnya.
"Oh, jadi kau mencariku," Aku terkekeh.
"Iya, aku mencarimu. Aku selalu mencarimu," Tambahnya.
Diam-diam, ternyata pipiku membara.
"Kau lucu, hahaha," Aku kembali tertawa.
"Memang, apa kau baru sadar?" Dia tersenyum bangga.
Mataku meliriknya, "Manisnya," Batinku.
"Oh, ada satu hal lagi yang pasti kau tidak tahu," Dia kembali berujar.
"Apa?" Tanyaku.
"Jujur saja, hatiku sering berdebar," Katanya.
"Kenapa begitu?" Tanyaku kembali.
"Karena melihatmu sudah ada di lapangan, berdiri di sampingmu, mendengar tawamu, melihat senyummu," Katanya.
Diam-diam ternyata hatiku berdebar begitu kencangnya bersama dengan kupu-kupu di dalam perutku.
"Apa maksudmu?" Aku tertawa.
"Jangan lakukan itu, aku lemah dengan tawa dan senyummu," Katanya.
"Kau berlebihan," Aku terkekeh.
Dia hanya tertawa, dan aku mengikuti tawanya.
Ternyata, diam-diam siswa itu menaruh hati padaku, dan tentu saja aku juga menaruh hati padanya.
"Oh, senangnya," Batinku.
Aku harap sisa waktu sepuluh menitku pagi ini tidak berakhir. Aku ingin tetap berdiri di sampingnya.
Percakapan yang begitu lucu pagi ini, meskipun mata kami tertuju pada tiang bendera.
Tetapi,
Ternyata, diam-diam perasaan kami saling bertegur sapa.
Benar katanya, itu merupakan hal yang baik.
Benar-benar hal yang baik.
"Bahagianya," Ujarnya.
"Iya, sangat bahagia," Sahutku.
Tidak perlu diam-diam lagi, ternyata kami sama-sama memasang senyum yang merekah.
-END.
***
Halloo Readers!
Semoga kalian suka dengan kumpulan one shot yang aku tulis ya, wqwq.Jangan lupa comment dan vote ya!
Thank you! Love u all <3!©cutie cover from cacandylo <3!
KAMU SEDANG MEMBACA
Diam-Diam
Teen FictionTernyata, diam-diam perasaan kami saling bertegur sapa. --kumpulan cerita pendek-- ©cutie cover from @cacandylo <3!