Denim, Hujan, dan Putih

34 4 0
                                    

"Sensei, sensei!"

"Hmm?" Kakashi sempat menolehkan dagu. Pandangan masih tetap berada di tumpukan kertas yang harus ia nilai. Kenapa ia memilih untuk menjadi guru, waktu itu? Kenapa penyesalan selalu datang belakangan?

"Lihat, deh. Ini hasil pemotretanku minggu lalu. Sudah keluar, ssu!"

Mendengar bahwa hal yang ingin diberitahu memerlukan indera penglihatan, Kakashi segera mengalihkan pandangannya ke arah majalah yang ditunjukkan Kise. Terlihat dari sampul majalah, pemuda pirang itu tengah berpose dengan celana jeans dan kaus putih polos setengah lengan. Kise tengah berdiri di tempat pemotretan yang sederhana dengan latar belakang berwarna abu-abu. Kakashi tidak bisa membandingkannya dengan teman-temannya yang berprofesi sebagai model, namun jika Kise memutuskan untuk berkarir di bidang itu, ia tidak ragu untuk merekomendasikannya. Kise memiliki bakat, itu pasti.

Kakashi berdeham pelan. "Tema denim?"

"Hm, hm." Kise mengangguk. "Casual in denim."

Kakashi kembali ber-'hmm' ria. Satu tangan menopang dagu, sembari yang lainnya membalikkan halaman majalah. Foto Kise tidak hanya ada satu, tentunya. Kemeja berbahan jeans, perpaduan celana jeans dengan baju hangat. Aksesoris seperti topi dan jam tangan.

"Tampan seperti biasanya," komentar Kakashi. Ia bisa mendengar suara 'ehe ehe' Kise di belakang layar.

"Tentu saja, ssu! Aku kan selalu tampan seperti biasanya!"

Kakashi hanya bisa mengabaikan Sukea yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang seolah berkata, 'hentikan itu, menjijikkan'. Yah, ia tidak bisa mengharap lebih, ketiganya terjebak di kafe dekat sekolah karena hujan lebat. 

Niat awal adalah untuk makan malam di luar sebelum mengantar muridnya pulang, namun Tuhan berkata lain. Hujan lebat, dan nasib Kakashi yang sedang tidak membawa mobil. Bisa-bisa ia dihajar keluarga Kise jika ia membawa anak lelaki satu-satunya itu pulang dengan keadaan basah kuyup karena menerjang dengan motor. Mereka hanya bisa menghabiskan waktu sembari menunggu hujannya reda.

Kehadiran Sukea awalnya karena ia mampir untuk membeli kopi dan roti bagel buatan Koki San. Tidak bisa menerjang hujan karena terlalu lebat.

"Oh, iya, ssu." Suara Kise terdengar khawatir. "Omong-omong, nilaiku di ujian ini tidak rendah kan, sensei."

"Hmm."

"Itu maksudnya rendah atau tidak, ssu."

"Hmm."

"Hmm."

"Sukea jangan ikut-ikutan!"

Suatu HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang