"Aaa!!"
"Mampus telat!"
Ruangan itu dipenuhi teriakan Revanda yang menyesal karena menonton film horor semalam.
"Jangan berlarian, Feli!"
"Maaf bun!
Revanda benar-benar kalang kabut menyiapkan dirinya untuk pergi ke sekolah. Tanpa memperdulikan kerapihannya, ia langsung merangkul tasnya. Dengan mulutnya yang biacara tanpa arah mewakili perasaannya yang menyesal juga kesal. Padahal itu akibat dirinya sendiri.
"Bun, aku berangkat ya." Ucapnya, sembari mencium punggung tangan sang bunda. "Gak sarapan, nak?" Tanya bundanya, menatap dengan khawatir. "Gak sempat, bun!"
Berlarian menuju halte bus, melihat bus yang sudah datang ia segera masuk dengan nafasnya yang gelagapan, dirinya menempati bahwa hari ini dimulai dengan kesialan.
***
Sesampainya disekolah, Reva mendapati dirinya sudah terlambat, tentu saja. Jam sudah menunjukkan pukul 07:30 AM yang berarti sudah lewat bel masuk. Datangnya Reva disambut dengan guru Bimbingan Konsuling juga selembar kertas peringatan untuknya, tak lupa beberapa Squad Jump diberikan sebagai ganjaran untuknya.
Dengan helaan nafas yang sudah ia keluarkan berkali-kali, wajahnya yang penuh dengan keringat, ia mengetuk pintu kelas yang terdapat guru didalam.
"Permisi bu."
Dengan ketidaktahuannya, semua teralihkan dengannya termasuk salah satu murid didepan kelas yang tak Reva kenali. Ia hanya bisa melepaskan cengirannya sebelum mengatakan, "maaf ya bu saya telat."
"Reva, reva. Gak kapok-kapok kamu, ya sudah duduk. Dikarenakan ada murid baru saya persilahkan kamu duduk, dibanding mengganggu." Ucap bu Deta selaku guru Seni Budaya disekolah ini, Reva hanya menggaruk kepalanya dan masih menunjukkan cengirannya.
"Baiklah, anak-anak. Karena Reva baru saja datang jadi terpotong ya. Nak, ulangi lagi ya."
"Baik bu. Nama saya Tegar Wijaya Pratama, kalian bisa panggil saya Tegar, salam kenal."
"Salam kenal." Seru dikelas.
Reva masih sibuk mengatur pernafasannya, diam-diam juga memperhatikan murid tersebut. Ia benar-benar melihatnya dari atas hingga kebawah. "Kaya pernah liat." Batinnya.
***
Bel istirahat datang, semua perempuan dikelas Reva memenuhi meja murid tersebut, Tegar. Reva hanya menggeleng saja, dan tersenyum mengingat perihal tampannya Nanda, tentu saja.
"Woy."
"Monyet bekantan!"
"Lo itu mah."
Reva memandangi sahabatnya dengan geram karena mengejutkannya, tetapi matanya tak bisa teralihkan oleh sekotak bekal milik Cia, apalagi perutnya yang sudah berbunyi. "Enak tuh."
Cia hanya menggeleng, menepuk dahi Reva sudah menjadi kebiasaannya. "Tadi lo telat lagi? Pasti nontonin film horor."
Senyuman muncul dibibirnya diikuti dengan anggukan kepalanya, "tau aja." Balasnya. Lagi-lagi Cia menggelengkan kepalanya, menduduki bangku didepan Reva dengan menaruh sekotak bekal miliknya yang sudah ingin disantap oleh Reva. Namun, Cia memperhatikan yang lain, wajahnya sedikit memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love. [REVISI]
Teen FictionGadis itu tak mengira dibalik alur kehidupannya ada yang tidak ia ketahui, termasuk dengan cinta pertamanya. Hingga datang kepingan-kepingan memori dan saat itulah ia menyadari banyak kejanggalan yang ada dan mencoba untuk menggali kebenaran dibalik...