Prolog

32 1 0
                                    

"APA? IYA EMANG GUE YANG SELALU SALAH DI MATA LO ANJING!"

"Watch your mouth, Jana."

"TERSERAH LO, GA! GUE EMANG NGGAK PERNAH BENER DI MATA LO! BELAIN AJA NOH CILI-CILIAN LO!"

"Ikut gue, sekarang!"

Dia selalu begitu. Nggak pernah nggak. Kalau sudah waktunya Arga mencengkal tangan Jana, artinya Arga udah pada batas kemarahan yang nggak wajar. Dan Jana pun selalu menolak pada awalnya, hingga kemudian, dia betul-betul diseret oleh Arga Kawiwara Pramudya. Jana memang tidak pernah kalau dari laki-laki itu. Sampai kapan pun.

Tak ada lagi yang ia pikirkan mengenai kondisi di kantin saat tangan besar Arga membawanya menuju laboraturium yang sepi. Hingga keduanya menempati. Arga melepas menggengam halus jemari Jana saat perempuan itu melengos dan berdecih.

"Jan," Arga berujar penuh ketulusan. Suatu kelemahan yang Arga tau betul. Terlebih saat tangan cewek itu ia hempas dengan pelan dan Arga menarik perlahan dagu Jana untuk menghadap ke arahnya. "Liat gue," tekan Arga tegas.

"Apa?" Jana melotot. Matanya memerah. Ia menepis tangan Arga dari dagunya. "Gausah pegang-pegang," desisnya.

Arga terlihat mengembuskan napas berat. Memejamkan matanya. Mencoba menahan emosi yang ada di dalam tubuhnya yang kian lama ingin buncah. Namun, saat mata cowok itu terbuka. Mata yang lurus menatap Jana. Yang penuh elegi dan selalu dirindukannya, Jana mulai melunak. Terlebih saat Arga merentangan lebar kedua tangannya, "Sini peluk."

Jana awalnya merajuk. Namun cewek itu kemudian mendekat ke arah Arga. Membalas pelukannya. Memeluk erat-erat pinggang Arga disaat cowok itu mengusap-usap puncak kepalanya yang setara dengan bahunya.

"Jangan kayak gitu lagi, Jan. Udah gue bilangin berkali-kali," ujar Arga pelan. Pelan sekali hingga membuat Jana ingin menangis.

"Lagian lo selalu ngebelain si Jihan, 'kan? Lo suka 'kan sama dia?"

Arga mendesis, makin memeluk erat tubuh Jana, "Jan."

"Lah emang iya, 'kan? Lo selalu ngebelain dia, 'kan? Lo juga sukanya sama dia bukan sama gue. Terus-terusan aja, Ga kayak gitu, gue nggak akan ngelepasin lo. Lo bakal tetap jadi milik gue, selamanya. Nggak akan gue biarin siapapun yang mau ngambil lo dari gue. Terserah. Arga cuman milik Jana."

Usai cerocosan Jana, Arga menarik napasnya panjang, terasa sekali di wajah Jana yang ada di sana. Bahkan saat Arga mengembuskan napasnya pelan-pelan. "Sekarang udah ngomongnya?"

Jana mengangguk polos.

"Sekarang tau lo salah apa?"

Jana mengangguk lagi.

"Apa?"

"Udah ngatain cili-cilian lo. Terus ngebuat lo kesel, kayak anak kecil. Pokoknya banyak kesalahan gue."

Arga mengelus lagi puncak kepala Jana, "Kalau lo salah apa yang harus lo lakuin?"

"Minta maaf," sepertinya bocah, suara Jana merajuk. Kepalanya makin ia jatuhkan penuh di dada bidang milik Arga.

"Minta maaf ya, Jan."

"Temenin," rajuknya.

Walau Arga tidak mengiyakan, Jana tau Arga mengangguk. Apalagi saat cowok itu menghirup dalam-dalam puncak kepalanya. Jana tersenyum senang, mendongkak. Menyaksikan wajah Arga yang menatap lurus ke depan, menyaksikan wajahnya yang sempurna, namun langsung kembali menenggelamkan wajahnya di dada Arga saat cowok itu balik menatapnya.

"Jangan liatin gue, malu," dengus Jana sambil berontak di dalam pelukan Arga.

"Iya, maaf."

Jana tersenyum puas, "Ga," panggilnya.

"Hmm." Arga bergumam.

"Gue sayang banget sama lo."

"Iya tau."

Jana mengembuskan napas pelan. Jelas ia tau Arga tidak akan menjawabnya, sampai kapan pun. Jika semua orang yang ada di sekitarnya mengatakan hubungannya dengan Arga tidak sehat. Jelas hal itu benar. Sebab hanya ada satu yang berusaha. Sebab hanya ada satu pihak yang mencoba. Hanya satu. Sedang di antara sebuah hubungan seharusnya ada dua.

Jana berdecak, "Ga, jawab dong!" gerutunya sebal.

"Udah, di dalem hati."

Jana lagi-lagi ingin menangis. Namun apalah. Berada di pelukan Arga pun sudah membuatnya senang bukan kepalang. Jika memang Arga tidak akan pernah mencintainya. Biar Jana yang terus mencintainya. Jika memang tidak berbalik.

Jana tidak peduli. Arga akan tetap menjadi miliknya. Selamanya. Jana jahat?

Siapapun sudah tau Jana adalah penyihir dan Arga adalah pangeran yang sedang disekapnya. Itu fakta.

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang