Prolog

23 2 0
                                    

Seokjin keluar dari mobil, melangkah pelan dengan dua jenis bunga berbeda di tangannya. Ia berhenti tepat di depan gerbang besar di depannya yang terbuka lebar, seolah menyambut kedatangannya. Ia menghela napas pelan, kembali melangkah memasuki area pemakaman yang terbilang sangat luas.

Langkahnya terasa berat saat semakin dekat dengan tujuannya. Ia berhenti melangkah, menatap pusara di depannya yang terlihat sangat bersih, seperti selalu di rawat setiap hari. Ia menunduk, mengambil bunga di atas pusara yang sudah layu dan menggantinya dengan bunga yang ia bawa. Ia membelai lembut nisan bertuliskan nama pemilik pusara tersebut. Tatapannya berganti sendu, senyumnya getir.

"Hai, aku kembali lagi untuk menjengukmu," Seokjin terdiam. "Sudah berapa tahun ya setelah kepergianmu?"

Hening.

Seokjin menghela napas, menatap langit yang terlihat mulai mendung. "Sampai sekarang pun aku belum bisa melupakanmu,"

Pandangannya kembali teralih pada pusara itu. "Kau pernah bilang, 'jika suatu saat aku pergi, carilah penggantiku'. Tapi aku tidak bisa, itu terlalu sulit."

Seokjin mengusap wajahnya yang terlihat lelah. Sinar wajahnya seakan redup, seperti langit sekarang.

"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama menjengukmu, sepertinya akan hujan. Kau tidak mau aku sakit kan?" Seokjin terkekeh pelan dan kembali mengulas senyum getirnya, mengusap lagi nisan di pusara itu. "Besok aku akan kembali lagi, tenanglah disana."

Seokjin beranjak, meninggalkan pusara itu. Ia baru sadar, ternyata di dalam area pemakaman ini tidak hanya dirinya, ada beberapa orang juga. Mungkin sekitar enam orang pemuda. Sebelumnya ia melihat dua dari enam pemuda itu sudah pergi meninggalkan pemakaman lebih dulu.

Di ujung pemakaman, Seokjin melihat seorang pemuda, tampak familiar.

"Namjoon?"

Tapi orang yang bernama Namjoon itu sedang bersama seorang pemuda lainnya, tidak sendiri.

Seokjin tidak berniat menghampiri. Jadi ia kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil yang terparkir di pinggir pemakaman. Ia masuk ke dalam mobil, melajukan mobilnya menuju sebuah kedai yang tak jauh dari kawasan pemakaman itu.

🌷

Seokjin kini sedang duduk di dalam kedai. Di luar mulai gerimis. Untung saja ia sudah sampai beberapa menit yang lalu. Kedai ini sangat sepi, entah kenapa. Hanya ada dirinya dan dua orang pemuda yang tadi ia lihat di pemakaman. Dua pemuda itu sedang melihat-lihat kue yang terpajang rapi di etalase.

Sambil menunggu pesanannya, ia memutusukan untuk mendengarkan musik sambil memejamkan mata.

Samar-samar ia mendengar percakapan dua orang yang baru masuk ke dalam kedai. Ia membuka mata. Salah satu dari pemuda itu adalah Namjoon. Satunya lagi ia tidak tahu, wajah pemuda itu terhalang topi yang dikenakannya.

"Hei, Namjoon."

Merasa terpanggil, sang empu nama menoleh. Ia kaget melihat keberadaan Seokjin di kedai ini.

"Ah, Jin-hyung,"

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin, diikuti temannya yang bertopi. Pemuda bertopi itu baru membuka topinya ketika sudah duduk. Setahu Seokjin nama pemuda itu adalah Taehyung-- teman Namjoon sejak SMP.

Highlight ReelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang