That Accident

120 4 2
                                    

Niall’s POV

Breaking News for today. Sebuah mobil Ferrari ditemukan hancur pukul 9 malam waktu setempat. Diduga, mobil mahal tersebut ditabrak oleh sebuah bus container. Menurut saksi mata, bus melaju dengan kecepatan tinggi dan menghantam  Ferrari tersebut hingga terpelanting 5 meter dari lokasi penabrakan . Korban mengalami luka parah disekujur tubuh dan kehabisan darah sehingga harus dirawat intensif di rumah sakit.  Dan betapa mengejutkan bahwa sang korban adalah pacar seorang Niall Horan, salah satu personil boyband yang sedang booming sekarang, One Direction. Kata si pembawa berita.

Semua aktifitas kami –aku, zayn, harry, liam, dan Louis terhenti. Tanganku yang sedang memegang sekantung snack pun bergetar tak karuan.

“Ni??” Tangan Louis menepuk pundakku pelan dang langsung kutepis. Duniaku hancur. Tangisku tak dapat kubendung lagi. Cepat, kuambil kunci mobil dan menyuruh the boys masuk ke dalam mobil. Selama di perjalanan, aku tidak henti-hentinya menggigit bibir bawahku dan mengutuki diriku sendiri.

Sesampainya di rumah sakit tempat dia dirawat, aku langsung berlari dan membuka pintu rumah sakit dengan kasar. Semua yang ada di ruangan tersebut langsung terdiam. Mom and dadku sudah disana. Begitu juga dengan mom and dad nya. Ku lihat dirinya dengan berbagai macam selang yang sama sekali tidak kumengerti.

“Dia sedang tertidur.” Ucap Ele sambil menepuk bahuku pelan.

“babe?” tanyaku sambil menangis dan menggenggam tangannya erat.

“…” tidak ada jawaban.

“I’m here.”

“…”

“I’m so so sorry.”

“…” masih tidak ada jawaban. Tapi disudut mata mengeluarkan air mata. Tangisku pecah saat itu juga. Aku tak tahan dengan semua ini. Kenapa harus dia yang mengalami kecelakaan?! Kenapa tidak aku saja?! Aku langsung berlari keluar rumah sakit dan berteriak sekencang mungkin. Menangis sesegukan dan menjambaki rambutku.

“Mate, ayolah masuk. Ajak dia berbicara karena dia mendengarkannya.” Kata Liam dan mengajakku untuk masuk ke dalam. “son, she needs you.” Kata dadnya saat aku dan liam sudah berada di depan pintu kamar rumah sakitnya. Aku hanya tersenyum kepedihan sambil membuka pintu tersebut. Kembali, aku menggenggam tangannya.

“Hey, aku disini, princess.” Kataku sambil menahan tangis. Ya, walaupun tidak dijawab, yang penting dia mendengarkannya.

“aku minta maaf.”Jawabku parau. Mungkin, kalau dia bisa berbicara saat ini, dia pasti akan menaruh kedua tangannya di pipiku dan berkata “Kau tidak salah apa-apa.” Ya, dia tidak pernah menyalahkanku dalam hal apapun. Walaupun aku sering membuatnya ngambek. Aku terkekeh sendiri kalau mengingat semua kejadian itu. Ugh, air mataku jatuh lagi. Langsung kuambil tangannya dan menaruhnya dipipiku. Serasa dia sendiri yang melakukannya untukku.

“Ni, apakah kau ingin seseorang untuk menemanimu?” Tanya dadnya pada ku. “Mungkin tidak, dad. Aku bisa menjaganya sendirian.” Kataku sambil tersenyum pahit. “Baiklah kalau begitu. Kami pulang dulu.”

“Kenapa kalian pulang sekarang?”

“Dokter bilang, jangan terlalu banyak orang yang menjaga Vanilla. Makanya, kami pulang dulu. Aku berikan kepercayaanku padamu ya, son?”

“Baiklah, dad.” Akhirnya the boys, lads, parents meninggalkanku berdua dengan Vani yang masih terbaring kaku. Kukeluarkan sebuah buku kecil berwarna hijau dan bertuliskan ‘NJH’ di cover depannya. Buku ini pemberian Vani. Aku masih ingat cara dia memberikan buku ini. Dia pergi ke backstage kami dan menyerahkannya secara langsung padaku. Hahaha. Lucu sekali mukanya saat itu.

February 15th 2012.

Dear diary,

Hari ini aku sendirian di rumah sakit menemani Vanilla di rumah sakit. Aku kasihan melihatnya seperti itu. Terbaring lemah dengan selang terkutuk dari tempat tekutuk ini. Kata dokter, ia hanya perlu istirahat karena kesehatannya melemah. Aku ingin agar Vani cepat-cepat pulang. Sepi rasanya nggak ada yang bisa diajak bercanda dan nggak ada yang bisa dijahilin. Get well soon, babe.

P S : I MISS YOU, VANILLA :*

~Niall~

P S : I Miss YouWhere stories live. Discover now