2

115 11 4
                                    

BRAK..

Badan Adiba sedikit terhuyung, tapi ia langsung segera menyeimbangkan tubuhnya supaya tidah jatuh ke tanah.

"Hei, apa kau baik baik saja?" tanya lelaki yang tadi menabraknya.

"Aku tidak apa ap-" kata kata Adiba terpotong karena takjub melihat ketampanan lelaki itu.

"Subhanallah" ucapnya sambil melongo melihat dia.

"Hei kenapa bengong? Apa ada yang sakit?" ucap lelaki itu lagi, memecah lamunan Adiba.

"Eh.. Em.. Aku tidak apa apa" jawabnya gugup.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu, maaf tadi tidak sengaja menabrakmu" lelaki itu berpamitan dan hanya di jawab dengan anggukan dan senyum yang tidak jelas oleh Adiba.

"Permisi"

30 detik kemudian lelaki itu sudah berjalan jauh di depan Adiba yang masih mematung.

"Adiba.." seorang gadis melambaikan tangannya di depan wajah Adiba, membuyarkan lamunannya.

Gadis itu bernama Nayla Oktaviani, dia sahabat Adiba sejak awal masa orientasi di sekolah ini. Dia sering meminjam buku pr Adiba, karna dia tipe anak yang memperhatikan pelajaran tapi susah untuk mengerti. Sedangkan Adiba, ia hanya mengerti beberapa pelajaran atau materi saja. Walaupun begitu, ia  tetap selalu memastikan untuk mengerjakan pr di rumah walaupun itu minta foto jawaban dari teman.

"Astaghfirullah" ucapnya setelah sadar dari lamunannya

"Aku nggapapa tadi cuman lagi lihat pemandangan aja" ucapnya sedikit gugup

"Ah yang bener, masa lihat pemandangan sampe segitunya"

"Iya.. Eh udah ngerjain pr matematika?" ucap Adiba mengalihkan pembicaraan.

"Belum, ntar pijem aja, kan ada Adiba hehe" ucapnya bercanda.
 
"Kebiasaan" ucap Adiba sambil menarik tangannya untuk segera ke kelas.
                            🍭   
16.10

Adiba masih berdiri di depan pagar sekolah menunggu Mirza menjemputnya. Sesuai janjinya, dia akan menjemput Adiba sore ini sepulang dari kuliah nya.

"Hei, ngapain masih di sini?" suara seorang lelaki mengagetkan Adiba.

"Allahuakbar.. Kamu ngagetin aja, ini lagi nunggu jemputan" jawabnya. Dia ternyata lelaki yang menabrak Adiba tadi.

"Di jemput siapa? Pacar ya?" tanya nya menggoda Adiba.
 
"Eh.. Engga kok, dijemput sama kakak" jawabnya sedikit gugup.

"Masih lama? Padahal sekolah udah sepi banget loh"

"Iya nih, ngga tau juga biasanya ngga pernah telat gini"

"Yaudah kalo gitu saya nunggu  kamu dijemput aja"

"Eh ngga usah repot repot, nggapapa kok kalo saya nunggu sendiri"

"Saya paling ngga suka dengan penolakan!" ucapnya tegas.

Mereka berdua berbicara banyak tentang diri masing masing, mereka juga berkenalan, sampai bertukar nomor whatsapp. Sekarang Adiba tahu bahwa lelaki yang ia kagumi sejak beberapa jam lalu bernama Muhammad Imam Akbar, biasa dipanggil Akbar tapi ia ingin memanggilnya 'Imam'. Ketika dia bertanya kenapa ia ingin memanggilnya 'Imam', perempuan itu hanya menjawab bahwa nama panggilannya lebih cocok 'Imam'. Sebenarnya ada maksud lain mengapa Adiba ingin memanggilnya dengan nama 'Imam', karena ia ingin dia menjadi imamnya esok nanti.


Maaf kalo part nya pendek pendek karena author baru mulai menulis, jadi mohon dimaklumi ketika ada salah di penulisannya. Selanjutnya, insha Allah author akan memperbaiki kesalahannya
Jangan lupa vote, coment, and like
.
.
.
#salam cinta dari author💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADIBATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang