KCHM#1

174 20 38
                                    

        (Foto hanya pemanis.By;Rindu)

"Lepaskan kubilang! Buat apa kamu datang kesini lagi!"
suara pekikan wanita paruh baya itu terdengar dari luar. Ia menghempaskan cengkraman tangan seorang pria, kemudian ia berniat lari menuju pintu namun pria itu menarik rambutnya dengan paksa.

"Kamu mau kemana saat aku kesusahan seperti ini haa!!" suara pria itu agak parau.

"Urus urusan mu sendiri! Jangan melibatkan aku dan anakku! Mintalah tolong pada simpanan mu itu!!"

Prang!! Suara vas bunga yang menyentuh lantai dengan keras, sepertinya dihempaskan oleh seseorang. Buk! Buk!

"Istri macam apa kau ini ha! Berani sekali kau membentak suamimu.. "

Sekali lagi bunyi benda berbahan kaca melengking menghantam tembok. Trankk!! Disusul bunyi pukulan yang mengenai tubuh seseorang.

Seorang anak yang menyaksikan kejadian itu dari arah pintu mengucurkan air mata dan dengan terisak-isak ia berkata

"Ayah.. Ayah.. Hentikan ibu sudah berdarah.."

Merasa terpanggil pria itu menoleh kearah anak itu berada.
"Diam kau!". Mendengar bentakan itu anak itu terus saja menangis dengan suara yang lebih keras. Merasa kesal, Pria itu keluar dengan membawa tongkat bisbol. Dipukulkannya tongkat itu ke pinggang sebelah kiri anak itu. Tentu saja hal itu membuat anak itu meraung kesakitan, entah itu sakit karena pukulan keras itu maupun sakit karena ayahnya yang melakukan itu padanya, semua bercampur menjadi satu.

"Hentikaann!!" suara wanita paruh baya itu hampir tercekat karena menahan isak tangisnya. Darah segar mengalir dari sudut bibir dan rahangnya. Ia merangkul kaki pria itu dengan setengah duduk. Serta merta pria itu menendang wajahnya dengan keras.

Sang anak yang menyaksikan itu menangis sejadi-jadinya. Dengan mata setengah terbuka ia dapat melihat kekejaman yang dilakukan ayahnya terhadap wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya itu.

Pria itu mengayunkan tongkat bisbolnya ke arah wanita yang sudah tak sadarkan diri itu. Tiba-tiba..

'Doorrr!!!'

*****

Rindu membuka matanya dengan terbelalak diikuti dengan nafas yang tak beraturan. Keringat dingin nya bercucuran di wajahnya. Ia berulang kali mengatur nafas, mengembuskannya dengan keras sebelum kemudian ia duduk dari tidurnya.

"Mimpi itu lagi.." gumamnya. Mimpi yang ia maksud adalah mimipi yang selama ini menghantuinya. Kejadian 10 tahun lalu yang meninggalkan luka begitu dalam dalam dirinya. Tak bisa dipungkiri, ia kerap memimpikan kejadian itu dikala ia tidur,membuat dirinya merasa terpuruk setiap memulai paginya.

Ia melihat kearah kanannya. Matanya tertuju pada jam weker berbentuk apple hijau diatas meja. Jarum jam tersebut menunjuk ke arah jam 06:48.

Ia bangkit dari tempat tidurnya berjalan membuka pintu lalu melangkah menuju kamar mandi disebelah kamarnya. Sebelumnya ia menatap sebuah pintu didepan kamarnya, itu adalah kamar ibunya. Dengan hanya mengedipkan mata beberapa kali setelah melihat pintu kamar itu, ia masuk ke kamar mandi.

Ketika Cinta Harus MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang