(Foto hanya pemanis. By; Lim)
"Lim pergi dulu pa" ucap seorang pemuda tinggi dengan badan kekar. Rambutnya yang berwarna hitam pekat tertata rapi. Jaket denim dan tas ransel yang dikenakannya terlihat cocok untuknya.Kedua tangannya sibuk menyimpulkan tali sepatu Nike warna abu yang sudah terpasang di kakinya.
Seorang lelaki tua (umurnya sekitar 60 tahun) Setengah Berlari dari dalam rumah menyusul keluar pintu.
"Ehh.. Lim, ini bekalmu. Jangan makan mi terus gak baik buat kesehatan." katanya sambil memberikan kotak makanan yang sudah tersusun rapi.
"Gak usah pa, lim bukan anak kecil lagi. Lim bisa beli makan sendiri nanti."
"Haiyaa, jangan gitulah. pokoknya kamu harus bawa ini bekal, oke!"
Lim keturunan konghucu.
Lim menghela nafas.
"Baiklah, pa. Tapi, Jangan lupa pergi ke dokter hari ini. Surat kunjungan dari dokter waktu itu sudah lim taruh di meja kerja papa, ingat jangan dibuang lagi pa" Lim memandang lekat-lekat wajah lelaki yang berada didepannya saat ini.
Wajah yang memiliki banyak keriput serta freckless dibawah mata itu terlihat lelah.
"Haiyaa, papa tau laa.. Sudahlah, jangan terlalu khawatir soal papa.."
"Papa.."
"Ahh, sudalah.. Pergilah" lelaki tua itu membalikkan badan putra semata wayangnya membelakangi wajahnya. Ia tak kuasa melihat tatapan dari putranya itu.
"Ingat ya pa!" Lim memutar kembali badannya untuk mengingatkan.
Lelaki tua itu hanya tersenyum sambil menggerakkan tangannya mengisyaratkan kepada Lim untuk segera pergi.
Lim pun melangkahkan kaki meninggalkan pekarangan rumahnya.
*****
Rindu berjalan di trotoar bersama mina menuju rumahnya. Rindu memegang kamus bahasa inggris yang baru ia pinjam diperpus tadi. Mina tengah asyik memainkan gadget ditangannya. Ia berkali-kali men-scroll layar gadgetnya. Entah apa yang tengah dicarinya. Rindu yang melihatnya menjadi penasaran dan akhirnya menanyakannya pada Mina.
"Kamu nyari apaan sihh? Kayaknya serius banget."
"Gak ada nyari apa-apa" ucap Mina tanpa menoleh pada rindu.
"Trus, kamu lagi ngapain?"
"Biasaa, gue lagi ngelike postingan yang timbul di kabar berita instagram gue.."
"Apa untungnya??"
"Yaelah rin, hari gini lo masih nyari untung dari sekedar nge like postingan orang, yang bener aja dong"
"Kalo gak ada faedahnya buat apa dilakuin"
"Serah lo deh!"
Rindu mendengus. Ia heran pada Mina, sahabatnya itu, apapun yang Mina lakukan selalu tak berfaedah menurutnya. Misalnya, saat Mina mengunduh aplikasi untuk mencari jodoh. Hingga aplikasi untuk meet and greet dengan idola. Menurut Rindu itu adalah pekerjaan yang sia-sia.
Tapi meski begitu, ia sangat bahagia bisa memiliki sahabat seperti Mina. Mungkin dimata orang mina itu orang yang culun, bodoh, ceroboh, serta manja. Tapi dimata Rindu, Mina memiliki sifat tersembunyi, Mina adalah sosok orang yang baik, imut, mandiri dan tidak cengeng. Rindu mengetahui semua itu karena ia sudah lama hidup berdampingan dengan Mina.
Rindu merangkul pundak sahabatnya itu dengan penuh cinta, layaknya dari seorang saudara. Rindu sudah menganggap Mina seperti bagian dari keluarganya sendiri, begitupun yang dirasakan oleh ibu Rindu. Tapi tidak dengan orang tua mina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Harus Memilih
Teen FictionRindu adalah seorang gadis yang sering menjadi bahan pembullyan disekolah. Pasalnya ia adalah orang yang pendiam dan tak pernah melawan ketika ada orang yang menyinggung tentang keluarganya. Terlebih tentang ayahnya. Itulah yang membuat pembuly ter...