Bandung, 24 Maret 1946. Udara panas menyelimuti kota bandung yang menghanguskan kota tercinta.
Pada hari itu aku melihat 'neraka' dan terpaku terdiam sekeliling yang dilahap oleh si jago merah. Kala itu aku berharap itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang semata, namun itu semua menyadarkanku tepat di depan mata kedua orang tua ku yang hangus terbakar, Perasaan mati ini harus bertambah dalam saat ku menemukan sepotong tangan adikku yang tergeletak di dekat puing banggunan. Berjalan dengan penglihatan mati rasa tanpa arah tujuan dan tubuhku seketika tergeletak ke tanah pandanganku sudah tidak bisa melihat apapun, tubuhku tidak bisa kurasakan, mungkinkah ajal akan mejemputku? Itulah yang kupikirkan.
Bandung, 23 Maret 1946. Saat itu pengumuman informasi lewat radio dan pamflet bahwa Bandung selatan akan dibersihkan dari orang - orang bersenjata, pasukan bersenjata Indonesia harus sudah keluar dari wilayah sejauh 11 KM sebelum tanggal 24 Maret untuk mencegah banyaknya korban dan warga sipil diminta untuk tetap tenang dan segera mengevakuasi ke Bandung utara selama periode itu. Dalam informasi itu Bandung terbagi dua, utara dan selatan. Bandung utara dipenuhi kamp pengungsian yang padat dan Bandung selatan dalam setengah kosong dan dihuni oleh para pemuda yang tidak memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan skala besar yang sukses sehingga hanya menunggu bala bantuan yang dapat memecah kebuntuan. Di Bandung sendiri, mereka mulai menggunakan pasukan yang baru tiba untuk memperluas batasan zona yang terlindungi, khususnya di Bandung utara.
Saat itu aku yang sedang bermain bersama adikku di sebuah saung yang terletak ditengah sawah mendengar suara ibu kami yang sepertinya memanggil, lantas kami pun bergegas menghampiri, namun aku pun sudah mengetahui dari firasat yang kurasa."Nak, kita harus segera pindah dari kota ini"
"Kenapa bu?"
Saat kutanya hal itu ibu seolah ingin kami tidak menanyakan sebabnya."Pokoknya kita akan berangkat, jadi persiapkan barang-barang yang perlu dibawa saja"
"Ta-tapi.. bu"
"Sudah turuti yang ibu perintahkan!"
"Ba..baiklah"
Aku yang tersentak saat ibu memarahiku merasa bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi.Setengah jam setelah mempersiapkan aku mendengar suara radio yang menyala diteras "Bersama dengan persiapan pemindahan pasukan secara besar-besaran, memperjelas indikasi bahwa inggris berniat menyapu bersih Bandung selatan juga"
Aku memahami kondisi yang sekarang dialami, itu tidak terlepas manuver agresif Indonesia, seperti pertarungan sengit dengan konvoi di sepanjang jalur antara Bogor dengan Bandung selama lima hari sejak 10 Maret lalu. Kemudian itu mengingatkan pada informasi sekilas yang kuketahui lewat radio pada 22 Maret lalu "bahwa operasi akan dijalankan" Seketika itu aku menoleh halaman yang disana seseorang berdiri dengan perlengkapan senjata yang dibawanya, Aku terkejut ternyata dia adalah Ramdan rekan seperjuangan."Yo, apa aku mengejutkanmu Toha?"sapa Ramdan dengan expresi yang telah berhasil mengejutkanku.
"Kau ini selalu menyukai kejutan hah?!"ungkapku yang kesal oleh tingkah laku ramdan, Namun aku bertanya-tanya mengapa dia membawa perlengkapan senjata.
"Ngomong-ngomong kau kenapa membawa senjata-senjata itu?"ungkapku yang penuh pertanyaan.
"Apa kau sudah tahu bahwa Bandung Utara ini akan ada peperangan?"
Ungkap ramdan yang seolah itu akan terjadi."Pe-perang kata mu?!"ungkapku yang terkejut bahwa benar akan adanya peperangan.
"Ya, maka dari itu aku datang kesini"ungkapnya yang seperti ada tujuan tertentu kepada ku. Aku pun heran mengapa ramdan sesempatnya datang kemari bukannya memanfaatkan untuk mengevakuasi diri.
"Apakah kau akan berperang?"ungkapku yang penuh kecurigaan. Ramdan pun mengangguk yang seolah itu benar, firasatku mengatakan bahwa aku harus berperang bersamanya, namun sebelum itu aku harus memberitahukan kepada ramdan bahwa Bandung selatan akan diserang oleh tentara inggris.
Setelah ku jelaskan Ramdan menampak kepada ku penuh kepercayaan, lalu ia memberiku sebuah senjata api dan bambu runcing. Tidak lama setelah itu suara bom yang seperti berpesta menghancurkan dan membakar seluruh isi kota.
Aku yang tertindih oleh reruntuhan mendengar seseorang yang memanggilku dan itu adalah suara ramdan, dia menyingkirkan puing-puing yang menjepit tubuhku, rasanya tubuhku mati rasa seketika, namun aku menyisihkan rasa sakit yang kuderita. Kemudian Ramdan menjelaskan apa yang telah terjadi, sebelumnya kami berencana menghancurkan gudang amunisi milik tentara inggris, namun kejadian buruk menimpa seluruh kota yang terbakar oleh ledakan bom tentara inggris sebelum kami melancarkan serangan ke gudang amunisi mereka. Karna ulah mereka aku harus kehilangan orang-orang yang kusayangi, tiba-tiba air mataku yang biasanya tidak berwarna sekarang berubah menjadi merah, aku tidak bisa menahan bendungan air mata dan kekejaman takdir yang kualami ini. Aku sudah muak dengan mereka yang semena-mena menghancurkan kota ini, hanya beberapa jarak aku akan menghancurkan mereka dengan ledakkan dinamit yang berada dalam gudang amunisi itu, Namun aku tidak bisa melakukannya dengan seorang diri karna ada penjaga yang mengawasi gudang tersebut. Tiba-tiba Ramdan menyerang ke arah para penjaga itu seolah mengorbankan seorang diri untuk membukakan jalan agar aku menghancurkan gudang itu beserta para tentara inggris. Aku berlari sekuat tenaga dan meledakkan dinamit dalam gudang amunisi tersebut.Semoga perjuangan ini mengakhiri semua, terutama Ramdan maaf aku harus membawamu bersamaku aku sangat bersyukur telah memiliki rekan seperjuangan yang berani seperti dirimu.