Imaji dengan Bumbu Realis

18 3 8
                                    

Seperti biasa, hari ini aku pergi menuju sekolah. Sudah biasa juga aku sampai di sekolah pukul setengah tujuh pagi.

Dan, sudah biasa juga dia sampai di sekolah pukul enam lewat empat puluh lima menit. Selisih kami lima belas menit saja, tetapi jarak kami tidak ada lima belas langkah saat ini.

Aku sedang bercerita tentang "Dia". Jika dalam benak kalian secara otomatis muncul seseorang, berhati-hatilah. Jangan-jangan hati kalian sudah tercuri.

"Dia" yang aku ceritakan ini telah berhasil mencuri hatiku, benar-benar lancang. Jika dia meminta izin terlebih dahulu untuk mencuri hatiku, aku ingin meminta jaminan darinya. Misal saja jangan lagi duduk tepat di sebelahku secara tiba-tiba, hatiku tidak siap untuk meledak saat itu juga.

Ah, aku lupa. Saat ini jarakku dengannya tidak sampai lima belas langkah karena dia benar-benar ada di dekatku. Baru saja dia secara tiba-tiba mengisi bangku kosong tepat di sampingku. Jika saja teriakanku tidak terdengar, ingin rasanya aku melampiaskan getaran kebahagiaan di dalam diriku ini.

Dia saat ini sedang membaca sebuah buku. Aku tidak ingin tahu dan tidak peduli buku apa itu, karena pikiranku dipenuhi dengan rasa bahagia. Memang, bahagiaku benar-benar tidak berkelas, hanya sederhana. Jadi, jika kalian memiliki alasan bahagia yang berkelas, turunkan sedikit kelasnya agar kalian dapat bahagia dengan mudah. Karena bahagia itu terasa sangat berharga.

Ceritaku ini benar-benar tidak ada habisnya. Seperti mataku dan mata kalian yang tiada habisnya berusaha mencuri pandangan seseorang, atau mungkin hanya aku saja yang seperti itu karena aku suka memperhatikannya dari jauh.

Jika sudah dekat seperti saat ini, mataku akan kaku dan hanya melihat lurus ke depan, aneh memang. Akan aku beri tahu apa yang paling aku suka dari memperhatikannya, yaitu ketika mata kami tidak sengaja bertemu. Ketika hal itu terjadi, seperti ada aliran listrik dan medan magnet kuat terjadi secara bersamaan. Listrik membuat hatiku berdegup kencang, dan magnetnya membuat mataku tidak lepas darinya. Terlebih lagi dia memiliki mata yang begitu memesona. Jika kalian menatapnya, hati kalian pasti akan tercuri. Tetapi aku mohon jangan, bisa-bisa aku patah hati.

Jangan mengejekku karena aku begitu berlebihan dengan perasaanku. Biar saja, aku hanya sekedar bercerita. Aku tidak akan merebut seseorang dari masing-masing kalian. Tenang saja, sudah aku bilang hatiku sedang tercuri.

Ah, baru saja dia meminjam pensil dariku. Tentu saja aku pinjamkan, dan tentu saja dia memberi sebuah senyuman manis untukku, hanya untukku. Jika kalian ingin senyuman manis, cukup bayangkan senyuman seseorang untuk kalian. Aku jamin, kalian pasti sedang membayangkannya.

Kalau boleh jujur, aku ingin tahu apa yang sedang dia lakukan di dalam dunianya itu. Tetapi apa daya, aku terlalu kaku untuk memalingkan wajah ke arahnya. Benar-benar menyebalkan.

Apa lagi yang ingin ku ceritakan? Aku benar-benar kaku saat ini.

Oh, tunggu, tunggu sebentar.

Dia baru saja memberiku secarik kertas dan berkata agar aku membukanya. Seketika juga wajahku yang kaku ini luluh karena tatapannya.

Aku membuka kertas tersebut.

Oh, tidak. Senyumku tidak dapat ku kendalikan. Kertas itu memuat goresan darinya, isinya sudah pasti membuatku berbunga-bunga. Tetapi karena aku sudah terlalu banyak bercerita, aku sudahi dulu ya.

Jika kesal, kuberi kalian petunjuk.

Setelah aku tersenyum karena membacanya, dia masih menatapku dengan senyum yang tidak akan kulupakan. Setelahnya, dia bangkit dari kursi dan pergi menjauh dariku, sembari berteriak,

"Ceritakan juga kisah kita berikutnya kepada mereka!"

Bagaimana? Kalian sangat beruntung karena dipikirkan oleh dia. Aku kesal pada kalian, bagaimana bisa? Aku saja tidak selalu diperhatikannya.

Tetapi tetap saja, terima kasih untuk kalian. Terima kasih telah membaca cerita dariku, aku benar-benar bahagia.

-END.

***

Hola readers! Give your best vote and comment please hahaha <3

Luvya all <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diam-DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang